Seoul

144 28 0
                                    

Udara musim gugur menyusup masuk rongga pernapasan, angin silih berganti menjatuhkan dedaunan yang mulai menguning. Langkah kaki beriringan menyusuri sudut taman yang indah di musim gugur, tangan yang saling bertautan ikut mengayun seiring kaki melangkah

Canda, tawa, senyum bahagia menghiasi wajah dua insan yang tengah berbagi kebahagiaan

"Kamu suka musim gugur?" Tanya Taeyong pada Dita seraya menghentikan langkahnya menatap kekasihnya itu, wanita yang sudah menguasai semua rongga di hatinya

"Suka, tapi aku lebih suka musim dingin." Kata Dita sambil tersenyum manis

"Musim dingin atau pernikahan kita?" Pertanyaan Taeyong membuat pipi Dita sedikit memerah

"Dua-duanya." Jawab Dita dengan mempertahankan senyumnya

Artinya pernikahan mereka kurang satu bulan lagi karena akan di laksanakan tepat awal Desember

Pembicaraan penting waktu Taeyong datang ke rumah Dita setelah tiba di Indonesia adalah membahas tentang pernikahan mereka pada kedua orang tua Dita

Seperti janjinya sebelum pergi meninggalkan Indonesia hampir tujuh tahun lalu, dia sudah menepati janjinya. Kembali setelah merasa pantas untuk meminta Dita menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, menjadi pendamping untuk menjalankan sebuah rumah tangga

Setelah lima hari di Indonesia, Taeyong kembali ke Korea dengan membawa Dita bersamanya, pernikahan akan di adakan di sini terlebih dahulu, baru di susul nanti di Indonesia, mereka sudah merencanakan semuanya matang-matang

Untuk hari ini memang mereka sengaja gunakan untuk jalan-jalan, besok baru mereka akan pergi ke butik

Dita yang notabenenya jarang berjalan jauh dalam waktu lama, merasa kakinya mulai pegal mengikuti langkah Taeyong. Dita berhenti membuat Taeyong ikut berhenti

"Lelah?" Sepertinya Taeyong peka, Dita mengangguk sambil mengerucutkan bibirnya

Taeyong terkekeh lalu mengacak pucuk kepala Dita, membuat surai perempuan itu sedikit berantakan, Taeyong siap mengambil posisi jongkok untuk menggendong Dita

"Ehh, tunggu dulu, tolong beri aku sedikit amunisi." Cengir Taeyong kembali berdiri menghadap Dita yang kebingungan dengan ucapannya

"Di sini." Tunjuk Taeyong pada bibirnya sendiri

"Nggak lucu ah,,,malu banyak orang." Di taman itu sedang ramai, Dita jelas tidak mau, walaupun dia tahu di sini hal seperti itu lumrah terjadi

"Apa peduliku." Taeyong mengedikkan bahu tidak mau tahu

Taeyong masih diam di tempat menunggu Dita yang terlalu lama berfikir. Karena terlalu lama, Taeyong maju selangkah memeluk pinggang Dita

"Tae,," Dita jelas terkejut dengan tindakan Taeyong, Dita memukul pelan dada Taeyong dengan tangannya yang memang bertumpu di sana. Reaksi Taeyong hanya terkekeh tanpa merasa bersalah

"Jangan aneh-aneh Tae, nggak lihat ada banyak orang?" Kata Dita lagi

"Berarti kalau nggak ada orang boleh aneh-aneh?" Taeyong menarik turunkan alisnya, hal itu membuatnya mendapat pukulan lagi

"Ya nggak gitu, kamu semakin ke sini semakin nyebelin, mesum lagi." Taeyong tergelak sendiri, dia tertawa tanpa beban, Dita hanya mendengus

Puas tertawa Taeyong kembali menatap Dita

"Ayolah chagi, sekali saja, ulangi yang waktu itu aku ba_"

"Aaaaa,,,nggak dengar, nggak dengar." Seru Dita dengan menutup ke dua telinganya, sepertinya Taeyong sedang mengerjainya, sengaja sekali membahas itu-itu lagi, bahkan tidak peduli dengan wajah Dita yang sudah semerah tomat menahan malu

Dreemen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang