Berandal sekaligus tukang tawuran itu akan menjadi seorang ayah!
***
Nora tiba-tiba saja terbangun di atas ranjang yang sama dengan seorang cowok yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Dua minggu kemudian, ia dinyatakan hamil.
Ya, itu adalah anak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini adalah hari terakhir di semester ganjil, artinya hari ini para siswa akan mendapatkan raport yang berisi nilai satu semester belakangan ini.
"Gue angkat tangan deh buat semester ini, fokus gue kebagi-bagi," keluh Siena, ia yakin sekali kalau semester ini gak bakalan dapat ranking, ya walaupun semester-semester sebelumnya juga doi jarang banget masuk 10 besar.
"Gaya lu Na, harusnya tuh lu belajar, malah ngejar-ngejar cinta Nathan yang jelas-jelas bukan buat elo," komentar Adara dengan sadis sampai membuat Siena mengelus dada berulang kali.
"Gue bakal menua dan bahagia bersama Nathan, bukannya mata pelajaran, ngerti gak sih lo?"
"Bilang aja kalo lo emang bodoh!"
"Guys!" lerai Karina. "Daripada kita debatin masalah yang itu-itu aja, ada hal penting yang harus kita bicarain," ucapnya.
Siena dan Adara saling pandang.
"Ra," panggil Karina pelan, Nora yang semula tengah melamun sontak menatap ketiganya.
"Hah? Iya? Kenapa?"
Karina menghela napas. "Lo kenapa sih, Ra? Lo aneh banget tahu gak, udah mah kemarin-kemarin bolos sampe lima hari, sebelum itu lo gak pernah bolos, tipes aja lo tetep maksain sekolah. Sebenernya lo kenapa sih, Ra? Ada masalah?"
Nora menelan ludahnya susah payah, apakah terlalu terlihat? Jangan sampai teman-temannya tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi! "Gue gak kenapa-napa, lagi pengen bolos aja, lagian lagi free juga."
"Ya iya sih, lagi free, cuma kayak bukan gaya lo banget tahu," ujar Adara.
"Terus, sekarang lo jadi pendiem, gak seganas biasanya," timpal Siena yang di angguki oleh yang lainnya.
Demi mengusir kegugupan yang melingkupinya, Nora terkekeh garing. "Masa sih? Perasaan gue biasa aja, kalian aja kali yang berlebihan."
"Lo tahu gak, Ra?" Seolah mendapatkan sesuatu yang hilang, Karina berseru dengan keras membuat atensi ketiga temannya terarah sepenuhnya padanya. "Bondan juga udah dua hari gak sekolah, dia males kali ya kalo sekolah tapi gak ada lo, kan jadi gak ada temen ribut gitu?"
