Tengah malam seluruh orang di penginapan terbangun karena suara teriakan dari penginapan sebelah. Shinichi, Heiji, Jodie serta yang lainnya kecuali Shiho, segera berlari menuju ke tempat kejadian. Ada rombongan turis lain yang berjumlah 5 orang dan salah satunya tewas. Bibirnya mengeluarkan buih. Polisi setempat juga sudah dipanggil.
"Aneh... ciri-ciri dia meninggal adalah karena keracunan sianida, tapi sama sekali tidak ditemukan sianida di sini..." kata Heiji.
"Tidak mungkin pelaku menghilangkan barang bukti begitu cepat," tambah Jodie, "bubuk sianida bisa menyebabkan gatal-gatal dan ruam bagi yang menyentuhnya, tapi tidak satupun dari para calon tersangka itu ditemukan ruam ataupun mengalami kegatalan,"
"Mungkin memang tidak ada yang menyentuhnya secara langsung," gumam Shinichi.
"Tidak ditemukan sarung tangan atau apapun yang bekas sianida," timpal Heiji.
"Mungkin dia tidak menggunakan sianida secara langsung. Uhuk... Uhuk...." kata Shiho yang tiba-tiba muncul di lokasi kejadian.
"Shiho? Kenapa kau kemari? Seharusnya kau istirahat," kata Shinichi.
Pelipis Ran dan Sonoko berkedut-kedut mendengar perkataan Shinichi barusan.
"Aku baik-baik saja," sahut Shiho.
"Apa maksudmu dengan tidak menggunakan sianida secara langsung?" tanya Heiji.
"Sianida bisa didapatkan dari banyak hal, bahkan bahan makanan sehari-hari,"
"Eh?" semua mengerjap memandangnya.
"Contohnya adalah biji apel. Biji apel sangat beracun, karena terdapat zat amygdalin yang mengandung sianida dan gula. Jika tertelan oleh tubuh dan bercampur dengan enzim pencernaan manusia, bisa berubah menjadi hydrogen sianida," jelas Shiho.
Sonoko refleks berjengit ngeri, "waduh! Aku sepertinya sering tertelan itu biji apel,"
"Tidak masalah jika dalam jumlah sedikit," sebuah suara lain yang menjawab.
Mereka semua menoleh pada asal suara.
"Furuya San?" panggil Ran.
Shiho membuang muka saat melihat kedatangannya.
Shinichi tanpa sadar berdiri membentengi Shiho darinya.
"Tapi jika ditumbuk dalam jumlah banyak, bisa menyebabkan kematian. Bukan begitu Miyano-San?" tanya Rei pada Shiho.
Shiho tidak menanggapi.
Para intelek yang bergabung akhirnya mendiskusikan kasus tersebut hingga menemukan siapa pembunuhnya. Ran, Sonoko dan Kazuha cuma bengong karena tidak sanggup menyamai pembicaraan maupun pemikiran mereka.
"Akhirnya selesai juga," gumam Heiji lega.
Rei melirik Shinichi yang terus menerus membentengi Shiho, "tak perlu bersikap seolah aku masih anggota organisasi. Mereka juga sudah punah,"
Mata Shinichi menyipit penuh perhitungan, "apa yang kau lakukan di sini?"
"Urusan kepolisian umum," sahut Rei enteng.
"Kau membuntuti Shiho?" tanya Jodie.
"Ah? Apa yang anggota FBI lakukan di sini?" Rei balik menyindir.
"Furuya-San... Shiho bukan Elena..." Shinichi mengingatkan dengan tajam.
Ran, Sonoko, Kazuha serta Detektif Cilik mulai menyadari aura menegangkan itu.
"Aku tahu itu," kata Rei.
"Tentu saja kau tahu," kali ini Shiho merespon dengan dingin. Ia keluar dari benteng Shinichi, melangkah ke depan Rei Furuya.
"Shiho?" Shinichi tak mengerti tindakannya.
"Kau yang menghalalkan segala cara untuk naik pangkat di organisasi! Kau yang membawaku pada Gin untuk menyelamatkan penyamaranmu sendiri!" seru Shiho penuh emosi.
"Aku terpaksa melakukannya. Tapi aku sama sekali tidak berniat membunuhmu. Aku berencana untuk mengeluarkanmu dalam keadaan hidup..."
"Persetan!" amuk Shiho.
Semua terkesiap, mereka belum pernah melihat Shiho semarah itu.
"Kau seharusnya tahu bagaimana Gin! Kau kira dia akan bersabar pada pendekatanmu! Gin takkan pernah berpikir untuk membunuh! Sebelum kau melaksanakan rencanamu! Aku sudah mati brengsek! Bukankah kau polisi rahasia! Tapi kenapa deduksimu begitu bodoh! Uhuk... Uhuk..." Shiho terbatuk sambil memegang dadanya, ia terpuruk di lantai.
Shinichi merengkuhnya, "tahan dirimu Shiho... kau belum pulih..."
"Ugh..." Shiho meringis, dadanya terasa nyeri.
"Lihat yang kau lakukan, kau telah membuatnya terguncang," tegur Jodie.
Shinichi mendekap Shiho, takut dia muntah darah lagi, "awalnya aku memang mengagumimu Furuya San..."
"Uhm?" Rei memandangnya.
"Tapi... sejak kau menggunakan Shiho... Menyerahkannya untuk mencari muka di depan Gin... Aku takkan pernah memaafkanmu..."
"Shinichi..." Ran terpana mendengar kata-kata kekasihnya itu.
"Shiho jadi seperti ini karena kau. Jika Akai-San tidak tepat waktu, Gin sudah menendangnya sampai mati... karena itu... Aku takkan pernah memaafkanmu..." ucap Shinichi seraya menggendong Shiho yang kesakitan.
Kedua tangan Rei mengepal di sisi tubuhnya.
"Sekarang tak perlu membawa-bawa nama Elena untuk mengambil hati Shiho. Kau tidak pantas untuknya dan aku takkan pernah membiarkannya. Jauhi Shiho selamanya," kata Shinichi dingin sebelum berbalik pergi membawa Shiho.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning Of You
FanfictionPlot fanficnya yang ringan-ringan aja dulu. Belum sanggup bikin yang berbau kuat thrillernya karena masih Kram Otak. Have a nice weekend!