Part 24

1.3K 142 4
                                    

Sudah beberapa hari terakhir ini William sering datang ke sekolah Haikal untuk menjelaskan tentang ucapannya beberapa hari yang lalu, tapi setiap William ingin bertemu dengan Haikal dia selalu saja menghindarinya, seperti saat ini contohnya.

"Kal, tunggu," ucap William.

"Apa lagi?" tanya Haikal malas.

"Saya minta maaf."

Haikal menatap kearah William sambil mengangkat sebelah alisnya, "minta maaf tentang apa?"

"Ucapan saya beberapa hari yang lalu."

"Oh, gak usah di pikirin."

"Maaf dan tolong jangan menghindar lagi Haikal."

"Gua terima maaf lu tapi kalo soal permintaan lu yang kedua gua gak bisa pastiin."

"Hm, tidak apa-apa. Ya sudah, saya pulang dulu."

Setelah itu William pergi dari hadapan Haikal dengan kepala yang menunduk.

Dengan langkah pelan William berjalan menuju ke seberang jalan dimana mobilnya terparkir.

Saat hendak menyeberang, William tidak sadar jika ada mobil yang sedang melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi. Saat dia sadar dan hendak menghindar namun belum sempat menghindar mobil tersebut sudah menabrak dirinya hingga dirinya terpental cukup jauh.

Haikal yang melihat kejadian itu hanya bisa diam mematung, kejadiannya begitu cepat dan sangat tiba-tiba. Saat sadar dari ke terdiaman nya, Haikal melihat sudah ada banyak orang yang mengerubungi William.

Haikal berjalan kearah William yang terkapar di aspal dengan orang-orang yang mengerubunginya, dia bisa melihat William yang berlumuran darah.

Haikal memangku kepala William, "bangun anjing! Bangun! Kalian kenapa diem aja, cepetan panggil ambulan bangsat!" ucap Haikal dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bangun bajingan! Siapa yang suruh lu buat tidur?! Bangun anjing bangun!" Haikal terus meracu agar William bangun dengan air mata yang mengalir.

William membuka matanya secara perlahan walaupun terasa berat, tubuhnya terasa amat sangat sakit. Dia bisa melihat Haikal yang menangis, dengan perlahan William mengangkat tangannya kearah wajah Haikal.

"Jangan menangis, saya minta maaf," ucap William pelan.

"Gua gak mau maafin lu, gua benci sama lu," balas Haikal.

"Hm, saya juga sayang sama kamu."

"Gua bilang gua benci sama lu bukan sayang sama lu."

"Saya tau."

Setelah mengucapkan itu pegangan tangan William pada wajah Haikal terlepas dan mata William perlahan menutup.

"Bangun! Jangan bercanda! Buka mata lu brengsek!" Haikal menepuk-nepuk pipi William mencoba untuk membangunkan William.

"Gak lucu, bangun bajingan! BANGUN! BUKA MATA LU, GUA GAK NYURUH LU BUAT TIDUR!"

Haikal terus mencoba untuk membangunkan William namun William tetap menutup matanya, sedangkan orang-orang menatap iba kearah Haikal.

Tak lama kemudian ambulan datang, para pihak medis langsung menggotong tubuh William masuk kedalam ambulan, saat hendak menutup pintu ambulan Haikal mencegahnya.

"Gua ikut," ucap Haikal.

Mereka mengangguk memperbolehkan Haikal ikut masuk kedalam ambulans.

Sesampainya di rumah sakit, William langsung dibawa ke ruang UGD. Haikal menunggu William yang masih di periksa oleh dokter, Haikal terus mondar-mandir di depan ruang UGD tanpa memperdulikan seragamnya yang tadinya berwarna putih kini berwarna merah akibat darah William yang mengenai seragamnya.

HAIKAL NOT HAIDAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang