Bab 15

28.6K 2.6K 123
                                    

Taeyong mempercayai nya dan Jaehyun harus yakin, terlalu pengecut jika dia masih menyimpan semua kebenarannya. Jaehyun bertekad akan mengatakan semuanya pada Yunho dan Jaejoong hari ini juga.

Helaan napas terdengar saat dia menyandarkan punggung pada kursi, karena pekerjaan dia di tuntut untuk pergi lebih pagi dan melewatkan sarapan. Padahal Jaehyun sangat ingin melihat Mark dan Taeyong seperti pagi biasanya.

Dia menarik ponsel yang ada di atas meja, memandang beberapa foto Taeyong dan Mark saat mereka ke taman bermain hari itu. Jaehyun tersenyum melihatnya, rasa ingin bertemu itu membuncah, bergegas dia menyimpan ponsel dan melirik jam. Hampir sore dan pekerjaan sudah selesai.

"Aku akan pulang sekarang," ucapnya pada sang sekretaris yang langsung menganggukkan kepala. Jaehyun berjalan memasuki lift dan kembali melihat jam.

Takut-takut dia akan terlambat, bahkan dia berlari kecil menuju parkiran mobil. Membawa kereta besi beroda empat itu membelah jalanan, menyempatkan diri untuk singgah membeli kue strawberry, kue cokelat dan kue berbentuk semangka.

Hingga tak terasa dia sudah memasuki halaman rumah, Jaehyun membawa kotak berisi kue-kue itu ke dalam. Hanya ada keheningan yang menyapa, membuat pria tampan itu mengernyitkan kening.

"Dimana jagoanku?" tanya Jaehyun, biasanya dia akan melihat Mark bermain bersama Jaejoong di ruang tengah. Tapi entah kenapa sekarang batita itu tidak terlihat bahkan suaranya pun tidak terdengar.

Meletakkan kue di atas meja, lantas Jaehyun berjalan menuju kamar Taeyong. Mengetuk pintu dengan pelan, lagi-lagi dia mengernyit dan dengan lancang dia membuka pintu tersebut. Matanya terpaku pada ruangan rapi yang tampak kosong, tubuhnya kaku seketika.

"Jaehyun, kau sudah pulang?" Suara lembut seorang gadis membuat Jaehyun menoleh, dia melihat Jessica yang berjalan mendekat, "Oh kau mencari laki-laki manis itu? Dia sudah pergi, tadi dia juga berpamitan pada Ibu."

"P-pergi?"

Jaehyun menggelengkan kepala ribut, dia mendorong Jessica ke samping saat gadis itu menghalangi jalan. Jaehyun berlari menuju dapur di mana suara peralatan memasak terdengar dari sana.

"Ibu!"

"Oh Jaehyun, kau sudah pulang? Duduklah Ibu akan menyiapkan makan malam untuk kita."

"Di mana Taeyong Ibu?!" sentak Jaehyun dengan wajah gundah. Dia tidak bisa membayangkan kalau Taeyong benar-benar pergi, dia tidak bisa.

Jaejoong mengernyit dan mematikan kompor, "Dia sudah pergi, katanya akan tinggal bersama keluarga jauh. Taeyong juga mengatakan kalau dia sudah berpamitan padamu."

"Taeyong tidak punya keluarga! Dia sebatang kara Ibu! Kenapa kau membiarkan dia pergi?!"

"Jaehyun jangan membentak Ibumu seperti itu!" Yunho menyahut. "Kenapa kau terlihat sangat marah?"

"Bagaimana aku tidak marah. Dia pergi membawa anakku ayah, Mark adalah anakku."

Suasana menjadi hening seketika, mereka bingung sekaligus tidak mengerti dengan ucapan Jaehyun.

Laki-laki tampan tersebut menarik napas kemudian menatap orang tuanya bergantian, "Aku terlalu pengecut untuk mengatakannya. Aku yang menghamili Taeyong waktu itu, aku kalah tender dan berakhir mabuk hingga tidur dengan Taeyong yang kebetulan juga diberi obat perangsang. Kami melakukannya dan Mark adalah anakku dan Taeyong."

"Maaf, maafkan aku."

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Jaehyun, sang Ibu tampak begitu marah. Dia bahkan berkali-kali menampar Jaehyun mengabaikan ringisan dan sudut bibir yang berdarah.

Mistake [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang