Chapter 14

2K 129 1
                                        


Jari-jari mereka saling terkait dan Shinichi tidak mau melepasnya meski Shiho sudah tidur pulas. Ia ingin Shiho masih bisa merasakan kehadirannya jika ia bangun sewaktu-waktu. Mata Shinichi merah karena kebanyakan menangis. Ia bahagia bertemu Shiho, sekaligus sedih dengan kondisinya. Tapi bagaimanapun keadaannya, Shinichi akan menerimanya.

"Kelak jangan lagi kau menyebut dirimu iblis, wanita kegelapan ataupun penyihir," isak Shinichi dengan suara sengau, sambil mengelus-elus rambut Shiho. Wanita itu tidur meringkuk menyamping menghadap Shinichi. Genggaman tangan Shinichi yang menandakan kehadirannya, membuat Shiho lebih tenang.

"Penduduk Pulau Tristan menganggapmu sebagai malaikat. Kau benar-benar ilmuwan hebat, berhasil menemukan vaksin dan obat virus ebola. Tapi..." tenggorokan Shinichi tercekat, "kenapa kau harus berkorban sampai seperti ini..."

"Pantas saja aku susah sekali mencarimu... Kau di pulau yang begitu terpencil dan tidak terjangkau internet... Dasar wanita cerdas....

"Tapi kuakui pulau itu memang indah... Nanti kalau kau sudah sembuh, kita bisa kesana lagi sama-sama..." dengan lembut Shinichi mengecup kening Shiho.

Dari balik tirai jendela kamar, Ran melihat semua itu. Ia merasa bersalah, tapi akhirnya ia sadar, cinta Shinichi adalah untuk Shiho. Ia yang seharusnya pergi. Ia mesti menerima dengan lapang dada, pernikahannya dengan Shinichi tidak akan pernah terjadi.

Saat ingin berbalik pergi, langkahnya terhenti karena ia melihat Yukiko sudah berdiri di sana.

"Yukiko-San..." panggil Ran.

"Mau apalagi?" tanya Yukiko dingin.

"Aku..."

"Kau masih iri dan dengki pada Shiho?"

Ran terdiam.

"Ran-Chan... kau masih sehat, punya orang tua lengkap dan teman-teman yang menyayangimu... Sekarang kau lihat Shiho... Untuk melihat, bicara dan mendengar saja dia sudah tidak bisa.... Kau mau apalagi?"

Ran tidak dapat menjawab.

"Sejak kecil aku sudah menganggapmu seperti putriku sendiri... Aku juga menghargai pilihan Shinichi ketika dia kencan denganmu... Tapi sungguh aku tidak menyangka, kau begitu tega berusaha mengusir Shiho dari kami..."

"Aku sungguh minta maaf Yukiko-San..."

"Shinichi mungkin sejak dulu memang menyukai Shiho walau dia tidak menyadarinya. Tapi seandainya saja, kau tidak cemburu dan tidak berusaha mengusir Shiho. Seandainya saja, kau berteman dengan Shiho, mungkin Shinichi tidak akan pernah menyadari perasaannya dan dia akan tetap bersamamu,

"Sebagai ibu, aku tahu perasaan Shinichi, tapi aku diam karena aku menghargai perasaan Ran-Chan yang selalu setia menunggu Shinichi. Aku juga tahu Shiho memendam perasaannya pada Shinichi. Aku memanjakan Shiho sebagai ganti karena mungkin Shiho tidak akan pernah bisa mendapat kasih sayang dari Shinichi... Tapi aku pikir selama ia bisa mendapat kasih sayang dariku dan teman-teman yang normal... semuanya akan baik-baik saja...

"Pada akhirnya, yang menghancurkan ini semua adalah ulahmu sendiri Ran-Chan..."

Ran menangis sembari menggigit bibirnya.

"Well, tadinya aku kira aku punya dua putri. Tapi dari kejadian ini, aku tahu aku hanya punya satu, yaitu Shiho. Mungkin memang harus begini jalannya sehingga Shinichi akhirnya bisa jujur pada perasaannya sendiri dan Shiho juga mendapatkan cintanya. Meski mungkin cintanya takkan bisa sempurna, karena ia kini cacat...."

"Aku benar-benar minta maaf," Ran menunduk dalam sebelum berlari pergi.

Yukiko tersedu-sedu sendiri.

***

"Duh pintarnya," kata Yukiko, senang melihat Shiho mau menerima suapannya.

Sementara Yukiko menyuapi, Shinichi terus menggenggam tangannya. Buta total dari tiga indera telah membuat Shiho agak sensitive dan takut. Shinichi dan Yukiko berusaha membuatnya nyaman dan percaya kalau mereka akan selalu ada di dekatnya.

"Sekali lagi sayang aa..."

Namun setelah merasakan sendok di bibirnya, Shiho menolak halus.

"Dia tidak mau, sepertinya sudah kenyang," kata Shinichi.

"Oh baiklah, minum obat saja," Yukiko pun membantu Shiho meminum obatnya.

Seorang perawat masuk ingin memeriksa tensi dan mengambil sampel darah Shiho. Shiho berjengit ketika merasa ada tangan asing menyentuhnya. Ia menggenggam tangan Shinichi begitu kuat.

"Tidak apa-apa Shiho..." Shinichi mengusap-usap bahu Shiho untuk menenangkannya, "hanya suster..."

Merasakan ikatan di lengan kanannya, Shiho akhirnya memahami ada perawat. Lalu ia merasakan kapas basah dan jarum suntik. Setelah melakukan tugasnya, suster pun keluar dan tak lama kemudian dokter yang masuk.

"Ini adalah alat bantu dengar terbaru yang sudah dicustom sesuai kebutuhan Miyano-San. Kita lihat apakah berfungsi," kata dokter sambil mengeluarkan alat bantu dengar tersebut dan berusaha memasangkannya di telinga kanan Shiho.

Shiho hanya tersentak kaget ketika ada tangan lain di telinganya. Shinichi mengusap-usap lengannya lagi untuk menenangkan.

"Kau bisa dengar Miyano-San?" tanya dokter.

Shiho mengerjap.

"Anggukan kepalamu kalau bisa," pinta dokter

Shiho mengangguk.

Shinichi dan Yukiko tampak senang.

"Shiho," Shinichi memanggilnya.

"Shiho-Chan," Yukiko juga memanggil.

Meski air matanya mengalir, namun Shiho tersenyum saat dapat mendengar suara mereka memanggil namanya.

"Baiklah, untuk sementara seperti itu dulu sambil kami observasi lebih jauh," kata dokter sebelum keluar kamar.

"Shiho-Chan, mau mendengarkan music klasik atau mungkin lagu Okino Yoko?" tanya Yukiko.

Shiho menggeleng, ia menulis sesuatu di telapak tangan Shinichi.

"O-ka-san..." Shinichi mengeja, "oh pasti yang dimaksud Shiho, kaset rekaman suara ibunya..."

Shiho mengangguk mengiyakan perkataan Shinichi.

"Oh baiklah, Okasan akan mengambilkannya di rumah Hakase," Yukiko mencium pipi Shiho sebelum pergi, "sampai nanti Shiho-Chan,"

"Kau ingin sesuatu yang lain Shiho?" tanya Shinichi.

Shiho menuliskan kata 'novel' di telapak tangan Shinichi.

"Kau ingin aku membacakan novel?" tebak Shinichi.

Shiho mengangguk.

"Tapi aku cuma bawa novel misteri loh. Tak apa-apakah?"

Shiho mengangguk lagi.

Shinichi pun mengeluarkan novel misterinya dan mulai membacakannya sementara Shiho berbaring miring mendengarnya.

Shiho sebenarnya tak peduli novel genre apa yang dibacakan Shinichi. Ia hanya ingin mendengar suara pria itu saja. Suara yang sangat dirindukannya selama lima tahun terakhir ini. Suara Shinichi bagai nyanyian merdu di telinganya yang sudah tidak sempurna ini. Akhirnya Shiho bisa tidur pulas sambil tersenyum di wajahnya. 

The Meaning Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang