Trust

144 38 6
                                    

Matahari sudah tenggelam menyembunyikan sinarnya yang hangat bintang-bintang di langit satu persatu menunjukkan cahayanya menemani sang bulan, udara dingin mulai menusuk ke pori-pori kulit

Di sini Dita masih di tempat yang sama terikat dan tidak bisa bergerak kemampuan, tidak ada tanda-tanda satu orang pun akan menolongnya

Dita hanya berharap tidak ada sosok hantu yang tiba-tiba muncul di hadapannya karena dia tidak bisa lari saat ini, hanya ini yang dia takutkan

"Nyamuk tolong bersahabat denganku yah, jangan gigit nanti diabetes aku nggak mau tanggung jawab." Ucapnya pada nyamuk yang mulai beterbangan di sekitarnya

Dita menyandarkan kepalanya di sandaran kursi menatap langit yang tadinya biru berubah jadi gelap dengan banyak cahaya bintang

"Besok hari Minggu, apa Belinda akan ke sini besok pagi dan melepaskanku, kalau nggak besar kemungkinan hari Senin." Menghela, pasrah dengan keadaan 

"Aku lapar, langit bisakah turunkan nasi goreng, turunkan ibu peri juga untuk menyuapiku tanganku terikat." Terus bicara untuk menghibur diri sendiri

Di sisi lainnya seorang ibu mondar-mandir di ruang tamu ada yang dia tunggu, raut cemas juga terlihat di wajah itu

"Ini kenapa nggak ada yang bisa di hubungi." Mencoba menghubungi suaminya dan juga kedua anaknya tapi tidak ada yang menjawab panggilannya

Bel rumah berbunyi Tania segera membuka pintunya, suaminya sudah pulang dengan anak laki-lakinya, mereka segera masuk

"Kak adek ke mana, ponselnya nggak bisa di hubungi?" Tanya Tania pada Johnny yang sudah duduk di sofa ruang tengah, begitupun Ganendra

"Nggak tahu bunda nggak kasih kabar, aku juga langsung ke kantor bantu ayah setelah selesai kuliah, ponselku aku silent, maaf habis tugasku banyak."

"Main ke rumah temannya kali Bun?" Ganendra ikut menjawab

"Dari pagi yah belum pulang, main ke mana coba?"

"Apa?"

Johnny yang tadinya santai terlihat raut wajahnya kaget, begitupun sang ayah

"Taeyong nggak nganter?"

"Kalau iya pasti Dita sudah di rumah kak, coba tanya bunda nggak punya nomornya."

Tania menyadari satu hal dari sini bahwa dia kurang memperhatikan Dita dia tidak punya satu pun nomor teman putrinya, dia benar-benar khawatir dengan Dita karena tadi pagi berangkat dengan keadaan marah, yang jelas itu membuat dia semakin kepikiran akan hal buruk

"Hallo Tae, Dita sama kamu nggak?"

"Nggak kak, bukannya Dita di rumah dia kan sakit?"

"Sakit?"

"Iya, setelah jam istirahat Dita izin pulang katanya sakit, memangnya kenapa?"

"Dita belum pulang Tae,,,"

"Apa?"

Di sebrang Taeyong baru akan membuka bukunya untuk belajar tidak jadi dia lakukan

"Aku minta nomor teman yang lain Tae tolong kirim ke aku, nggak biasanya Dita pergi tanpa pamit, takut Dita kenapa-napa."

"Kak aku akan cari dita, kakak tenang saja."

"Tante minta tolong taeyong bawa Dita pulang." Nada suara suara itu terdengar sangat khawatir

"Iya Tante, Tante jangan khawatir Dita pasti pulang."

"Cepat kabari Tante kalau ada apa-apa."

"Iya, Tae tutup yah."

Dreemen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang