Hidup itu penuh keajaiban. Itulah alasan mengapa aku tetap bertahan.
~ Nayla Nur Jannah ~
•••
Alex menatap bingung karena Nayla tak kunjung juga beranjak dari ruang tamu.
Ia menatap tajam Nayla, berharap Nayla segera pergi dari hadapannya."Ya udah, lo ngapain masih disini. Sana Pergi!"
Nayla berusaha tetap tenang melihat Alex yang kembali bersikap ketus kepadanya.
Nayla tersenyum manis. Usahanya masih memburu. Ia masih berusaha membujuk Alex agar mau mempertimbangkan kembali keputusannya.
"Pekerjaan dapur aku udah selesai Mas. Kamu mau makan malam Sekarang?"
Alex menatap acuh. Ia masih fokus dengan ponsel yang berada di dalam genggamannya.
"Nggak," jawab Alex singkat.
"Mas Alex mau Nayla pijitin?" tanya Nayla saat melihat suaminya masih mengabaikan dirinya.
Tak kunjung juga mendapatkan jawaban dari Alex. Nayla memilih berinisiatif untuk segera duduk dan mulai memijit suaminya dengan telaten dan penuh kasih sayang.
Nayla tersenyum manis saat melihat Alex mulai menikmati hasil pijitannya.
Bagi Nayla, ia sudah memilih Alex sebagai calon pendamping hidupnya. Oleh karena itu, ia akan berusaha sama-sama memperbaiki kekurangan masing-masing dan saling melengkapi satu sama lainnya.
"Kenapa berhenti?" tanya Alex saat melihat Nayla tengah melamun dan menghentikan pijitannya.
Nayla membulatkan matanya kaget. Ia kira Alex masih mengabaikannya. Rupanya, ia diam-diam mulai memperlihatkan dirinya.
"Oh iya mas," jawab Nayla tersentak kaget.
"Enak ya mas, pijitannya?" tanya Nayla sembari tersenyum merekah. Mencoba memulai membuka percakapan setelah beberapa keheningan yang terciptakan.
Alex berdecak sebal. "Berisik. Tinggal pijitin aja banyak bacot."
Suara dering telpon sejenak mengalihkan perhatian Alex. Ia segera mengangkat telponnya. Rupanya, itu telpon dari paman Nayla yang ingin berbicara langsung dengannya.
Alex segera memberikan telponnya kepada Nayla.
"Hallo, iya paman," jawab Nayla tanpa sedikitpun menghentikan pijitannya.
Nayla dengan seksama mendengarkan apa yang pamannya sampaikan. Sampai di titik, di mana Nayla tersentak kaget dan kini hanya bisa terisak hebat.
Ia terlihat begitu syok saat mendapatkan kabar pahit ini.
"Apa paman, ibu meninggal?" tanya Nayla memastikan dirinya tidak salah mendengar ucapan pamannya tadi.
"Yaa Allah, Yaa Robbii."
Tangis Nayla semakin menjadi ketika Paman Salman memperjelas ucapannya bahwa Ibunya Nayla kini benar-benar sudah meninggal dunia.
Seorang wanita yang tengah mengandung dan membesarkannya dengan susah payah kini tengah menemui Sang Pemilik Semesta.
Seperti disambar petir berkali-kali, itulah yang Nayla rasakan saat ini.
Sakit.
Iya, sungguh.
Ia tidak menyangka kepergian ibunya begitu cepat.
Padahal, baru saja beliau begitu bahagia mendengar kabar bahwa Nayla kini tengah mengandung.
Padahal baru saja Nayla memberinya kabar bahagia, karena cucu yang selama ini ia tunggu-tunggu. Akan segera hadir dan menghiasi hari-harinya.
Alex yang mendengar sekilas percakapan mereka pun segera beranjak duduk dan meminta Nayla untuk menghentikan pijatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Tujuh Tombak [END]
Духовные"Aku pikir, keputusan menikah denganmu adalah pilihan yang terbaik. Namun ternyata, dugaanku salah." ••• "Ini tentang aku dan sepucuk surat cinta untuk semesta kala matahari terbit Setinggi Tujuh Tombak." "Karena pada akhirnya, hidup ini hanya tenta...