Dream

114 25 2
                                    

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, begitu kata pepatah. Yang di tanyakan di sini, apa itu perpisahan terakhir atau perpisahan sementara. Kalau benar itu hanya perpisahan yang sementara, berharap itu segera berakhir

Rindu itu semakin menggebu setiap musim berlalu, ada hati yang mendobrak paksa menginginkan pertemuan, tapi ada jarak yang membentang jauh serta waktu dan kesempatan yang minim seperti hujan di musim kemarau

Tidak salah jika air mata ikut turun saat awan pekat menitikkan kesedihan begitu derasnya, tidak sama sekali. Tidak ada yang bisa membohongi hati kita sendiri, tidak ada

Tapi percayalah, ini cara Tuhan menguji seberapa besar dan seberapa dalam cinta itu untuk satu sama lain

Ada pertemuan dengan orang baru untuk menguji akan tetap memilih menetap atau justru ikut pergi. Ada juga juga jarak yang menguji kesetiaan. Waktu kembali ikut andil menguji apa cinta itu akan semakin besar atau justru memudar secara perlahan

Seorang pria berjalan tegap melewati lorong rumah sakit, setelah jas putih dan stetoskop yang menggantung di leher sudah menjelaskan apa profesinya

"Dokter Lee,,," suara dari belakang membuat langkah pria ini berhenti, hanya berhenti tanpa mau menoleh ke belakang. Terdengar langkah kaki berjalan mendekat

"Dokter Lee, apa anda akan pergi ke kantin?" Tanya seorang perempuan seprofesinya

"Ya,,," singkatnya

"Ahh, apa kita bisa pergi bersama, aku juga akan ke kantin." Katanya terlihat bersemangat

"Ya,,," jawabannya lagi, lalu melanjutkan lagi jalannya, tidak ada yang berubah, tatapannya selalu lurus ke depan

Tanpa sadar sikapnya itu membuat perempuan yang berjalan mengekor di belakangnya menggerutu

"Apa tidak ada jawaban lain selain ya, ya, hishh menyebalkan sekali. Sabar sedikit lagi Yooa, kamu pasti bisa." Gerutunya sambil menahan kesal

Sampai di kantin rumah sakit, dua orang itu memesan makan siang dengan posisi duduk saling berhadapan. Tidak ada percakapan apapun sampai makanan datang

"Dokter Taeyong, saya dengar operasi kanker otak pada imo berhasil, saya turut bahagia." Katanya dengan senyum merekah di sela makan, hal itu membuat Taeyong sesaat menghentikan suapannya

"Hmm,,, terimakasih."

"Pasti ada perasaan haru karena anda sendiri yang mengoperasi imo, anda sangat hebat." Memuji dengan sepenuh hati

Sayangnya pujian itu tidak membuat Taeyong mengukirkan senyum, jangankan senyum dia malah terlihat tidak peduli dan fokus pada makanan di hadapannya

"Dokter Tae_"

"Jangan banyak bicara saat makan." Memotong ucapan Yooa, Taeyong sempat menatap sekilas dengan matanya yang tajam

Yooa langsung menutup mulutnya rapat-rapat, dia kesal tapi tidak bisa marah. Terpaksa dia hanya bisa diam sampai makan siang selesai, tanpa ada kata Taeyong pergi dari tempat duduk setelah selesai makan, meninggalkan Yooa sendiri tanpa sepatah katapun keluar dari mulut Taeyong

"Isshhh,,,nyebelin banget, untung ganteng." Meletakkan sumpit dan sendok dengan kasar, tak berselera lagi untuk makan

"Aku bilang apa, berhenti cari perhatian dan mencoba mendekati Dokter Taeyong, dia itu dingin tak tersentuh." Di ikuti dengan tawa yang begitu renyah

"Diam kamu Zee, bukannya membantuku malah mentertawaiku."

Kesalnya pada teman yang menghampirinya setelah Taeyong pergi

Dreemen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang