Epilogue

2.7K 129 4
                                        

"Huaaa..." bocah lelaki yang baru berusia tiga tahun itu menangis keras.

"Apa Yuichi?" tanya Shiho sabar.

"Tidak mau... tidak mau..." Yuichi menunjuk kismis di muffinnya.

"Itu kan cuma kismis, enak kok,"

"Tidak mauuu... Gak suka..."

"Duh... kau benar-benar anak Kudo Shinichi..." keluh Shiho.

"Ka-chan..." Yuichi memelas.

Shiho menghela napas mengalah, "hai... hai... Okasan cabut dulu kismisnya," ia mengambil muffin dari hadapan Yuichi dan memilih-milih kismisnya.

"Benar-benar cetakan Shinichi," Yukiko terkikik.

"Ohayo Okasan, Otosan..." sapa Shinichi yang baru saja turun dan duduk di sebelah Shiho, mengapit Yuichi.

"Too-chan..." panggil Yuichi imut.

"Ohayo Yui-Chan," Shinichi mengecup kepala putranya, "loh... Kok Yuichi makannya berantakan?"

"Masih tanya?" Shiho mendelik pada suaminya, "Yuichi tidak mau kismis, aku jadi harus membongkar muffinnya dulu," gerutunya sambil menyuapi Yuichi dengan pecahan muffin.

Shinichi terkekeh, "fotokopi aku ya..."

Shiho berdecak kesal, "padahal aku sudah berusaha supaya dia doyan... sia sia saja... semuanya mirip denganmu..."

"Yuichi juga mirip denganmu kok. Yuichi penyayang binatang, ya kan Yuichi?" Shinichi menepuk lunak kepala bocah itu.

"Haiii... Yuichi mau pelihara kucing..." sahut Yuichi.

Shiho akhirnya melunak sedikit melihat kepolosan putranya.

"Jadi hari ini, hari pertama Yuichi masuk playgroup ya?" tanya Yusaku.

"Eh," Shiho mengangguk, "hari pertama masih boleh ditunggui orang tua, tapi besok Yuichi harus berani sendiri,"

"Yuichi berani sendiri?" tanya Yukiko.

"Haiii..." sahut Yuichi yang belum mengerti apa-apa.

Shinichi melirik arlojinya, "sebaiknya kita pergi sekarang Shiho,"

"Oke," kata Shiho sambil mengelap bibir Yuichi dengan tisu dan mengambil tasnya sembari menggandeng Yuichi.

"Kami pergi dulu Otosan Okasan," pamit Shinichi.

"Hati-hati," Yukiko dan Yusaku melambai di depan rumah.

Shinichi memacu mobil sport putihnya ke sekolah Teitan. Mereka berdua menggandeng Yuichi masuk sekolah sesampainya di sana. Awalnya memang tidak ada apa-apa. Yuichi hanya celingak celinguk tak mengerti. Masalahnya muncul saat Shinichi dan Shiho menyerahkannya ke tangan Kobayashi Sensei.

"Dah... Yuichi..." Shiho melambai.

"Jangan nakal ya Yuichi," Shinichi juga melambai

Baru berjalan beberapa meter bersama Kobayashi, Yuichi sudah menoleh ke belakang dengan tangan terulur ke orang tuanya, ia mulai menangis.

"Huaaa... Ka-Chan! To-Chan!" tangis Yuichi dengan tangan mungil menggapai-gapai. Ia belum pernah berpisah dari orang tua maupun kakek-neneknya.

"Yah... Nangis kan..." Shiho menepuk keningnya.

Shinichi terkekeh canggung, "yang itu bukan warisanku loh, aku tak pernah menangis waktu masuk sekolah pertama kali,"

"Aku juga tidak,"

"Jadi warisan siapa?"

Shiho menggeleng, "tidak tahu,"

"Ka-chaaan..." Yuichi berlari kepada Shiho.

"Apa Yuichi?" tanya Shiho sabar menghadapi putranya.

"Pulang... Yui mau pulang..." raung Yuichi.

"Iya kita pulang tapi nanti ya... Yuichi masuk kelas dulu belajar..." pinta Shiho sabar.

"Otosan dan Okasan menunggu di luar sini kok Yuichi," timpal Shinichi.

"Yuichi katanya berani, ayo masuk kelas, ketemu teman-teman lain," bujuk Shiho.

"Maunya sama Ka-chaan..."

"Tidak bisa Yuichi. Okasan menunggu disini sama Otosan oke? Yuichi masuk sama Sensei ya? Banyak mainan loh di sana,"

"Yuichi kemarin bilang sama Otosan mau jadi apa?" tanya Shinichi.

"Tantei..."

"Kalau mau jadi tantei harus apa?"

"Berani..."

"Nah, Yuichi harus berani. Sekarang masuk kelas ya," pinta Shinichi lembut namun mengandung nada ketegasan.

"Uhm..." Yuichi lambat-lambat mengangguk.

"Ayo Yuichi-Chan," Kobayashi mengajak sambil menggandengnya lagi.

"Dadah Otosan Okasan..." Yuichi melambai.

Shinichi dan Shiho balas melambai.

Yuichi akhirnya patuh masuk kelas.

Shinichi dan Shiho menghela napas lelah.

"Ampun... Ampun..." gumam Shiho sambil geleng-geleng, "lebih susah jadi ibu daripada meramu obat ya..."

"Ya sudahlah yang penting anaknya sudah masuk," Shinichi melirik arlojinya lagi, "masih ada tiga jam lagi sebelum Yuichi pulang. Bagaimana kalau kita putar-putar saja di sini?"

"Oke,"

Shinichi dan Shiho keliling-keliling sekolah Teitan dari tingkat TK sampai ke SD. Kemudian Shiho melihat ruang kelas yang kosong itu dan masuk ke dalamnya.

"Shiho?" Shinichi yang bingung mengikutinya.

Shiho tersenyum ketika ia menghampiri deretan bangku agak belakang dan menduduki kursi kecilnya.

"Kenapa kau senyum-senyum begitu?" tanya Shinichi menyusul istrinya.

"Apa kau ingat? Di sini pertama kali kita bertemu. Aku duduk di sebelahmu,"

Shinichi nyengir, "ah, gadis aneh yang mampu menembak dengan baik. Mana mungkin aku melupakannya," ia pun duduk di sebelah Shiho.

"Aku pernah menendang bangkumu,"

"Yeah karena aku mengejekmu, menirukan suaramu yang dingin,"

Mereka tertawa bersama mengenang masa-masa itu.

"Kita selalu sebangku," ujar Shiho.

"Tentu saja, karena hanya kita dua orang dewasa yang terjebak mengecil,"

Shiho mengangguk, "eh, dengan duduk di sebelahmu, aku merasa tenang. Aku memiliki teman senasib, aku merasa mempunyai malaikat pelindung. Entah apa jadinya jika aku sendirian berhadapan dengan dunia dalam kondisi seperti itu,"

Shinichi menggenggam tangan istrinya, "aku juga tidak dapat membayangkan kalau harus melaluinya sendirian. Meski aku sempat kesal pada awalnya, tapi aku berterima kasih atas kehadiranmu. Dan sekarang kau istriku," ia mengecup pipi Shiho.

Shiho terkekeh, "di sini juga aku mulai jatuh cinta pada Conan-Kun yang sekarang menjadi suamiku,"

"Aku mencintaimu Shiho," ucap Shinichi.

"Aku lebih mencintaimu Shinichi," balas Shiho.

Mereka pun berciuman.

The Meaning Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang