Chapter 19

1.7K 105 0
                                    

Tengah malam itu Shinichi ditangani oleh tim dokter di UGD. Shiho, Yukiko dan Yusaku menunggu di koridor. Sementara Yusaku berdiri mondar-mandir, Yukiko duduk memeluk Shiho yang terus menerus menangis, bajunya masih belepetan darah Shinichi.

"Lama sekali," gumam Yukiko.

Shiho juga mengkhawatirkan hal yang sama. Saat ini tengah malam, yang berjaga di UGD hanya dokter muda, bukan dokter senior. Jiwanya sebagai ilmuwan jadi gelisah.

Setelah kurang lebih tiga jam. Dokter muda itu keluar dari ruangan dan menghampiri mereka.

"Bagaimana putraku Sensei?" tanya Yusaku.

Dokter muda itu menggeleng, "kami sudah berusaha, namun Shinichi-San tidak dapat bertahan. Dia telah tiada,"

"Tidak!" Yukiko memekik.

Shiho menggeleng, ia tak dapat memercayai kabar itu. Ia langsung mendobrak kamar operasi.

"Shiho!" Yusaku kaget.

Begitu juga dengan dokter dan tim medis.

Shiho menghampiri pembaringan Shinichi dan menurunkan selimut yang menutupi kepalanya. Berulang kali ia memanggil Shinichi tapi tak ada suara yang keluar.

Bangun Shinichi! Gerak bibir Shiho yang putus asa memanggil dan mengguncang-guncangkan tubuh Shinichi.

Shiho sesenggukan hebat. Ia belum siap ditinggalkan Shinichi seperti ini. Saraf-sarafnya memberontak.

"Anda tak bisa begitu Nona," dokter berusaha meraih Shiho

Namun Shiho melawan, ia terus memompa dada Shinichi.

Bangun Shinichi! Bukankah kau sudah berjanji untuk melindungiku! Bangun magnet mayat! Kau hanya boleh jadi magnetnya saja! Bukan mayatnya...

"Bangun Kudo Shinichi!" bentak Shiho.

Shinichi terkesiap dan matanya terbuka.

Shiho kaget melihat Shinichi kembali hidup. Kemudian Shiho melihat darah merembes dari selimut Shinichi. Ia menyibak selimut dan melihat luka jahitan itu. Ia memandang dokter dan tim medisnya dengan amarah murka.

"Kau dokter atau bukan?! Yang begini saja tidak bisa menangani!" hardik Shiho.

Dokter dan tim medis terhenyak.

"Shiho?" Yukiko kaget.

"Ambilkan gunting!" perintah Shiho.

Dokter dan timnya saling pandang bingung.

"Aku adalah ilmuwan, jadi ambilkan gunting dan anestesi sekarang!" ulang Shiho galak.

Mereka mempersiapkan kembali operasi itu. Shiho yang melakukannya. Ia membedah paru Shinichi yang terserempet peluru dan menjahitnya sedikit. Lalu ia harus membedah perut Shinichi dan memotong ususnya sepanjang 4cm.

Dua jam kemudian operasi selesai, jahitan Shiho juga sangat rapi. Kondisi Shinichi stabil dan terus dipantau oleh monitor-monitor. Shiho keluar dari ruang operasi, terhuyung dan merosot lemas di lantai. Ia kehabisan tenaga.

"Shiho! Shiho!" Yukiko merengkuhnya.

"Dia baik-baik saja... Dia hidup..." isak Shiho.

"Iya iya..." kata Yukiko, "Shiho... apa kau sadar sesuatu...?"

Shiho menatap Yukiko tak mengerti, "apa?"

"Kau bisa bicara Shiho! Kau bisa bicara! Kau tidak bisu lagi!"

Shiho mengerjap, ia juga baru menyadarinya.

"Y-Yukiko-San... aku bisa..." Shiho menangis lagi.

"Iya sayang iya..." Yukiko memeluknya.

Yusaku berlutut dan memeluk dua wanita itu sekaligus.

***

Keesokan paginya, Shinichi mulai siuman.

"Kau sudah sadar Shinichi?" tanya Yusaku.

"Otosan..." panggil Shinichi lemah kemudian ia tertegun melihat Shiho yang tidur menumpangkan kepala di pembaringannya.

"Dia bersikeras menunggu di sini. Ibumu sedang pulang untuk tidur sebentar sebelum kembali membawa barang-barangmu," kata Yusaku menjawab pertanyaan Shinichi sembari menaikkan mantelnya yang menyelimuti Shiho.

"Aku bermimpi... mendengar dia meneriakkan namaku..."

"Kurasa itu bukan mimpi, Shiho sungguhan memanggilmu. Ia sudah bisa bicara,"

Shinichi mengerjap, "benarkah?"

"Eh, mungkin saraf-sarafnya terangsang oleh adrenalinnya. Dia juga yang menangani operasimu karena dokter-dokter muda itu belum berpengalaman. Pembedahanmu cukup rumit," jelas Yusaku.

"Shiho..." Shinichi mengulurkan tangannya yang tidak ada infus untuk membelai kepala Shiho secara perlahan agar ia tidak bangun.

"Sungguh luar biasa pengorbanannya untukmu, padahal dia sedang hamil muda,"

Mata Shinichi berkaca-kaca saat memandang Shiho dan mendengar penuturan ayahnya, "eh, dia selalu begitu,"

"Tidak ada lagi yang seperti dia Shinichi, kau harus menjaganya baik-baik," pinta Yusaku.

Tenggorokan Shinichi tercekat, "aku tahu Otosan... aku tahu itu..."

The Meaning Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang