Hai guyss, maafin baru update. Sebenernya akhir-akhir ini aku lagi sibuk banget dan seterusnya akan kayak gini, semoga aja cerita ini bakal terus di lanjut ya🥺
Jangan lupa untuk terus SPAM komen ya biar semangatku selalu ada hehe
Happy reading all🖤
•
•
•
Setelah menikah dan sebentar lagi akan ada malaikat kecil yang hadir di hidupnya, gairah berengsek Bondan sedikit demi sedikit hilang. Entah mengapa sekarang ia tidak terlalu bernafsu untuk berkelahi atau mencari gara-gara dengan para guru.
Sungguh, bukan karena takut istri. Tapi sikap dewasanyalah yang membuatnya seperti sekarang ini.
"Ahelah, gak asih lu, Dan. Tanpa lu, gak ada apa-apaanya nih kita," cetus Beben dengan kesal. Bagaimana tidak? Setelah sekian lama tidak menampakan batang hidungnya, akhirnya musuh bebuyutannya menantang mereka untuk bermain sepak bola di lapangan belakang.
Sepak bola di sini bukankah sepak bola yang seperti pada umumnya. Melainkan tawuran seperti kegiatan-kegiatan sebelumnya.
"Gue takut mati," ujar Bondan apa adanya. "Kalo gue mati nasib Nora sama anak gue gimana?"
Ya, mati adalah salah satu hal yang paling ia takutkan sekarang ini. Tidak sampai anaknya dewasa ataupun membuat keluarga kecilnya mendapatkan segalanya.
Ia tidak mau mati sia-sia di usia muda, apalagi meninggalkan orang-orang yang membutuhkan perlindungannya.
"Ah elah, gak akan mati. Biasanya juga enggak," timpal Gentala. "Kita bisa di bilang cemen kalo gak dateng."
"Asal gak ada yang ngasih tahu Nora, lo aman, Dan," ucap Sandi. Sebab dirinya pun sama, mengancam teman-temannya untuk tidak mengatakan semuanya pada Karina, dan yeah, seperti sebelum-sebelumnya, tidak ada yang merecokinya untuk beberapa waktu.
"Kalian gak akan paham," ucap Bondan seraya menarik napas dalam-dalam.
"Bagian mana yang gak paham? Lo juga biasanya ikut, 'kan? Dan enggak ada tuh mati, artinya apa? Artinya lo emang pantes jadi petarung," ucap Beben dengan sok keren.
"Lo gak inget bang Deka selalu bilang apa? Orang berengsek matinya dipersulit," ucap Gentala.
Bondan benar-benar bimbang. Ia sudah menepati janjinya pada Nora untuk tidak berkelahi lagi, tapi di lain sisi, ia juga sebenarnya tidak tega melepas teman-temannya begitu saja.
Setidaknya kalau ia ikut, beban mereka tidak akan terlalu banyak.
Mereka semua memang sangat handal dalam berkelahi, tapi kalau kekurangan personel, tetap saja, semuanya terasa sia-sia.
Bondan menarik napasnya dalam-dalam, saat dirasa sudah memutukan apa yang akan ia lakukan. "Ya udah, gue ikut."
"Nah, gitu dong!" seru Gentala dengan kesenangan seraya merangkul bahu Bondan erat. "Maju satu maju semua, tumbang satu, tumbang semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY TO BE A DADDY
Fiksi RemajaBerandal sekaligus tukang tawuran itu akan menjadi seorang ayah! *** Nora tiba-tiba saja terbangun di atas ranjang yang sama dengan seorang cowok yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dua minggu kemudian, ia dinyatakan hamil. Ya, itu adalah anak...