Nora mengetuk-ngetuk ujung jemarinya pada permukaan meja, sementara pikirannya tengah melanglang buana entah kemana.
Gara-gara tempat foto copy terbakar seluruhnya dan tidak ada satupun aset yang dapat diselamatkan, alhasil bapak kehilangan mata pencaharian.
Hal ini membuat suasana rumah benar-benar tak nyaman.
"Tapi bapak sakit, kalo kerja kayak gitu, rawan banget pak!" seru Bondan di luar sana membuat Nora berjengit kaget.
"Kalo bapak gak kerja, darimana kita makan, kamu udah punya istri, Dan. Istri kamu mau kamu kasih makan apa?"
"Ya udah ntar aku pikirin, asal bapak jangan kerja!"
Terdengar helaan napas di luar sana. "Bapak gak akan kerja yang berat-berat, nanti begitu bapak capek, bapak bisa izin buat istirahat."
"Pak." Nada suara Bondan nampak putus asa.
"Andai aja kamu ikut ...."
"Gak usah bahas orang lain! Aku di sini, ya berarti sama bapak."
"Ya udah kalo gitu biarin bapak kerja, bapak mau tanggung jawab sama kamu, biarin bapak jadi orang tua yang baik buat kamu."
Bondan nampak tak bisa berkata-kata, sebelum akhirnya kembaki menatap bapak. "Tapi janji, kalo bapak udah capek, langsung berhenti aja?"
"Iya, bapak janji!"
"Bondan mau keluar dulu," pamitnya, bapak tak melarang sebab tahu Bondan ingin meredakan amarahnya.
Sementara Nora terjebak di dalam sini, tak tahu harus berbuat apa. Posisinya yang hanya 'numpang' membuatnya jadi serba salah. Ia tahu, kedepannya perekonomian keluarga ini tidak akan berjalan dengan baik.
Nora meraih ponselnya, hendak mengirimi cowok itu pesan.
Nora: pergi kemana?
Tak kunjung mendapat balasan membuat Nora menyerah.
"Mungkin ke temen-temennya," gumamnya.
Sebentar kemudian ia berpikir lain. "Tapi gak akan macem-macem kan?"
Sudahlah, Nora yakin sekali, Bondan tidak mau diikut campuri urusannya oleh Nora.
****
Bondan baru pulang saat langit sudah menggelap, tubuhnya bau asap rokok membuat Nora sontak memundurkan langkahnya.
"Kenapa sih?" tanya cowok itu dengan bingung.
"Lo bau rokok, habis darimana sih?"
"Habis nyari cewek baru, kenapa?" godanya.
Nora mendengus. "Emangnya laku?"
"Sialan, gak tahu aja lo, Ra," decaknya.
Nora mengigit bibir bawahnya. "Ada yang mau gue omongin."
"Ya udah, ngomong aja."
"Jangan di sini, gue takut bapak denger."
"Dimana?"
"Di kamar aja."
Bondan mengangguk, kemudian mengekori Nora di belakang tubuhnya. Saat melihat kasur, ia jadi teringat sudah berapa lama ya ia tidak menyentuh benda empuk itu.
Saat Nora mulai berdehem, tatapan Bondan kembali menatap ke arahnya.
"Gue ...." Nora nampak kesulitan mengutarakan perasaannya. "Gue mau ngekost aja."
Perkataannya di sambut dengan raut bingung oleh Bondan. "Ngekost?"
"Iya, ngekost."
"Kenapa? Karena sekarang usaha kita bangkrut, dan lo mau kabur dari kita karena takut gak bisa gue kasih makan?" tanyanya dengan menohok.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY TO BE A DADDY
Teen FictionBerandal sekaligus tukang tawuran itu akan menjadi seorang ayah! *** Nora tiba-tiba saja terbangun di atas ranjang yang sama dengan seorang cowok yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dua minggu kemudian, ia dinyatakan hamil. Ya, itu adalah anak...