•
•
•Mungkin perempuan bisa dengan mudah berdamai dengan setiap luka dan air matanya.
Tapi bagaimana dengan traumanya?
•••
Nayla berusaha menulikan pendengarannya saat mendapati pengakuan bahwa Alex kini benar-benar sudah mencintainya.
Nayla hanya tidak ingin, ia kembali terperangkap ke dalam jebakan yang sama untuk yang dua kalinya.
Terlalu percaya dan kembali lagi menaruh harapan kepadanya tanpa melihat kesungguhan dalam perbuatannya.
Nayla kini membalikkan badannya, kemudian tersenyum pilu.
Ia menatap Alex penuh ragu menanggapi semua yang keluar dari mulutnya saat ini.
"Udahlah ya Mas. Kamu nggak cape apa sandiwara terus," ucap Nayla sembari menghembuskan nafasnya perlahan-lahan. Ia masih tetap pada keyakinannya.
"Maaf, aku cape. Aku harus masuk."Tanpa menunggu persetujuan dan mendengarkan kembali ucapan Alex. Nayla segera masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya sangat rapat.
"Nay, sungguh. Gue cinta sama lo," ucap Alex terus menerus mengucapkan kalimat yang sama.
Alex terus saja menyatakan perasaannya kepada Nayla meski tak sedikitpun mendapatkan respon yang baik dari Nayla.
Nayla tetap terdiam membisu sembari terus bertarung dengan hati dan pikirannya.
Bertarung dengan kenyataan dan harapan yang hinggap dalam benaknya.
Setelah melewati hidup tanpa Nayla yang berada di sampingnya. Alex semakin sadar, bahwa ia sudah sangat ketergantungan kepada Nayla.
Alex sangat membutuhkan Nayla untuk tetap berada di sampingnya.
Alex merindukan suasana di mana makanan itu sudah tersaji saat ia hendak pergi ke kantor.
Alex merindukan suasana di mana makanan itu tertata rapih kala ia pulang kerja dengan raga yang sudah letih. Seketika hidangan yang Nayla sajikan mampu membuat ia bugar kembali.
Semua yang menyangkut kebersamaannya bersama Nayla begitu ia rindukan.
Alex menyesal selama ini telah menyia-nyiakan Nayla dan memperlakukan Nayla sesuka hatinya.
Awalnya ia mengira bahwa perasaannya kepadanya Isabella akan sama seperti dulu.
Namun, dugaannya itu semua terbantahkan saat Alex bertemu lagi dengan Isabella setelah sekian lama keduanya terpisah.
Kini semuanya seolah sirna.
Perasaannya tak seperti dulu lagi.
Semua terkesan biasa saja.
Alex tidak lagi menemukan sesuatu yang istimewa dalam diri Isabella.
Alex merasa bahwa Nayla sudah berhasil mencuri semua perhatiannya.
Nayla telah berhasil mencuri hatinya. Walaupun, ia selama ini enggan menyadarinya bahkan mengakuinya.
Mamah Dwi segera menghampiri Alex. Menasehatinya agar membiarkan Nayla menenangkan pikirannya terlebih dahulu.
"Udah, mendingan kamu ke depan. Sudah ditunggu paman Salman sama papah. Biar mamah yang bicara sama Nayla," ucap Mamah Dwi lalu segera mencoba membujuk Nayla agar mau membuka pintu kamar untuknya.
Mamah Dwi berusaha membujuk Nayla dan mengetuk pintu berkali-kali.
Dengan segala hormat dan penuh kasih sayang terhadap mamah mertuanya Nayla segera membuka pintu kamarnya.
Didekapnya ia begitu erat hingga Nayla menangis di dalam pelukannya. Mencurahkan segala apa yang menjadi beban di pundaknya.
Mamah Dwi terus mengelus puncak kepala dan punggung Nayla. Mencoba meredakan dan menenangkan keduanya.
"Maaf, mamah baru bisa ke sini," ucap Mamah Dwi tak enak hati karena baru sempat tazkiyah sekarang.
Mamah Dwi juga meminta maaf karena ia baru mengetahui apa yang terjadi di dalam kehidupan rumah tangga bersama anaknya.
Mamah Dwi mengira hubungan Nayla dan Alex, baik-baik saja. Hubungan keduanya akur-akur saja.
Ia tidak menyangka bahwa Alex masih menjalin hubungan asmara dengan Isabella di belakang Nayla dan sering kali bersikap semena-mena terhadapnya.
"Mamah janji, selama mamah berada di samping kamu. Alex tidak akan lagi menyakiti kamu Nak," ucap Mamah Dwi penuh pengertian.
"Demi masa depan anakmu kelak Nak. Demi masa depan cucu mamah. Tolong pikirkan kembali keputusan kamu ya Nak."Nayla masih terdiam.
Lagi-lagi tentang pengorbanan.
Mengapa harus wanita yang selalu berkorban?
Mengapa harus wanita yang selalu dipaksa kuat menerima semua keadaan?
Mengapa harus wanita yang mengalah hanya demi memperbaiki semuanya.
Apakah sudah menjadi garis takdir seorang wanita memaafkan semua kesalahan lelakinya. Sedangkan, ia tak pernah mau mendengarkan keluhannya.
Mengapa?
Nayla terus terdiam.
Ia semakin bertarung dengan kata hatinya. Kali ini, ia sangat sulit mengambil keputusan.
Kalau dulu, ia selalu mengiyakan apa yang diinginkan Alex atas alasan ibunya. Termasuk dengan perjodohan ini.
Namun, kali ini alasan untuk tetap bertahan tidak ada.
Ibunya telah tiada.
Seseorang yang menjadi alasan bahagianya sudah menemui sang kuasa dan itu adalah luka yang sangat menganga.
Mamah Dwi terus berusaha membujuk Nayla. Ia tak terlihat putus asa sedikitpun.
"Kalau kamu merasa berat. Anggap aja, ini permintaan terakhir mamah Nak. Mamah janji kalau Alex melakukan kesalahan yang sama. Mamah nggak akan pernah lagi nyegah kamu," ucap Mamah Dwi setelah melihat keraguan yang nampak di wajah sayu Nayla.
"Mamah janji.""Kamu mau kan kembali ke Jakarta dan memulai semuanya dari awal lagi?" tanya Mamah Dwi berharap Nayla menyetujuinya.
•••
Jangan lupa tinggalkan jejak bestie
Nextnya besok yaa 👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Tujuh Tombak [END]
Spiritual"Aku pikir, keputusan menikah denganmu adalah pilihan yang terbaik. Namun ternyata, dugaanku salah." ••• "Ini tentang aku dan sepucuk surat cinta untuk semesta kala matahari terbit Setinggi Tujuh Tombak." "Karena pada akhirnya, hidup ini hanya tenta...