07.00 am

59.9K 2.6K 482
                                    



Dalam hidup. Pintaku hanya satu Tuhan.
Aku hanya ingin diwafatkan dalam
keadaan husnul khatimah.
Dengan cara terbaikmu.

- Nayla Nur Jannah -

•••

Dokter Ramdan beserta asistennya terlihat sangat sibuk. Mereka semua berupaya semaksimal mungkin agar layar monitor detak jantung itu kembali normal kembali. Sedangkan Alex, ia tak henti memanjatkan doanya penuh harap.

Berharap, untuk kali ini saja Tuhan mengabulkan langsung permohonan terbesar di dalam hidupnya. Iya, kesembuhan Nayla dan Yang Maha Kuasa atas segala segera mengangkat semua penyakit yang selama ini menimpanya.

"Sudah cukup Tuhan."

"Aku mohon, tolong berilah kesembuhan untuk istri hamba," ucap Alex terdengar begitu tulus hingga tak sadar kini tengah mengeluarkan air mata di pipinya.

Karena hanya lelaki yang tulus mencintaimu lah yang sampai rela mengeluarkan air matanya,
Untuk seseorang yang amat ia cintai dalam hidupnya.

~ Alex Pramudya Pratama ~

Namun, semua kesibukan itu tiba-tiba terhenti saat dokter Ramdan mengatakan sudah cukup.

Cukup sudah usaha kita sebagai seorang hamba. Pada akhirnya monitor detak jantung itu tetap tidak mau bergerak.

Tak ingin diselimuti keraguan. Dokter Ramdan kembali memastikan dugaannya. Ia kemudian memeriksa detak jantung Nayla kemudian tersenyum pilu.

Seorang wanita yang seperti sedang berjihad di jalanNya demi melahirkan putrinya itu, kini benar-benar sudah tenang.

Terlihat dari Pancaran wajahnya yang begitu berseri dan menghadirkan kedamaian bagi siapapun yang memandangnya.

Sosok wanita yang begitu tegar dan yang selalu berdiri tegak menantang badai pun akhirnya kini tengah berpulang.

"Kenapa dokter," teriak Alex begitu menggema melihat semua orang terdiam dan monitor detak jantung itu akhirnya berhenti bergerak.
"Kenapa semua diam hah? Ayo coba lagi!" ucap Alex tak ingin menyakinkan prasangka bahwa istrinya kini benar-benar telah tiada.
"Cuma segini usaha kalian semua?"

Mamah Dwi begitu terpukul saat melihat kenyataan pahit bahwa Nayla sudah meninggalkannya. Ia kini hanya menangis histeris. Tak kuasa menahan sakit. Seseorang yang sudah ia anggap anak kandungnya. Yang begitu tulus menerima putranya.

Begitu pun Papah Darwin yang ikut terpukul dengan kepergian Nayla. Ia juga tak kuasa membendung air matanya.

Dokter Ramdan segera meminta petugas untuk membereskan semua peralatannya dan menyiapkan mobil ambulance untuk mengantarkan Nayla ke tempat tujuan terakhirnya.

"Maaf Pak Alex. Kami sudah melakukan semaksimal mungkin yang kami bisa."

"Namun, rupanya istri bapak sudah sangat merindukan Tuhannya," ucap Dokter Ramdan memberikan keputusan akhirnya bahwa Nayla kini sudah meninggal dunia.

Iya, Nayla sudah kembali dengan hati yang sangat lapang setelah bertahun-tahun melawan penyakit paru-parunya.

Sekali lagi, Alex menatap Nayla tak percaya. Ia masih tak percaya dengan apa yang kini menimpa hidupnya.

Bak disambar petir setelah melihat pelangi yang begitu indah di dalam hidupnya. Rasanya baru saja ia dan Nayla tertawa bersama menikmati hari-hari bersamanya.

Berjalan dan bercerita jika suatu saat nanti bayi yang ada di dalam kandungan telah lahir. Sama-sama berjuang, membesarkannya dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Setinggi Tujuh Tombak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang