Part 19 •Teror?•

78 25 249
                                    

Assalamualaikum, hai 🤗

Jangan lupa Vote+Komen

Maaf kalo ada typo d.l.l

Selamat membaca:)

##

Dev kini terduduk lemas melihat kondisi sahabatnya, jangankan mengingat kenangan saat mereka bersama, mengenalinya saja tidak. Dia terpaku melihat pemandangan didepannya, dimana Rahul sedang menatap bulan dengan Alia disampingnya.

"Kak, apa kau mengenal dia?" Alia mulai mengandeng Rahul mendekati Dev, yang duduk terpaku disofa.

"Tidak, apa sebelumnya aku mengenali dirinya?"

"Sangat, bahkan sangat sangat mengenalnya." jawab Alia.

"Benarkah? Siapa dia?"

"Deva Malhotra, kau lupa?"

Raut wajah Rahul berubah, mendadak dia terdiam. Kepalanya juga mulai sakit, Rahul tak langsung memeluk Dev.

Melainkan Dev yang memeluk Rahul dengan sangat erat. Rahul perlahan-lahan membalas pelukan itu tak kalah erat, Dev benar-benar merindukan sahabatnya.

"Kau dari mana saja?" Dev langsung bertanya sesaat setelah melepas pelukannya.

"Disini, kau yang dari mana?"

"Aku tinggal beberapa waktu di London. Untuk menenangkan diri, tapi aku sekarang sudah kembali." Dev tersenyum tipis dengan mengatakan itu semua.

Rahul menatap Dev lekat, lalu tersenyum juga.

"Kau berubah Deva, sekarang kau tidak suka tersenyum lebar sepertinya. Aku juga merasa kau sangat berbeda, dulu kau selalu tersenyum lebar tapi sekarang terlihat jarang tersenyum lebar." Dev lagi lagi mengembangkan senyum tipis, disaat ia mendengar pernyataan sahabatnya.

"Senyum lebar, hal itu hanya tinggal kata dihidupku, tidak ada alasan untuk kata itu menjadi kenyataan." Dev lagi lagi tersenyum tipis.

"Kenapa? Hal itu bukan kata, coba lihat kau sedang tersenyum." bantah Alia pada pernyataan Dev barusan.

"Alia, ini namanya senyum tipis. Senyumku ini, kembali berkat dirimu." Dev mengucapkannya sembari mencubit pelan hidung Alia.

"Tetap saja itu senyum namanya Devu, tidak ada senyum tipis dan senyum lebar." Rahul nampak gemas melihat perdebatan kecil adik dan sahabatnya itu.

"Beda, senyum lebar seperti ini," Dev mulai menarik kedua ujung bibir Alia. "Dan senyum tipis, itu seperti ini," Dev menarik sedikit satu ujung bibirnya.

Setelah beberapa saat bercanda tawa, suasana kini jauh lebih cair daripada tadi. Rahul banyak berbicara dan tertawa, begitu juga Dev. Hal itu membuat gadis yang ada disana tersenyum senang. Tetapi itu tidak bertahan lama, hingga...

Piarr!!

Jendela kaca milik Rahul terpecah, sebuah batu yang dibungkus dengan kertas itu penyebabnya dan batu itu menggelinding hingga kaki Alia. Dengan sigap Dev melihat kearah jendela, namun nihil; dibawah sana tidak ada siapapun. Dan kini, Rahul mulai ketakutan hingga gemetar, nafasnya juga tak menentu.

MERE PYAAR KA RANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang