Study

189 45 8
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, Taeyong akan datang ke rumah Dita untuk mengajarinya belajar, sekarang Dita sedang menunggu guru barunya itu datang.

"Belum datang, sayang?" Ibunya ikut duduk di sebelah Dita di ruang tengah.

"Belum bunda, apa ada masalah yah biasanya sudah sampai?"

Ting tong

Suara bel rumah menandakan ada orang datang, sudah dipastikan kalau itu orang yang sedang dia tunggu, Dita langsung ke depan untuk membukakan pintu.

"Selamat malam?" sapa Taeyong.

"Malam juga, ayo masuk, tadi nggak ada masalah kan di jalan?"

"Nggak ada cuma mampir sebentar tadi ada urusan kecil, nunggu lama yah?"

"Nggak sih, takutnya kamu ada masalah." Hampir saja Dita berpikir kalau Taeyong tidak datang hari ini.

Mereka masuk ke ruang tengah, mereka akan belajar di sana, Dita juga sudah menyiapkan peralatan belajarnya, tidak lupa cemilan.

Di mulai dari memahami materi dan latihan soal, Taeyong dengan sabar mengajari apa yang Dita tidak mengerti. Menurut Taeyong, sebenarnya Dita pintar, hanya malas belajar saja.

"Giliran belajar sama cowok ganteng mau, bunda cariin guru les nggak mau," ucap Tania, datang sambil membawa minuman di tangannya.

"Bukan begitu, bunda." Dita menyahut sembari fokus dengan latihan soal yang sedang dia kerjakan.

"Terus?"

"Tau ahh, ini Dita sedang serius ngerjain, jadi lupa rumusnya," gerutu Dita kesal.

"Berarti daya ingat kamu pendek, sayang," sahut bundanya lagi, sepertinya sengaja mengganggu.

"Bunda buat aku nggak konsen, ihh,,,"

Tania duduk di sofa dengan santai, senang sekali menggangu putrinya, jarang-jarang melihat Dita belajar seserius itu.

"Memangnya kamu serius belajarnya?" Tania melontar kalimat lagi.

Sudah cukup, Dita benar-benar emosi kali ini.

"Bunda,,!!!"

Tania tertawa, Taeyong juga ikut tertawa melihat pertengkaran ibu dan anak di depannya. Ini bukan yang pertama Taeyong lihat, dua hari yang lalu juga seperti ini, dan entah kenapa dia terhibur.

Dia sendiri jarang sekali kumpulan dengan orang tuanya, keduanya berada di tempat yang jauh.

"Ada apa sih, kenapa teriak, sayang?" Ayahnya muncul dari depan baru pulang bekerja.

"Malam, Om." sapa Taeyong.

"Malam juga, Tae." Ganendra menjawab sembari melempar senyum.

"Ada apa tadi ribut?"

"Itu bunda ngeselin, culik sana yah, ganggu aku terus nggak konsen jadinya." Mengadu sambil bersungut-sungut marah.

"Ohh, sini bun ikut ayah jangan ganggu."

"Iya deh,,,"

"Belajar yang benar yang serius, kasihan Taeyong sudah capek-capek ngajarin." Ganendra berpesan.

"Aku serius loh ini, yakin sepuluh besar demi kartu kredit," ucapnya semangat.

"Masalah uang saja cepat," sahut sang bunda.

"Aku kan anak bunda, ya jelas masalah uang cepat, lagi pula realistis saja, sekarang apa-apa pakai uang. Dita pakaiannya juga buat yang penting saja nggak macam-macam, keluarnya berapa-berapa juga bunda bakal tahu, aku itu malas kalau setiap hari minta sama kak Johnny, kadang ngeselin kakak tuh, pernah nggak di kasih sama dia." Ucap Dita tanpa jeda

Dreemen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang