Helaan napas terdengar, Taeyong mengusap peluh yang memenuhi dahinya. Dia menengok ke arah Mark yang tertidur di dalam gendongan, tidak memiliki siapapun harus membuat Taeyong membawa sang anak saat dirinya bekerja.
Membuka pintu flat yang disewa dua hari setelah dia sampai di sini, lantas Taeyong membawa Mark menuju satu-satunya kamar di sana. Merebahkan tubuh sang batita kemudian duduk di sampingnya.
Memijat betis yang terasa nyeri akibat berjalan dari tempat kerja sampai rumah, Taeyong menarik botol berisi air minum dan meneguknya rakus. Dia mulai menyandarkan tubuh pada dinding kamar, menatap sosok Mark yang tidur dengan tenang.
Bermodalkan uang yang diberikan oleh Jaejoong, laki-laki cantik itu nekat berbohong dan pergi dari sana. Kembali ke pinggiran kota, tempat dimana dia melahirkan Mark dulu.
Beruntung Taeyong dapat menemukan flat kecil yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk mereka berteduh sekaligus juga mendapat pekerjaan yang cukup memenuhi kebutuhan mereka, yakni menjadi seorang pengantar makanan siap saji.
Fakta itu membuat dia harus bekerja sedikit di bawah tekanan. Karena ada beberapa orang yang mungkin akan marah saat pesanan mereka datang lebih lambat ataupun membatalkan secara tiba-tiba, tapi hal tersebut tak membuat semangat Taeyong menyusut.
Dia sadar hidup memang keras dan mereka membutuhkan uang untuk makan. Taeyong tak mungkin menunggu orang baik untuk menolongnya, selagi masih bisa berusaha maka Taeyong akan mencoba.
"Bubu." Suara rengekan khas itu terdengar, Taeyong mendekati Mark dan tersenyum saat batita tersebut membuka mata. Dia mengelus perutnya lucu, "Malk mau mam."
"Sayangnya Bubu lapar? Ayo kita mandi setelah itu makan malam."
"Hu'um." Mengangguk dan merentangkan tangan, Mark tampak begitu manja pada Taeyong. Mereka berjalan menuju kamar mandi kecil yang ada di luar kamar, menanti air ember penuh kemudian baru mereka bisa mandi.
Setelah selesai membersihkan diri, kini Taeyong tengah sibuk dengan peralatan dapur seadanya. Sedangkan Mark duduk di atas tikar yang berada tak jauh dari sana, batita itu tampak memegang buntalan benang yang dibentuk seperti boneka, dan beberapa kayu serpihan yang dia jadikan mobil-mobil, Mark mengutip benda tersebut saat Taeyong bekerja.
Meletakkan kedua mainan itu kasar, lantas Mark bertepuk tangan saat sang Bubu datang dengan piring berisi makanan di atasnya.
"Enak Bubu!" Pekiknya girang tatkala satu suapan masuk ke dalam mulut kecilnya, Taeyong tersenyum dan mengelus kepala sang anak sayang.
Selelah apapun dirinya bekerja dari pagi hingga sore, akan tetapi saat Mark tersenyum dan menikmati makanan yang dia beli dari hasil keringatnya membuat Taeyong bahagia dan bersemangat kembali.
"Makan yang banyak sayang," ucap Taeyong gemas. Dia kembali menyuapi sang anak dengan telaten, hingga tinggal beberapa suap sebelum Mark menutup mulut dan menggelengkan kepala.
Dia mengerucutkan bibir, bertanda bahwa kini Mark sedang kesal karena suatu hal.
"Bubu nda mam?"
"Sudah kenyang, Mark makan saja." Taeyong sejujurnya juga lapar, tapi dia masih bisa menahan hal itu sampai pagi mendatang. Yang terpenting adalah Mark kenyang dan nyaman, itu saja sudah cukup.
"Benal?"
"Iya, Bubu tidak lapar."
Siapa sangka jika Mark kembali menggelengkan kepala, dia berdiri dan mengambil alih sendok di tangan Taeyong. Mengarahkan benda besi itu pada mulut sang Bubu, walaupun terkesan agak tergesa tapi Taeyong tetap menerima suapan dari Mark.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake [✓]
FanfictionSebuah kesalahan yang membuat Taeyong menjadi single parent di usia yang masih muda. Alert : 17+ © Machayy0