Chapter 7 - Persiapan Hati

52 6 0
                                    

Apa lagi yang perlu kusiapkan kala hatiku sudah sepenuhnya tetuju pada dirimu wahai penjaga dari kejauhan?
~

Peluh sudah mengalir dari pelipis Anin entah untuk ke berapa kalinya. Kacamatanya bahkan terlihat berwarna putih karena terlalu seringnya ia mendorong kacamatanya agar tidak jatuh saat tangannya masih berlumuran tepung. Celemek berwarna krem masih setia menempel di badannya, melindungi kemeja berwarna putihnya agar tidak terkena noda saat ia tengah membuat kue untuk acara besok.

"Kurang apanya Nin?" tanya Azkia setelah selesai membuat pesanan untuk pelanggan. Memang, Azkia tidak bisa seutuhnya membantu dirinya membuat pesanan. Dan jika ada pesanan seperti ini, maka Anin senidirilah yang akan turun tangan. Rekan-rekannya hanya akan membantu sebisanya. Karena mereka jelas sudah mempunyai jobdesk masing-masing.

Anin langsung mengalihkan perhatiannya. Membiarkan kacamatanya yang sudah melorot mengganggu indra penglihatannya. "Baru kuenya Az. Ini gua mau bikin Chocochip Muffin," jawabnya singkat, dan kembali mengocok telur dan gula yang sempat terhenti untuk menatap Azkia.

Manik Azkia langsung berbinar. "Gua dengan senang hati mau jadi kelinci percobaan buat nyicip Chococipnya loh Nin," sahutnya menaik-turunkan kedua alisnya secara bergantian. "Doyan banget lo bikin anak-anak ketagihan sama makanan manis."

Salah satu alis Anin langsung terangkat, sebelum terkekeh kala mendengar ledekan Azkia. "Ya mau gimana, gua lebih suka makanan manis daripada janji manis. Jadi gua mau ngajarin anak-anak sedari dini Az," ujar Anin sebelum terbahak menyadari ucapannya.

Belum juga Azkia menghentikan tawanya untuk menyahuti ucapan Anin, Arshi sudah terlebih dahulu masuk ke dapur dengan wajah masamnya.

"Lo kenapa Shi? Digangguin mahasiswa lagi kayak kemarin?" tanya Azkia setelah menghentikan tawanya dengan paksa. Kembali mengingat aduan Arshi tempo hari karena diganggu mahasiswa yang selalu rajin datang ke sini untuk mengunjunginya.

Arshi seketika menggeleng dengan cepat. "Enggak ada. Udah amnesia jalan ke sini kayaknya. Makanya aku bersyukur banget mbak," jawab Arshi dengan wajah berharapnya. "Itu, Mas Ade lagi meeting di lantai dua mbak. Terus ... kliennya Mas Ade minta mbak Anin buatin kopi yang kayak biasa," lanjut Arshi lirih, tanpa mau menatap Anin sedikit pun. Tentu saja Arshi paham, jika Anin tengah sibuk, bahkan sedari pagi ia belum keluar dari dapur sama sekali.

Anin seketika mengembuskan napasnya dengan kasar. Sejak malam di mana ia berbicara dengan sang kakak, Anin belum berani berbicara dengannya sama sekali. Dan kini Daffin mendadak datang mengganggunya.

Membersihkan tangannya, Anin langsung menatap Arshi yang tengah menunduk takut di depan pintu. "Kamu lanjutin yang lain aja Shi, nanti aku buatin," sahut Anin dengan senyum tipis di wajahnya.

Arshi langsung mengangguk, lalu kembali membuka mulutnya sebelum Anin menghampirinya. "Si Masnya juga minta buat mbak Anin sendiri yang nganterin ke mejanya mbak," ucap Arshi yang membuat tak hanya Anin yang memejamkan matanya menahan kekesalan, tapi Azkia juga langsung membelalak kaget mendengar ada pelanggan yang berlebihan seperti ini.

Anin langsung mengangguk, lalu melewati Arshi tanpa banyak bicara sedikit pun. Ia langsung bergegas meminta Melvin yang tengah berdiri di belakang Presso Coffe Maker untuk menyingkir sejenak. Dengan cepat Anin langsung membuat Espresso pesanan Daffin dengan gemuruh dalam dadanya yang coba ia tahan. Membuat Melvin terheran-heran melihat bosnya yang tidak biasanya membuat Espresso.

Ekspresinya coba ia kendalikan, kala melangkahkan kakinya menghampiri tamu spesialnya yang tengah berbicara serius dengan sang kakak. "Permisi mas, minumannya," ucap Anin lirih dengan senyum tipis di wajahnya, yang membuat kedua lelaki di depannya langsung mengalihkan perhatian. Ade yang kaget melihat Anin dengan celemek yang samar-samar bisa dilihatnya penuh dengan tepung, dan Daffin yang menatapnya dengan senyum menawan yang membuat Anin langsung mengepalkan tangannya seketika.

Devolver (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang