Bab 13

30.6K 2.7K 93
                                        

Nyatanya satu hari sebelum Jaejoong dan Yunho pulang dari kediaman utama, Jaehyun harus pergi melakukan perjalanan bisnis selama satu minggu ke depan. Dia menggantikan Yunho yang saat itu belum menginjakkan kaki di rumah, mengingat kalau sang Ayah pasti juga kelelahan, mau tak mau Jaehyun harus menggantikannya.

Suara tangis menjadi pengiring kepergian Jaehyun, laki-laki tampan itu tidak tega melihat Mark yang menangis dan memanggil Ayah berulang kali, tapi pekerjaan kali ini benar-benar penting.

Jaehyun tidak bisa meninggalkannya begitu saja, berusaha membujuk dan memberikan kecupan serta kalimat penenang hingga akhirnya Mark menurut dan berhenti menangis.

Keduanya mengaitkan kelingking dan tersenyum, menandakan kalau Jaehyun benar-benar berjanji pada Mark kalau dia akan menyelesaikan pekerjaan dengan cepat kemudian pulang. Taeyong menjadi saksi perpisahan mereka, laki-laki cantik itu benar-benar terharu melihatnya.

Beberapa hari setelah kepergian Jaehyun, mereka tampak menjalani hari seperti biasanya. Di tambah sekarang Jaejoong sudah berada di rumah membuat Mark memiliki teman bermain lainnya, dia akan mengajak Jaejoong menggambar bersama, membuat menara, bermain bola ataupun main kejar-kejaran.

"Bubu~" Suara panggilan itu membuat Taeyong menoleh, dia meletakkan piring terakhir di rak kemudian berjongkok di depan Mark.

"Ada apa sayang?"

"Ayah, kapan pulanna?"

Taeyong memegang dagu, seolah berpikir keras. Dia melirik ke arah Mark yang tampak begitu penasaran, "Bubu juga tidak tahu."

Mark mencebik sedih dan menundukkan kepala, sepertinya batita itu sangat merindukan Jaehyun. Taeyong tersenyum melihatnya, dia membawa Mark ke dalam kamar.

Mengeluarkan ponsel yang tersimpan di dalam laci, sebuah ponsel pemberian Jaejoong sebagai hadiah sekaligus ucapan terima kasih karena Taeyong sudah mengurus rumah saat dia pergi.

Taeyong melihat ke arah jam yang tergantung kemudian dia mulai menekan beberapa nomor, Taeyong membawa Mark ke dalam pangkuan. Membiarkan batita itu menerka-nerka dengan wajah bingung nya.

"Halo, Taeyong?" Suara dari seberang sana membuat Mark terkejut, dia menatap sang Bubu kemudian kembali memandang ponsel yang menampilkan wajah segar Jaehyun, sepertinya laki-laki tampan itu baru saja selesai mandi.

Laki-laki Jung tersebut terkekeh geli, dia melambaikan tangan, "Hai jagoan! Apa kau merindukan Ayah?"

"Ayah! Bubu, tu Ayah!"

Taeyong mengangguk dan membiarkan Mark berbicara dengan Jaehyun, keduanya tampak antusias bahkan tak ayal Jaehyun tertawa lebar saat mendengar gerutuan kesal Mark.

Hingga tidak terasa sudah hampir satu jam mereka berbicara, sambungan tak terputus bahkan sampai Mark mengubah posisinya menjadi berbaring di atas ranjang kemudian tertidur begitu saja.

Taeyong dengan hati-hati mengambil ponsel dari hadapan Mark, dia hendak mematikan sambungan sebelum Jaehyun malah sibuk tersenyum sambil menatapnya. Beberapa kali laki-laki cantik itu mencoba menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba mendera, tapi semuanya tidak berjalan lancar.

Jaehyun masih saja menatapnya bahkan tersenyum begitu manis yang membuat rona merah memenuhi wajah Taeyong seketika.

"Aku merindukanmu."

"A-apa?"

Jaehyun menggelengkan kepala, "Aku merindukan Mark."

Taeyong tidak tuli untuk mendengar ucapan pertama tadi, dia hanya ingin memastikan kalau Jaehyun benar-benar mengatakan rindu. Namun, sepertinya Taeyong hanya berharap lebih.

Mistake [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang