Jaehyun sangat merasa tidak asing dengan situasi saat ini, bahkan dia masih ingat saat pertama kali Taeyong mencoba untuk menghindari nya karena panggilan Ayah. Dan sekarang lelaki tersebut kembali menghindari Jaehyun karena hal yang terungkap malam itu.
Berkali-kali ia mencoba untuk memulai percakapan tapi Taeyong akan membungkukkan badan dan pergi begitu saja. Bahkan Jaehyun tak bisa dengan leluasa bermain bersama Mark, seperti saatnya sekarang.
Diam-diam Jaehyun melambaikan tangan, memanggil Mark yang sejak tadi sudah mengintip di balik pintu kamar. Batita itu menatap Jaehyun dengan mata bulatnya, kemudian berlari kencang hingga pipi tembemnya bergetar.
Melompat dalam pelukan Jaehyun, Mark menyembunyikan wajahnya di dada laki-laki dewasa itu dan mencium pipi Jaehyun cepat.
"Jagoan rindu Ayah tidak?"
Mark menganggukkan kepala, dia menatap sang Ayah dengan mata berkaca-kaca, "Malk lindu, main cama ayah uga."
"Menggemaskan sekali. Ayah juga rindu bermain sama Mark, mau main----"
"Mark jangan nakal dan kembalilah ke kamar, Bubu akan datang sebentar lagi!" Teriak Taeyong dari arah belakang, suara pintu yang menjadi pembatas antara dapur dan taman terdengar.
Batita itu berekspresi bingung, dia sangat ingin bermain dengan Jaehyun tapi entah kenapa akhir-akhir ini Taeyong tak memperbolehkan ia melakukan itu. Wajahnya kembali sedih, Mark mencium pipi Jaehyun dan memeluk nya erat.
"Mark! Ayo ikut Bubu, tuan Jaehyun akan pergi bekerja."
Mark menggeleng dalam pelukannya, dia benar-benar tidak mau membiarkan Jaehyun pergi begitu saja.
"Mark!"
"Nda mau Bubu, mau main huhuhuhu."
"Jangan nakal dan dengarkan kata Bubu Mark, sekarang masuk ke dalam kamar atau Bubu akan mendiami Mark."
Batita itu menangis dan semakin mempererat pelukannya pada Jaehyun, tak mau menatap wajah Taeyong yang sudah memasang muka marah. Tubuhnya tertarik begitu saja, Mark menangis lebih keras, Taeyong membungkukkan badan pada Jaehyun kemudian berniat pergi dari sana sebelum tangan laki-laki itu menahan pergerakannya.
Menatap penuh tanda tanya, "Maaf tuan. Saya harus segera menyelesaikan pekerjaan saya."
"Apa ini tidak terlalu berlebihan? Kau terlalu menekan Mark, dia masih kecil Taeyong."
"Terserah apapun yang saya lakukan tuan, kalau begitu saya permisi."
Lagi-lagi tangannya di tarik oleh Jaehyun, merasa jengah dan kesal Taeyong menepis tangan itu dan menatap mata laki-laki di depannya.
"Kau menjauhkan kami, aku ayahnya Taeyong, aku berhak untuk berdekatan dengannya. Aku berusaha menebus kesalahanku dan memperlakukan Mark dengan baik, memberikan perhatian dan kasih sayangku. Kau tidak boleh egois, jika kau mau marah lakukan saja padaku tapi jangan menyiksa Mark begini, dia tidak tahu apa-apa."
Taeyong hanya diam. Pikirannya kalut seketika, karena perkataan Jaehyun ada benarnya. Taeyong kembali membungkukkan badan kemudian berjalan pergi sambil menggendong Mark yang masih belum berhenti menangis, meninggalkan Jaehyun yang mengusap wajahnya kasar.
Jaehyun meraih jas yang tersampir di kursi kemudian keluar dari rumah, menyibukkan diri dengan pekerjaan mungkin dapat membantunya saat ini.
Sedangkan di sisi lainnya, Taeyong bersusah payah menghentikan tangisan sang anak, mengeluarkan kata-kata penenang yang bisa mengalihkan perhatiannya. Hingga akhirnya batita itu berhenti menangis dan tertidur pulas, Taeyong menatap sendu wajah Mark yang masih basah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake [✓]
FanfictionSebuah kesalahan yang membuat Taeyong menjadi single parent di usia yang masih muda. Alert : 17+ © Machayy0