Bab 10

30.2K 2.7K 67
                                    

Saat ini Taeyong tak mempedulikan apapun selain Mark, tak kuasa menahan tangisnya saat mengobati luka di pipi tembem batita tersebut. Merasa bersalah dan tidak becus menjaga sang anak dari orang-orang jahat seperti wanita tadi, berulang kali Taeyong mengusap dan mencium pipi gembul Mark penuh sayang.

Matanya menatap sang buah hati yang sudah tertidur di pangkuannya, sesekali akan terdengar suara isakan akibat Mark yang terlalu banyak menangis. Rasanya tawa yang di keluarkan Mark hari ini tak sebanding dengan isak tangis air mata yang menyusul setelahnya.

Taeyong duduk termenung di dekat parkiran, menunggu Jaehyun yang tak kunjung tiba setelah ia tinggalkan. Tak lama kemudian Jaehyun datang dengan botol minum dan satu susu kotak di tangannya.

"Minumlah." Jaehyun mengulurkan botol air minum yang hanya di lirik begitu saja oleh Taeyong, laki-laki tampan itu menghela napas dan mengelus rambut Mark hati-hati, matanya menatap wajah Taeyong yang tampak basah, "Ayo kita pulang."

Lelaki cantik tersebut menganggukkan kepala. Membiarkan Jaehyun memapah tubuh bergetar nya ke dalam mobil, memasangkan sabuk pengaman dan menyusul setelahnya. Kereta besi beroda empat membelah jalanan, tak ada suara apapun yang menjadi pengisi suasana di mobil, hanya keheningan yang membawa mereka sampai ke rumah.

Jaehyun keluar lebih dulu, membukakan pintu untuk Taeyong kemudian membantu lelaki itu untuk keluar. Taeyong membungkukkan badan kemudian mengucapkan terima kasih, dan pergi setelahnya. Meninggalkan Jaehyun yang senantiasa menatap punggung Taeyong hingga suara pintu yang di tutup menyisakan segalanya, Jaehyun menghela napas, membiarkan Taeyong menenangkan diri terlebih dahulu.

Matahari sudah pulang ke peraduannya, yang menjadi pertanda bahwa malam sudah tiba. Namun, tak ada tanda-tanda Taeyong akan keluar dari kamarnya. Jaehyun juga sudah memesan makan malam, dia berjalan mendekati pintu kamar Taeyong kemudian mengetuknya perlahan.

"Taeyong, kau di dalam? Apa kau tidak ingin makan malam?" tanya Jaehyun lembut, berharap lelaki di dalam sana membukakan pintu.

Namun, tak ada respon dari dalam. Dengan inisiatif sendiri Jaehyun memutar gagang pintu yang tidak terkunci, berjalan memasuki kamar Taeyong yang tampak remang-remang, hembusan napas lega terdengar tatkala ia melihat Mark yang sudah tidur dengan satu piring serta gelas kosong di atas nakas.

Sepertinya Taeyong baru saja memberikan batita itu makan, kepala Jaehyun menoleh menatap lelaki mungil yang duduk bersandar di dekat jendela.

"Taeyong," panggil Jaehyun lembut. Dia berjalan mendekat dan mendudukkan bokongnya di sebelah Taeyong. Menatap intens wajah lelaki di sampingnya.

"Kau baik-baik saja?"

Hening. Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut lelaki itu, hanya terdengar suara napas dan tatapan sendu yang terpampang nyata.

"Aku sudah memesan makanan untuk kita, ayo keluar dan makan bersama."

Taeyong masih diam tak menjawab ucapan lelaki di sampingnya.

Jaehyun menghela napas perlahan, "Apa kau masih memikirkan kejadian tadi? Aku sudah memberikan pelajaran bagi mereka, bahkan aku menuntut mereka karena sudah melakukan kekerasan pada anak kecil dan menjebak mu Taeyong."

"Untuk apa melakukan hal seperti itu? Kau membuatku tampak semakin menyedihkan." Taeyong tersenyum miris, tangannya meremas ujung baju yang di pakai. "Aku tidak menyuruhmu untuk melakukan itu hyung, jangan membuatku bingung dengan tindakanmu."

Jaehyun beringsut untuk mendekati Taeyong, "Aku tidak akan membiarkan orang-orang merendahkan mu seperti tadi Taeyong."

"Lalu? Aku memang orang rendahan bukan? Mendengar kau yang mengatakan pada mereka kalau Mark adalah anakmu membuatku semakin terlihat rendahan di mata mereka. Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan itu dengan mudah hyung? Aku sudah memberi peringatan padamu tapi kenapa kau tidak mendengarnya?"

Mistake [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang