Devano 2

11K 304 5
                                    

Warning 21+
Terdapat adegan dewasa
dan tindak kekerasan.
Mohon bijak dalam memilih bacaan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dan Devano paham betul maksud dari ucapan anak di hadapannya, jangan berani tinggal dan menjadi bagian dari keluarga mereka.

Devano hanya diam, tidak peduli dengan ucapan anak di hadapannya.

"Bisu" Ejeknya kepada Devano karena tidak menjawabnya.

Langkah kaki terdengar, dia keluar dan menutup pintu dengan perlahan karena hari sudah malam dan suasana yang sepi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dengan keadaan Devano yang sudah pulih seutuhnya, dan juga kedekatan Devano dan Caroline membuat keduanya bermain di luar rumah bersama.

Devano yang pendiam jadi banyak berbicara ketika hanya berdua bersama Caroline.

Dan kini mereka berdua sedang bermain sepeda berdua di luar rumah, suasana hutan yang sepi membuat Devano hanya bisa fokus pada tawa gadis kecil di belakangnya.

"Lebih cepat, aku ingin terbang. Hahahha" Tawa Caroline karena angin terus berhembus.

Devano tidak mendengarkan Caroline, dirinya tetap bersepeda dengan santai dan nyaman.

Benar, Caroline di bonceng Devano karena Caroline yang di ajari sepeda tidak pernah bisa membuatnya harus duduk diam di belakang kursi penumpang.

Devano yang asik bersepeda, mengalihkan pandangannya ke sebuah mobil hitam yang diam di tengah hutan, perasaannya tidak enak.

"Kita kembali" Ucap Devano.

"Tapi ini baru sebentar" Ucap Caroline merengek.

"Besok kita main lagi di dekat halaman rumah" Ucap Devano.

"Janji ya" Ucap Caroline antusias.

Devano mengangguk, kini kakinya menggowes sepeda kembali kerumah.

Sampai di rumah keduanya masuk, sebelum menutup pintu Devano memperhatikan halaman rumah dan hutan, tidak ada mobil yang tadi Devano lihat. Hati Devano merasa lega.

Malam Pun tiba, Devano yang merasa haus melangkahkan kaki keluar dari kamar tidurnya.

Karena kamarnya yang berada di ujung, Devano harus berjalan cukup jauh untuk mengambil air.

Sampai di dapur, Devano kembali melangkahkan kakinya untuk ke kamar.

Namun suara orang merintih mengalihkan fokusnya.

"Akhhhhh"

Dapat Devano dengar dari sebuah pintu yang terbuka sedikit, Devano tidak tahu tempat apa itu.

Kakinya melangkah, mendorong pintu agar terlihat dengan jelas, banyak kertas dan ada sebuah benda persegi yang menyala.

"Sakittt, ahhhhh"

Suara itu semakin terdengar dengan jelas, Devano mencari asal suara itu.

Di samping sebuah lukisan pernikahan ada sebuah lorong kecil.

"Diam dan nikmati saja sayang"

Devano melangkahkan kakinya kesana, karena mendengar suara seorang pria.

Devano berjalan dengan pelan, tubuhnya sedikit condong untuk melihat apa yang terjadi.

Mata Devano membulat, dia melihat ibu Caroline yang di pukuli oleh suaminya.

CEO Sang Mafia 2 (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang