Jumpa lagi dengan coretan-coretan aku hehehe,,,
Enjoy!
Derap langkah kaki berlari menyusuri trotoar jalan, pagi ini adalah hari pertama masuk ke sekolah barunya, tapi apa yang terjadi dengan Dita. Dia kesiangan, kakaknya sudah berangkat ke kampus tanpa memikirkan dirinya, kesalnya semakin menjadi saat tak kunjung mendapatkan taxi.
Sepanjang jalan mulutnya sambil komat-kamit merutuki kakaknya, untung masih ada angkutan umum, itu pun tidak sampai ke depan sekolah, dia turun di perempatan dan harus berlari agar tidak terlambat.
Berhenti sejenak menarik nafas saat gerbang sekolah sudah terlihat di depan matanya, tinggal menyebrang jalan saja.
Saat ponselnya berdering, dia langsung mengambil dari saku bajunya.
"Hallo,,,!" seru Dita dengan nada tinggi.
"Bagaimana olahraga paginya?" Suara dari sebrang tidak lain adalah kakaknya.
"Kak Johnny tega banget nggak bangunin aku, kakiku pegal harus lari-lari, nanti pulang sekolah aku jemput, nggak mau tahu."
"Nggak janji, semangat sekolahnya yah, jangan buat masalah atau nanti kamu harus pindah sekolah lagi."
"Aku nggak pernah buat,,,,,"
Tut
Kakaknya mematikan sambungan telepon sepihak.
"Ihh,,,,awas saja nanti pulang sekolah aku habisi." Kesalnya pada sang kakak
Nafasnya mulai teratur lalu mulai mengambil langkah menyebrang jalan menuju sekolah barunya, SMA Pelita Harapan.
Dita berhenti sejenak mengamati sekolah barunya sebelum akhirnya kembali berjalan, tujuannya saat ini adalah ruang guru, Dita mengambil langkah lebar setengah berlari karena bel sudah berbunyi.
Bughhh
"Heyy,,,!!"
"Aduh maaf-maaf, aku nggak sengaja." Dita menabrak siswa lain sampai tumpukan buku yang di bawa jatuh ke lantai, tanpa basa-basi Dita langsung membantu mengambil.
"Aku bantu, maaf sekali lagi," ujar Dita, benar-benar merasa tidak enak karena raut wajah siswa laki-laki di depannya terlihat tidak suka.
"Lain kali kalau jalan pakai mata," gerutu siswa bername tag Doyoung itu, wajahnya sedikit pucat di mata Dita.
"Aku akan hati-hati lain kali."
"Bagus."
"Dasar bodoh sejak kapan jalan pakai mata?" umpat Dita dalam hati sambil memberikan buku terakhir di tumpukan paling atas.
"Jangan mengumpatku, aku dengar!" kata Doyoung sambil berbalik meninggalkan Dita, jangan lupakan sorot mata menghunusnya.
Sontak membuat Dita membulatkan matanya syok.
Dia dengar?
"Bagaimana dia bisa tahu aku mengumpatnya?" Dita melongo
Ini mustahil!
Memilih tidak mau terlalu memusingkan, Dita kembali berjalan ke ruang guru karena belum tahu kelasnya berada di mana, dia berfikir untuk minta maaf nanti kalau bertemu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreemen
Teen FictionAdakah orang di dunia ini yang takut akan sebuah mimpi, bukankah mimpi hanya bunga tidur mungkin bagi kebanyakan orang begitu, tapi berbeda dengan Dita Setiap mimpi yang muncul dalam tidurnya akan benar-benar terjadi di kemudian hari masalah ini cuk...