Part 11 •Kembali•

82 29 256
                                    

Assalamualaikum, hai 🤗

Gatau kenapa, tiba tiba pengen publish aja😭

Selamat membaca:)

##

"Kak Rahul?!"

Alia sangat terkejut melihat penampilan Rahul, dia tampak berbeda dari biasanya.

Wajah tampan yang terlihat sempurna tanpa janggut, pakaian rapi, dan jangan lupakan senyum manis yang terukir indah diwajahnya.

Wajah tampan yang terlihat sempurna tanpa janggut, pakaian rapi, dan jangan lupakan senyum manis yang terukir indah diwajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya satu kata yang bisa menggambarkan Rahul; Sempurna.

"Kak Rahul, kau terlihat sangat tampan." ucap Alia dengan memutar tangannya disekitar wajah Rahul, lalu menggenggam dan menaruh tangannya di area pelipis. Sama seperti yang sering Zoya lakukan, di film Marjavaan.

"Siapa kau?" pekik Rahul.

Alia menatap Paro, "Dia sering tidak mengenali orang orang, Alia. Maklumi saja, ini sudah sering terjadi." bisik Paro.

Alia memakluminya, makanya dia mengangguk. "Aku adikmu, Alia."

"Alia kecilku?!" pria ini terlihat tersenyum bahagia. "Jangan pergi lagi, aku akan merasa sedih." Rahul menarik Alia kedalam pelukannya.

Paro melihat ini tersenyum, mereka berpelukan dengan cukup lama. "Apa aku boleh bergabung dalam pelukan kalian?" keduanya mengangguk, dan kini mereka bertiga berpelukan bersama.

"Sekarang kakak, kau harus makan dari tanganku, dan aku tidak menerima penolakan." ucap Alia.

"Sejak kecil aku tidak pernah menolak permintaanmu bukan, Alia?" senyum Alia mengembang dengan semangat ia menyuapi Rahul satu persatu, dari piring yang full dengan makanan hingga bersih tak tersisa.

Paro merasa sangat bahagia, dengan sedikit memaksa Rahul untuk mencukur janggutnya, dia bisa memberikan kebahagiaan yang banyak pada Alia.

Pagi hari, setelah kepergian Alia ke klinik. Paro mendatangi kamar Rahul, senyumnya terukir kala melihat Rahul yang tidur nyenyak dengan lampu tidur yang berwarna biru. Dia benar-benar merasa senang, karena Rahul tak lagi takut dengan cahaya.

"Kau sudah tak takut dengan cahaya, tetapi kapan kau akan keluar dari kamarmu?" gumam Paro seraya mengelus rambut Rahul pelan. Merasa ada yang mengelus rambutnya, Rahul mulai terganggu dari tidurnya. Dia mulai membuka mata, dan senyumnya terukir saat melihat wajah Paro.

"Roohi, ada apa?" Paro sebenarnya senang bisa dekat dengan Rahul, tetapi ia juga sedih karena Rahul mengenalnya dengan nama orang lain.

"Ini sudah pagi, ayo bangun."

Rahul mulai bangkit dari tidurnya, dia menatap Paro dengan sangat manis.

"Rahul, janggut-mu sudah sangat lebat. Apa kau tak berniat memotongnya?"

MERE PYAAR KA RANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang