04.40 am

27.1K 2.2K 93
                                    



Sebagai wanita yang berakal. Wajar, jika aku tidak ingin jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya.

Apalagi, berharap kepada seseorang yang tidak pernah tahu bagaimana caranya menghargai dan mencintai.

- Nayla Nur Jannah -

•••

Alex menatap tajam Nayla. Sungguh, ia tidak tidak menyangka bahwa Nayla kini sudah berani menamparnya. Bahkan, di depan banyak orang seperti sekarang ini.

Rasanya ia seperti sudah dipermalukan.

Ia kemudian memejamkan matanya perlahan.

Terbesit dalam benaknya, apakah ia sudah sangat keterlaluan, sampai Nayla yang dulu sangat pendiam dan begitu patuh kepadanya. Kini sudah berani menamparnya?

Dimana Nayla yang dulu?

Nayla yang lemah kala ia maki.

Yang selalu tunduk pada titahnya.

Yang selalu mengatakan iya, tanpa bantahan sedikitpun.

Alex terus bertarung dengan hati dan pikirannya.

Sedangkan Pak Andi, menolak secara halus bantuan dari Nayla.

Ia tidak ingin Alex semakin salah faham dan menuduh Nayla yang tidak-tidak dan membuat kesalahpahaman ini semakin menggila.

Pak Andi segera berdiri, Menatap tajam Alex yang juga tengah menatap tajam ke arahnya.

Pak Andi menggelengkan kepalanya heran, seolah tak percaya mendengar Alex mengatakan Nayla yang tidak-tidak.

"Satu kesimpulan yang bisa saya ambil dari kamu Lex," ucap Pak Andi masih terlihat begitu santai. Tidak terlalu emosional meski telah mendapatkan satu pukulan dari Alex.

"Selain nggak punya otak, kamu juga nggak punya hati nurani," ucap Pak Andi penuh penekanan. Membuat Alex semakin menatap tajam ke arahnya.

"KAMU ORANG YANG PALING BODOH YANG PERNAH SAYA TEMUI."

"Bacot," teriak Alex kemudian mulai kembali mengepalkan tangannya.

Bugh ...

Satu pukulan kini kembali mendarat di bagian pipi kanan Pak Andi membuat Nayla tersentak kaget.

Melihat kejadian itu, Nayla semakin tak bisa menahan diri. Ia segera mencegah Alex saat ingin kembali melayang Kembali pukulannya.

"CUKUP," teriak Nayla sembari menatap tajam Alex yang baginya sudah sangat keterlaluan. Kembali memukuli Pak Andi yang sudah membantu Nayla menyambung hidup dan memberikan lapangan pekerjaan untuknya.

"Aku bilang cukup Mas Alex. Cukup," ucap Nayla penuh penekanan.
"Kamu udah keterlaluan."

Alex tersenyum sumbang melihat Nayla yang lebih membela Pak Andi dibandingkan dirinya, suaminya sendiri.

"Lo belain dia hah?" tanya Alex tak habis pikir, Nayla lebih membela Pak Andi dibanding dirinya.
"Ternyata benar, jangan-jangan lo emang-"

"Cukup," teriak Nayla mulai habis kesabarannya.

Setinggi Tujuh Tombak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang