"Itu tidak akan pernah terjadi.""Hyung—"
"Tidak. Aku tidak seharusnya mendengarkan omong kosong ini."
"Hyung, kami sudah dewasa."
"Lalu kenapa kau tidak melakukannya dan membuat kami kecewa?"
"Seokjin-hyung—"
"Tidak Jungkook, aku tidak bicara denganmu, aku bicara dengan si bodoh ini."
"Tapi ini keputusan kami."
"Jungkook, jangan melindunginya hanya karena dia suami dan sahabatmu. Aku bisa menerima kalian membuat media heboh dan sebagian saingan bisnis memanfaatkannya sebagai scandal besar meski nyatanya hanya menyelamatkan nyawa seseorang, tapi aku tidak berharap mendengar omong kosong seperti ini lagi."
Jungkook tipe keras kepala yang tetap akan menyuarakan pendapatnya sendiri sampai didengar. Semua tidak akan berjalan baik jika membiarkan Jungkook mengambil alih, akhirnya Taehyung menyentuh bahu Jungkook yang menegang, "Tidak perlu" ucapnya pelan.
"Tidak! Aku belum selesai! Cukup aku sudah muak, aku tidak memerlukan izin dari kalian semua!" nadanya tinggi membentak yang lebih tua.
Yang lebih tua menatap datar Jungkook yang sedang melepaskan ledakannya. Taehyung disebelahnya membuang muka, menghindari kontak mata dengan siapapun.
"Kalian tidak seharusnya menjadikan pernikahan sebagai permainan untuk mencari kesenangan. Tidak ada yang akan menikah lagi diantara kalian."
"Kalian sudah mengatur hidup kami dulu, tapi sekarang itu tidak akan terjadi lagi."
Seokjin mengabaikan ucapan tegas adik laki-lakinya, tidak peduli sama sekali. Ia justru beralih memperhatikan Jungkook yang mudah sekali untuk dipancing emosinya saat ini.
"Jungkook, apakah kau berpikir Namjoon akan senang mendengar kebodohan ini?"
Jungkook tidak bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya, dia ingin sekali menyangkal tapi juga sangat tahu bagaimana perangai sang kakak.
"Kalian menyeret hidup seseorang untuk bersenang-senang, tapi kalian hanya akan menghancurkannya kemudian dengan memberi janji yang tidak akan pernah ditepati." Seokjin selesai dengan keputusannya, dia meninggalkan Mansion adiknya dengan kepala yang berdenyut.
Taehyung menggeleng, kedua tangannya terkepal erat. Yang dikatakan kakaknya semua tidak benar, dia tidak bodoh untuk membedakan rasa cinta dan hasrat haus kesenangan.
"Sial!" Jungkook meraih vas bunga diatas meja dekat kakinya, melemparkannya sekuat tenaga pada jendela kaca besar bersama emosi yang membuncah.
"Dimana Yoongi?" Taehyung tidak terganggu dengan semua pecahan kaca yang berhamburan di dekat kakinya, meski suara pecahannya pasti akan terdengar di seluruh mansion, berharap emosinya juga dapat terlampiaskan diwakilkan Jungkook.
"Aku tidak melihatnya."
Taehyung mengambil ponselnya dan melihat apakah Yoongi ada mengirimkan pesan, dan benar saja, pesan yang mengatakan bahwa dia sedang berbelanja bahan masakan.
"Dia sedang belanja."
Jungkook menyimpan rasa syukurnya di hati, sangat beruntung karena Yoongi tidak ada di Mansion dan harus mendengar semuanya.
"Kau akan kembali ke kantor?" tanya Jungkook menormalkan kembali dorongan di dada.
"Tidak, ku pikir aku harus istirahat sebentar."
"Lakukanlah, aku juga memerlukannya."
Yoongi bersandar pada pintu kamarnya, tangannya mengalami tremor ringan sedangkan denyutan di dadanya teramat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
•𝐌𝐀𝐈𝐃• -𝐘𝐨𝐨𝐧𝐠𝐢 𝐟𝐭 𝐓𝐚𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤-
Fanfiction-Yoongi tidak pernah menyangka keputusannya menjadi maid untuk pasangan paling berpengaruh di negerinya justru menjungkir balikkan dunianya.