Trance

118 29 0
                                    

"Kita mohon pak, yang kita bicarain benar adanya kita nggak bohong sama sekali."

"Kalian terlalu mengada-ada."

Pak Dio sama sekali tidak percaya dengan omongan muridnya yang sedang meminta tolong padanya perkara membongkar kolam renang sekolah, membantu mendesak kepala sekolah untuk mendapatkan izin

Tapi pak Dio menolak mentah-mentah permintaan itu, hal ini sebenarnya sudah di tebak sebelumnya membuat mereka hanya menghela, tidak ada hasil hari ini dengan mendesak beberapa guru yang dekat dengan mereka, termasuk wali kelas mereka Bu Heni

"Kita cari cara lain, sekarang sudah waktunya pulang, ayo."

Mereka semua meninggalkan kelas dengan wajah masam, tidak hanya mereka, dua arwah yang memang berada di sekitar mereka terlihat ikut sedih menatap orang yang mereka berdua mintai tolong belum berhasil menemukan cara

"Aku cuma mau ibu nggak mengharapkan aku pulang terus-menerus, ibu harus tahu aku nggak bisa peluk dia lagi." Kalimat itu lolos dari mulut Feli dengan air mata yang jatuh

"Mereka bisa, aku akan sedikit membantu."

"Caranya?"

"Membuat sedikit keributan." Tersenyum kepada sahabatnya dengan senyum penuh arti

Suasana sekolah sudah sangat sepi karena semua murid sudah pulang, dua arwah itu mengayunkan kaki di tepi rooftop memandang langit yang sudah mulai berubah orange

Mereka tidak bisa pergi karena ada hal yang menahan mereka, padahal kenyataannya mereka sangat ingin pergi ke alam yang seharusnya dengan tenang, kehidupan mereka di dunia memang terlalu menyediakan tapi yang membahagiakan adalah persahabatan mereka abadi

Semua manusia memang punya jalan takdirnya masing-masing entah itu takdir baik atau buruk keduanya saling berkesinambungan, ketika takdir baik menghampiri itu akan menjadi kebahagiaan tapi ketika takdir buruk yang datang itu adalah cobaan, semuanya harus di syukuri karena bisa hidup di dunia adalah sebuah anugerah

Mentari pagi sudah kembali menyapa, Dita yang sudah siap dengan seragam dan juga tasnya keluar dari kamar untuk turun dan sarapan

Dia sedikit terlambat bangun membuatnya terburu-buru sampai berlari saat melewati tangga

"Dekk,,,,!!" Johnny berteriak melihat Dita turun dari tangga dengan berlari bahkan loncat dari anak tangga ke tiga

"Apa,,,?" Ikut teriak sambil berlari ke meja makan, lalu duduk di sana dengan kedua orang tuanya yang sedang sarapan juga, tidak peduli melihat kakaknya sudah berkacak pinggang akan memarahinya

"Marahnya nanti pulang sekolah saja, aku sudah terlambat." Gumam Dita dengan mulut penuh pada Johnny yang baru bergabung di meja makan, kakaknya hanya geleng-geleng dengan kelakuan Dita pagi ini

Dita melahap roti tawar yang sudah di siapkan bundanya lalu segera meminum susu, sebentar melirik jam tangannya lalu dia segera bangkit karena Taeyong sudah menunggu di depan

"Dita berangkat ayah, bunda." Menyalami kedua orangtuanya

"Hati-hati sayang, besok susah di bangunin lagi yah,,," Dita meringis mendengar penuturan bundanya

"Bilang Tae, jangan ngebut bawa motornya." Dita mengangguki ucapan sang ayah lalu melesat keluar

Dengan terburu-buru Dita menghampiri Taeyong tidak lupa dengan minta maaf, Taeyong terkekeh saat melihat Dita mempunyai kumis putih karena minum susu dan tidak mengelapnya

Taeyong melepas sarung tangannya dan mengelap bekas susu itu tanpa persetujuan membuat Dita mematung kaget, bahkan sampai menahan nafas hingga Taeyong selesai dengan kegiatannya

Dreemen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang