Reality

145 36 28
                                    

"Kamu sedang bertengkar sama bunda yah?" Taeyong bertanya sambil mengoles salep di pergelangan tangan Dita yang memerah akibat ikatan tali yang terlalu kuat, ada sedikit luka mungkin karena Dita berusaha melepaskan ikatannya

"Ya begitulah." Taeyong mengangguk tidak mau tahu lebih jauh, itu privasi

"Ini makan dulu."

Johnny datang dengan sepiring nasi sayur tambah ayam goreng, cukup untuk mengisi perutnya yang sudah meronta

"Taeyong kamu sudah makan belum?"

"Sudah kak."

"Aku pamit pulang yah, aku lupa nggak kunci pintu rumah tadi." Baru ingat kelalaiannya

"Ayah sama bunda kamu?" Johnny bertanya

"Di luar kota."

"Oh ya sudah sana, hati-hati terimakasih sudah bantu cari Dita dan maaf merepotkan." Jujur Johnny merasa tidak enak

"Nggak kok mana ada repot, aku pulang dulu selamat malam."

"Hati-hati Taeyong." Dita juga mengingatkan, Taeyong tersenyum dan mengangguk, lalu menghilang dari balik tembok, atensi Dita beralih pada kakaknya

"Suapi."

"Manja."

Johnny protes tapi tetap menuruti kemauan adiknya, menyuapi Dita sesuap demi sesuap

"Besok-besok lawan saja kalau ada yang macam-macam."

"Itu gampang asal aku mau, tapi kakak juga harus siap-siap dapat panggilan dari sekolah karena itu, oke."

Johnny menghela dia tidak mau lagi tapi itu resikonya menjadi kakak yang selalu bisa di andalkan, Dita tertawa melihat ekspresi kakaknya karena tertekan dengan ucapan Dita

"Awas kesedak,,,"

"Emm,,," Dita menghentikan tawanya lanjut makan, perutnya masih nyeri walaupun sudah di masuki makanan mungkin asam lambungnya sudah terlanjur naik karena terlambat makan

"Sini aku sendiri, kakak istirahat saja aku nggak papa." Kakaknya terlihat kecapean Dita jadi tidak tega

"Ya sudah, habis ini tidur yah."

"Oke,,, selamat malam kakak aku tersayang, mimpiin aku jangan indah."

"Dih malas mimpiin kamu, bosan yang nongol kamu terus sudah cukup di kenyataan."

"Ya sudah mimpi indah saja, janda sebelah." Dita tergelak dengan ucapannya sendiri

Johnny pergi setelah mengacak-acak rambut Dita, itu balas dendam sudah meledeknya Dita terlihat kesal dan dia senang

"Hah,,," Dita membuang nafas kasar, lalu menatap nasinya enggan

Dita tidak lagi minat untuk menghabiskan makanannya, dia membawa piringnya ke dapur membuang sisanya lalu mencucinya sekalian

Dita meringkuk di atas kasur setelah selesai bersih-bersih

"Tasku di mana yah, ponsel, dompet, hah jangan sampai Belinda membuangnya kalau iya nggak ada lagi kata damai." Mengepalkan tangannya di udara

"Ini juga kenapa masih sakit." Perutnya masih nyeri padahal sudah minum obat

Dita mencoba untuk tidur, malam ini dia tertidur dengan mudah karena merasa lega sudah berada di rumah urusan tas besok lagi

Malam semakin larut Dita semakin nyenyak tidurnya karena tidak ada mimpi buruk, tapi itu tidak berlangsung lama kilatan cahaya di langit dan suara petir berhasil mengusik tidurnya kenapa cuaca cepat sekali berubah, satu lagi yang membuat Dita terbangun tangan yang mengusap kepalanya, Dita berbalik walaupun sudah tahu itu tangan siapa

Dreemen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang