Kurang lebih dua bulan Haibara sengaja dibuat koma. Setelah radangnya membaik, ia akhirnya sadarkan diri. Walau cukup menggunakan selang oksigen, alih-alih masker, dokter masih melarangnya banyak bicara. Ia sesekali masih batuk, setiap kali batuk dadanya terasa nyeri, meski sudah tidak mengeluarkan darah lagi. Yusaku dan Yukiko masih belum mengijinkannya bertemu orang-orang luar. Emosi Haibara harus stabil, ia tidak boleh sedih, marah atau terguncang, bahkan tertawa juga tidak disarankan.
"Ada apa Okasan?" tanya Shinichi yang baru saja masuk kamar.
"Anooo... ini pertama kalinya Ai-Chan boleh makan bubur. Okasan dan suster mau menegakkan pembaringannya, tapi sepertinya macet ini," kata Yukiko yang sudah berulangkali menekan tombol, tapi tak berfungsi.
"Kalau hanya bubur cair bisa dengan sedotan kan?" usul Shinichi.
"Takutnya tersedak," suster yang menjawab, "sebisa mungkin jangan sampai batuk, pasien harus dalam keadaan tegak,"
"Oh, aku bantu saja," kata Shinichi.
Perlahan dan hati-hati Shinichi meraih tubuh Haibara, menjadikan dirinya sendiri sebagai sandaran untuk Haibara, nyaris menimangnya. Tubuhnya begitu ringkih dan semakin kurus. Shinichi benar-benar tidak tega.
Dibantu suster yang memegang mangkuk, Shinichi perlahan-lahan menyuapi Haibara dengan sendok kecil. Ia meniup dahulu buburnya sampai dingin sebelum sampai ke bibir Haibara.
"Pelan-pelan saja Haibara, tidak perlu buru-buru..." gumam Shinichi lembut.
"Dia belum bisa dikunjungi kan?" tanya Sonoko.
"Belum, tapi aku ingin mengintip kondisinya dari luar, siapa tahu ada perkembangan tertentu," kata Ran.
Sonoko mendengus seraya melipat lengannya.
"Jangan begitu Sonoko, dia sedang sakit. Lagipula kasusnya juga sudah berlalu," pinta Ran.
"Hai hai baiklah... aku juga sebenarnya tak enak hati karena telah menamparnya waktu itu,"
Mereka sampai di depan jendela kaca dan tertegun melihat pemandangan itu. Shinichi memeluk dan menyuapi Haibara. Ran terjebak antara rasa kasihan dan cemburu. Ia sungguh takut kehilangan Shinichi.
"Ran?" Sonoko menatap sahabatnya.
"Anoo... syukurlah Ai-Chan semakin baik... Aku cukup lega... Ayo kita kembali..." ujar Ran seraya berbalik badan dan berlalu pergi.
"Ran!" Sonoko menyusulnya.
"Uhm..." Haibara bergumam, menolak suapan berikutnya.
"Mungkin dia sudah kenyang," kata Yukiko.
"Baru beberapa suap," kata Shinichi.
"Tidak apa-apa, tidak usah dipaksa," kata suster.
"Satu lagiii saja ya... tanggung ini... Ayo..." pinta Shinichi membujuk Haibara.
"Uhm..." Haibara merengkut.
"Terakhir, janji," ujar Shinichi.
Haibara akhirnya menerima suapan terakhir itu, lalu meminum obatnya berupa tablet super kecil agar mudah ditelan.
"Saya ingin menukar ranjangnya dulu, Anda bisa menggendongnya sebentar?" pinta suster.
"Tidak masalah," ucap Shinichi sambil menggendong Haibara.
Dibantu Yukiko, suster mengeluarkan ranjang yang tombolnya rusak.
Shinichi merasakan bahu kanannya menghangat. Ketika menoleh, ia menyadari kemejanya basah karena airmata Haibara. Wanita itu menangis. Tenggorokan Shinichi tercekat melihatnya.
"Tidak apa-apa Haibara," bisik Shinichi mendekatkan bibirnya ke telinga Haibara, "kau pasti sembuh dan semuanya akan baik-baik saja,"
Yukiko melihatnya semakin iba, ia sadar Haibara lebih membutuhkan Shinichi. Ini bukan sekedar cinta monyet atau obsesi, melainkan sebuah kehidupan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning Of You
FanfictionPlot fanficnya yang ringan-ringan aja dulu. Belum sanggup bikin yang berbau kuat thrillernya karena masih Kram Otak. Have a nice weekend!