Chapter 23 - Masa Depan dan Masa Lampau

19 4 0
                                    

Yang kutahu kenangan buruk itu hanya ada di masa laluku, bukan di masa depanku.
~

Bagi Anin, Bu Indri adalah panutannya. Yang setia membimbingnya, juga mengajari hal baru yang memberikannya pelajaran dalam kehidupan.

Tapi siapa sangka, setelah ribuan detik berlalu, kini Anin harus menatap Bu Indri dari sudut pandang yang berbeda. Ibu Daffin. Malaikat yang sudah melahirkan seseorang yang membuat kehidupan Anin memiliki lebih banyak warna.

Jika banyak yang bertanya mengapa Anin bersikeras menjauhi Daffin sedari dulu, maka jawabannya simple. Anin tak suka diusik. Apalagi jika itu menyangkut pilihan yang sudah ia ambil sendiri.

Iyah, Anin sendiri yang memilih Ruha tuk awalnya ia jadikan teman paling setia. Tapi siapa sangka Daffin justru menjadi sering mengusiknya setelah tahu jika selama ini perempuan yang dekat dengan sepupunya adalah Anin, sahabat Maga-yang kerap kali mengajak Daffin untuk bergabung dalam lingkup pertemanannya.

"Gimana Nin, enggak keberatan, kan?" tanya Bu Indri sembari menatap perempuan di hadapannya dengan waswas.

Anin tak langsung menjawab. Berpikir sejenak, sebelum menganggukkan kepalanya membuat Bu Indri tersenyum lebar. Mimpi apa dia semalam, harusnya Azkia yang melakukan rapat dengan Bu Indri karena beberapa hari belakangan Anin sibuk dengan project lainnya. Tapi dengan dalih Azkia tak bisa menyerahkan semua pekerjaan dapur kepada Arshi, jadilah Anin terpaksa menuruti permintaan Azkia yang ia tebak memiliki niat terselubung.

"Sebelumnya udah pernah terima project begini belum Nin? Atau kamu emang suka coba bikin masak khas daerah lain?"

Seketika saja Anin langsung meringis kecil. Walaupun kini orang-orang mengenalnya sebagai orang terpandang yang berhasil karena hobi memasaknya, Anin justru cenderung tak suka mencoba hal-hal ribet. Apalagi seperti mencoba membuat makanan khas daerah lain yang tak ia ketahui seluk-beluknya.

Sedari kecil terbiasa dihidangi makanan manis, Anin jadi cenderung lebih suka bereksperimen dengan makanan yang kerap membuat mood langsung melejit.

"Enggak juga si bu. Masih suka coba-coba bikin makanan manis sama racikin kopi," sahut Anin teramat jujur, yang membuat Bu Indri langsung tersenyum geli.

Tentu saja ia paham. Pertama kali menyambangi Cafe Anin, Bu Indri langsung jatuh cinta dengan kopi buatan Anin juga brownies lumernya. Begitu melekat di lidahnya, membuat Bu Indri ingin terus mencicipinya. Jadi wajar saja jika kini Anin menjawab seperti itu, karena makanan khas Surabaya itu benar-benar berbeda kiblat dengan ranah yang selama ini Anin tekuni.

"Jadi mau coba nih mulai sekarang buat rawon biar kenalan ibu enggak kecewa sama kamu?" tanya Bu Indri sekali lagi, membuat Anin langsung terkekeh, dan mengangguk mantap kemudian.

"Kalau mau, minta Daffin bantuin aja Nin. Dia suka jadi bahan uji coba ibu kalau baru belajar masak soalnya."

Mau tak mau Anin langsung tertawa kecil. Tak bisa ia bayangkan bagaimana patuhnya Daffin jika sang ibu sudah memintanya untuk menjadi kelinci percobaan. Walau Anin percaya, hasil masakan dari tangan Bu Indri pasti takkan mengecewakan.

"Daffin kan lagi sibuk bu, mana bisa bantuin aku," ucap Anin membuat Bu Indri tersentak, lalu tersenyum geli kemudian.

"Ah, kemarin Daffin sempet cerita loh, katanya kamu marah karena Daffin enggak bilang mau ke luar kota, sekaligus ketemu ayahmu di rumah. Ya wajar si menurut ibu. Kan dalam suatu hubungan komunikasi itu harus penting. Kalau si Daffin masih suka pergi seenaknya, udah tinggalin aja. Betah emang kamu sama anak ibu yang itu?"

Walau cuaca siang ini sedikit membuat orang menggigil, tapi Anin menyugestikan dirinya dengan mantap jika panas di wajahnya tercipta karena Anin hari ini mengenakan pakaian serba gelap. Bukan karena ucapan sang ibu paruh baya yang merangkap jadi seseorang yang mungkin kelak akan menjadi ibu keduanya. Dan Bu Indri menyadarinya. Membuatnya kini sadar mengapa putranya bisa sejatuh itu terhadap perempuan yang dulu sempat menjadi orang terpenting Ruha, keponakannya yang ternyata sempat menggores luka di hati Anin.

Devolver (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang