Maaf

8.8K 307 14
                                    

Warning!!!!
Adegan berbahaya tidak untuk ditiru.
Bijaklah dalam memilih bacaan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Bunuh akuu" Teriak Caroline dengan histeris ketika Devano masuk ke ruang bayi di antar Dokter disana.

"Ba.. Bayiii....kuuuuu" Ucap Caroline dengan lemah ketika kesadaran hilang pada dirinya, Caroline pingsan.

Lagi-lagi Devano membuat kesalahan yang fatal. Dirinya memisahkan seorang ibu dari putranya.

Entah kapan keduanya dapat saling memahami.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Caroline terbangun dari pingsannya, bukan rasa sakit yang ia rasakan pertama kali.

Tapi ingatan tentang Devano yang membawa bayinya membuat Caroline dengan segera keluar dari pintu kamarnya.

Baru saja membuka pintu, dokter lily sudah masuk dan memeluk tubuh Caroline.

"Maafkan aku, maafkan mama. Dia sudah membawanya" Ucap Dokter Lily.

Caroline menatap tidak percaya, air matanya jatuh. Kakinya tertatih untuk melangkah menuju tabung bayi anaknya.

Sampai disana, tidak ada, tidak ada bayinya. Bayi yang baru saja ia lahirkan sudah di bawa pergi.

Caroline terjatuh, air matanya tidak berhenti mengalir. Kehidupannya, kebahagiaan nya telah di renggut dari dirinya.

Dokter lily memeluk Caroline, penderitaannya sudah terlalu besar.

"Maaaaa, anakku" Isak Caroline.

Dokter lily tidak bisa berkata apa-apa, Caroline kembali pingsan.

Baru saja bangun Caroline sudah di hadapkan dengan kenyataan lagi, kenyataan bahwa anaknya telah di bawa pergi.

Rasanya ingin mati, bayi yang ia kandung dengan kasih sayang di bawa pergi dan membuatnya tidak bisa melihat bayi mungil itu lagi.

Padahal kebahagiaan baru saja menghampiri, dan sekarang hidupnya benar-benar hancur.

Caroline melangkahkan kakinya, berjalan dengan tertatih keluar dari rumah sakit.

Dirinya menaiki taksi dan pergi.

Bodyguard yang di tugaskan Devano untuk berjaga, segera mengikuti langkah Caroline.

"Tuan, nyonya keluar dari rumah sakit" Ucap bodyguard di telepon.

"Ikuti terus, jangan biarkan istriku kabur lagi" Ucap Devano di telepon.

"Baik tuan" Ucap bodyguard kemudian menutup telepon.

Taksi berhenti tepat di bibir pantai, kakinya melangkah tanpa alas kaki sedari tadi.

Caroline melangkah, menuju bebatuan besar pantai. Dapat ia lihat sinar matahari yang mulai turun dan deburan ombang yang semakin besar.

Hidupnya sudah hancur, kebahagiaan telah di renggut. Lalu apa yang harus ia pertahankan. Karena Devano sudah mengambil bayinya tidak akan pernah di kembalikan, Caroline tahu itu.

Dirinya begitu bodoh, karena berniat memaafkan Devano setelah pembalasan dendamnya selesai.

Bahkan belum selesai saja, Devano sudah membuatnya hancur dan putus asa.

Kesempatan apakah akan datang lagi.

Caroline menatap matahari yang mulai terbenam, angin yang sejuk membuat hatinya yang sakit tidak juga mereda.

CEO Sang Mafia 2 (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang