27| TIDAK DIHARGAI

14K 1.5K 2.2K
                                    

Hai, panggil aku ABI ya ....

Makasih banyak komen di part sebelumnya bener-bener bikin mood🖤

Happy reading.

Bondan awalnya biasa saja, ia sedang makan seperti biasanya di kantin bersama dengan temannya, sampai sebuah suara mengganggu pendengarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bondan awalnya biasa saja, ia sedang makan seperti biasanya di kantin bersama dengan temannya, sampai sebuah suara mengganggu pendengarannya.

"Si Nora montok banget anjir akhir-akhir ini." Cowok itu terlihat mengamati Nora yang tengah berjalan di kejauhan sana.

"Pantatnya beuhh, gede banget."

"Kenapa ya? Sering dipake sama cowoknya apa gimana?"

"Apa jangan-jangan dia open."

Cowok lainnya menyahuti sambil tertawa lebar. "Open apaan?"

"Open BO? Alias lonte, biasalah, diakan orang gak punya, bisa hidup sampe sekarang darimana duitnya kalo bukan dari sana."

Bondan mengepalkan kedua tangannya, tanpa bisa ditahan-tahan, ia langsung menggebrak meja hingga membuatnya menjadi pusat perhatian.

BRAK.

Bahkan teman-temannya pun sama terkejutnya dengan apa yang baru saja ia lakukan.

Napas Bondan sudah memburu, nafsu membunuhnya tiba-tiba mencuat ke permukaan, jangan salahkan ia kalau jadi pembunuh hari ini, sebab sampah seperti mereka harus di musnahkan.

"Bangsat," gumamnya lalu mulai menerjang seseorang yang sudah dengan lantang mengatai istrinya.

Sontak saja suasana kantin berubah menjadi semakin ramai, para siswa melingkari tempat kejadian tanpa berniat untuk memisahkan.

Sementara Bondan tidak berhenti melakukan aksinya.

"Ada masalah apa lo sama gue?!" tanya seorang yang tengah mendapatkan bogeman mentahnya.

"Lo sampah anjing!" Terus menerus Bondan melayangkan tinjungnya.

Sampai punggungnya terasa di tarik dari belakang dan ia mendapatkan pukulan di perutnya, itu sama sekali tidak sakit. Sebaliknya, ia menyeringai. "Oh empat lawan satu? Gak masalah."

Sedetik kemudian ia mulai menghajar satu persatu bedebah sialan itu dengan membabi buta, ia harus memastikan setidaknya salah satu dari mereka akan mendapatkan golden tiket untuk masuk rumah sakit.

Sebentar kemudian empat orang itu sudah terkapar tak berdaya di atas lantai, tapi tak membuat nyalinya untuk menghabisi mereka surut, sebaliknya ia semakin ingin merealisasikannya.

"Am ... ampun Dan!" seru salah satu dati mereka. "Kita gak mau ribut sama lo," sesekali terdengar ringisan pelan.

"Lagian apa salah kita sih sampe lo hajar begini, hah?"

BADBOY TO BE A DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang