Caroline pingsan tubuhnya tidak kuat lagi, Devano menggendong istrinya yang pingsan membawanya dengan wajah khawatir dengan helikopter yang sudah sedari tadi mendarat, Devano pergi membawa Caroline istrinya.
Sesuai keinginan istrinya, dirinya membawa anak kecil yang baru saja melihat kematian ayahnya di depan mata.
Awalnya Devano ingin membunuh juga anak dari lelaki yang telah menculik istrinya, tapi anak itu yang telah memberi petunjuk kemana istrinya pergi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sampai di sebuah lahan hijau, helikopter yang di tumpangi Devano mendarat di lapangan rumput yang luas milik rumah sakit.
Pandangan semua orang menatap tidak percaya, sebuah helikopter tiba-tiba mendarat di hadapan mereka.
Para medis segera berlari menghampiri helikopter tersebut, mereka sudah menerima panggilan darurat dan segera melaksanakan tugas mereka.
Caroline di bawa masuk ke dalam ruangan, Devano tidak bisa ikut masuk dirinya takut keberadaannya di sana malah membuat para medis tidak becus menangani istrinya.
Selang beberapa lama, pintu yang tadi membawa masuk istrinya terbuka, seorang dokter pria keluar dari sana.
Wajah dokter itu tersenyum kearah Devano, bagaimana bisa seseorang tersenyum ketika istrinya sedang sekarat.
"Selamat, tuan" Ucap dokter laki-laki itu.
Devano yang sedari tadi menahan amarahnya jadi langsung meledak mendengar perkataan selamat itu.
Tangannya melayang, meninju dokter yang tersenyum di hadapannya ketika istrinya sedang sekarat.
Dokter itu jatuh tersungkur, wajahnya lebam di pipi sebelah kiri.
"Sialan, bagaimana bisa seorang dokter mengatakan selamat ketika pasiennya sedang sekarat" Teriak Devano, menarik kerah baju dokter yang tersungkur.
Tindakan Devano membuat pasien lainnya keluar dari ruang inap mereka yang berada di sekitar ruangan Caroline.
"Bu... Bukan begitu maksud saya.... tuann" Ucap dokter itu terbata.
Tangan Devano tidak tahan dirinya ingin meninju orang di hadapannya lagi.
"Tuan, ini rumah sakit" Ucap Jason menenangkan tuannya, karena melihat keramaian yang memenuhi lorong tempat nyonya nya di rawat.
Devano melepaskan genggaman pada kerah dokter tersebut. Tiba-tiba pintu ruangan tempat istrinya dirawat terbuka.
"Kamu terlalu berlebihan Dev" Ucap suara parau yang baru saja membuka pintu.
Tangannya sedang memegang infus yang di bantu suster untuk berdiri.
Devano melangkah, menuju di hadapan istrinya yang terlihat pucat. Masa bodo dengan yang terjadi barusan.
"Istriku, bagaimana keadaanmu" Tanya Devano, tangannya mengambil cairan infus dan memegang tangan istrinya.
Caroline tidak mendengarkan ucapan Devano, dirinya malah melangkah mendekati dokter.
"Maaf dokter, karena suami saya telah memukul anda" Ucap Caroline meminta maaf.
"Tidak nyonya, saya pantas mendapatkannya" Ucap dokter tersebut.
Devano segera menghampiri istrinya dan menggandeng tangannya.
"Jadi bagaimana keadaan istriku" Tanya Devano, di depan banyak orang.
Caroline yakin jawaban itu tidak akan di utarakan karena kondisi pasien adalah hal privasi mengingat banyak orang yang berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Sang Mafia 2 (21+) [END]
Romance[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA] Area 21+ Bahasa Vulgar. Adegan Dewasa Penyiksaan dan Bunuh diri. Mohon Bijak dalam memilih bacaan. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ "Mom, jangan menangis. Aku akan memukul pria tua itu supaya tidak menggangu kita" Begi...