Hanya Shiho satu-satunya yang tahu bagaimana cara menangani ebola. Berhubung dia sendiri tidak sadarkan diri karena virus tersebut, penduduk sangat kebingungan bagaimana harus merawatnya. Sementara akses ke sana tidak mudah. Shinichi akhirnya terbang ke Afrika dan menyewa speedboat khusus untuk menjemput Shiho.
Perjalanan menggunakan speedboat pun tidak mudah. Shinichi harus melawan gelombang Samudera Atlantik yang ganas selama 18 hari. Setelah sampai di sana, tim petugas medis yang sigap yang pergi bersamanya langsung mengevakuasi Shiho ke dalam speedboat. Semua peralatan medis, APD, oksigen dan infus telah disediakan. Mereka harus mengarungi ombak selama 18 hari lagi untuk sampai ke Cape Town. Dari sana, Shiho diterbangkan dengan pesawat jet khusus untuk kembali ke Jepang dan mendapat perawatan yang lebih intensif.
"Bagaimana Sensei?" tanya Shinichi yang sudah berada di ruangan dokter bersama Yukiko dan Yusaku.
Terlihat dokter menghela napas, "seandainya sedikit lebih cepat ditangani, semua ini tidak akan terjadi,"
"Kenapa? Shiho tidak bisa sembuh?"
"Kami sudah merawatnya sesuai catatan dari Profesor Miyano. Virus ebola ditubuhnya sudah mati. Tapi, komplikasinya sudah terjadi,"
"Komplikasi apa?"
"Kami menemukan saraf yang rusak pada indera pendengaran, penglihatan dan bicara pada Profesor Miyano,"
Kudo sekeluarga terhenyak.
"Jadi maksud Sensei? Shiho akan buta, tuli dan bisu?" tanya Shinichi.
Dokter dengan berat hati mengangguk.
"Apakah tidak ada cara untuk menyembuhkannya?" tanya Yukiko.
"Kita lihat perkembangannya nanti. Semoga saja masih bisa diperbaiki bila menggunakan donor mata, atau menggunakan alat bantu dengar. Hanya itu yang dapat kami lakukan. Mengenai bisu..." dokter menggeleng tidak ada ide.
"Oh ya ampun... Shiho-Chan... Kenapa jadi begini?" Yukiko menangis tersedu-sedu dalam pelukan Yusaku.
Shinichi terhenyak dan tampak terpukul.
***
Shiho terbangun pagi itu dan ia hanya melihat kegelapan. Ia juga merasakan kesunyian yang amat sangat, tidak terdengar apapun. Ia mencoba bersuara, namun tidak ada yang keluar. Ia menghela napas dalam hati, akhirnya hari ini tiba. Sebagai ilmuwan yang telah melakukan banyak eksperimen dengan virus ebola, Shiho sudah mengerti konsekuensinya. Ia akan buta, tuli dan bisu, bahkan mungkin juga lumpuh. Tapi, Shiho masih bisa merasakan dan menggerakkan kakinya, berarti ia tidak lumpuh.
Shiho bangun duduk dan merasakan tangannya nyangkut. Ia diinfus, indera penciumannya masih berfungsi dan ia bisa membaui aroma rumah sakit. Ia bertanya-tanya sekarang ia sedang berada di mana? Apakah ia masih di Pulau Tristan?
Demi mencari tahu, Shiho mencoba turun dari tempat tidur. Tapi karena kondisinya masih lemah ia terjatuh. Tiang infusnya juga jatuh terpelanting ke lantai.
"Shiho!" Shinichi memasuki kamar perawatan dan merengkuh Shiho di lantai.
Shiho kaget, ia mengerut dan mengisut menjauh dari Shinichi. Ia tidak bisa melihat, mendengar dan bicara, ia tidak dapat mengenali siapapun. Ia ketakutan.
Shinichi memahaminya, perlahan ia meraih tangan kanan Shiho dan menuliskan sesuatu di telapak tangannya.
Aku Kudo Shinichi...
Shinichi melihat gurat pemahaman itu di wajah Shiho. Ia lalu menulis lagi.
Kau sudah aman di Jepang...
Lambat-lambat Shiho beringsut maju, ia mengendus dan dapat menghirup parfum yang biasa dipakai Shinichi, seketika matanya berkaca-kaca. Ia mengulurkan tangan kanannya untuk mencari wajah Shinichi.
Shinichi meraih tangannya dan meletakkannya di pipinya. Lalu ia juga meraih tangan kiri Shiho dan meletakkan di pipinya yang satu lagi. Membiarkan Shiho meraba dan percaya bahwa itu sungguhan dirinya.
Shiho mulai meraba-raba, dari alis, mata, hidung sampai bibir Shinichi. Air matanya mengalir saat ia menyadari ia telah bertemu pria yang sangat dicintainya. Namun ia tidak berdaya karena tidak dapat melihat, mendengar maupun bicara padanya.
"Ya... ini aku Shiho... ini aku Kudo Shinichi..." isak Shinichi seraya meraih Shiho dan memeluknya erat.
Shiho menangis, Shinichi juga menangis.
"Tenanglah Shiho..." gumam Shinichi sambil membelai-belai rambut Shiho, "kau aman... aku takkan membiarkanmu pergi lagi... aku akan menjagamu..."
Shiho tentu saja tidak bisa mendengarnya, ia hanya sesenggukan di bahu Shinichi.
Shinichi ikut sesenggukan, betapa ia merindukan wanita ini dan ia sekarang telah menyadari segalanya, "aku mencintaimu Shiho... Aku mencintaimu.... Apa kau bisa dengar?" ia memeluknya semakin erat, berharap Shiho bisa merasakan cintanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning Of You
FanfictionPlot fanficnya yang ringan-ringan aja dulu. Belum sanggup bikin yang berbau kuat thrillernya karena masih Kram Otak. Have a nice weekend!