•
•
•Ada yang begitu berlapang dada melewati masa sulitnya seorang diri.
Sebab iya yakin, hanya Allah lah sebaik-baiknya penolong.- Nayla Nur Jannah -
•••
Alhamdulillah, rangkaian acara doa bersama dan tahlilan ke tujuh hari almarhumah ibunda Nayla telah selesai dilaksanakan.
Nayla terlihat begitu khusu memanjatkan bait demi bait doa yang syahdu untuk alhamarhumah ibundanya.
Berharap, semoga ibunya ditempatkan di surga firdausnya, aamiin yaa robba'alamiin.
Masih terngiang dalam benaknya. Bagaimana ia berjuang membesarkannya seorang diri. Banting tulang hanya untuk memberikan sesuap nasi untuknya.
Mengingat itu, Nayla hanya bisa meneteskan air matanya.
Alex memperhatikan hal itu. Pintu hatinya semakin terketuk. Melihat wanita di hadapannya begitu teguh, meski kini tengah menyembunyikan wajahnya. Berusaha menutupi semua kesedihannya dari semua orang.
"Maafin gue Nay," ucap Alex dari lubuk hati yang paling dalam.
Setelah mengetahui Nayla kini tengah menderita penyakit paru-paru. Entah mengapa Alex semakin menaruh rasa simpati dan iba untuk seseorang yang statusnya masih sah menjadi istrinya.
Alex berjanji, ia akan mencari dokter terbaik yang ada di Jakarta untuk kesembuhannya.
Berbagai cara akan ia tempuh, asalkan Nayla sembuh.
Mamah Dwi berjalan menghampiri Alex. Keduanya kini tengah serius membicarakan kepulangannya ke Jakarta.
"Mamah sudah coba bujuk Nayla Nak. Dia tetap bersikeras tidak mau kembali ke Jakarta. Ia ingin tetap tinggal di sini," ucap Mamah Dwi terlihat sedikit frustasi setelah mati-matian membujuk Nayla dan meyakinkan Nayla, bahwa Alex sudah mulai berubah dan menaruh rasa simpati untuknya.
Alex menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.
Ini semua karena kesalahannya dan sudah menjadi tugasnya untuk kembali mendapatkan kepercayaan dari istrinya. Bagaimanapun caranya.
"Ya udah. Mamah sama papah duluan aja. Alex biar di sini. Tinggal sama Nayla untuk sementara waktu sampai dia mau kembali tinggal di Jakarta."
Mamah Dwi merasa lega, melihat kesungguhan Alex kali ini.
Keduanya segera pamit mengingat malam yang semakin larut.
Alex berdiri di depan pintu. Melambaikan tangannya sembari menatap kepergian kedua orangtuanya yang sangat berharap menantu tercintanya kembali ke Jakarta. Menemani sisa-sisa masa tuanya.
"Nay, lo belum masuk?" tanya Alex menatap Nayla yang masih melihat laju mobil kedua orangtuanya.
Nayla hanya terdiam.
Tanpa sepatah katapun, Nayla segera masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.
Melihat sikap Nayla yang begitu dingin dan terus mengabaikannya. Alex hanya bisa mengelus halus dadanya perlahan-lahan.
Alex segera mengetuk pintu kamar Nayla. Namun, usahanya sia-sia.
Nayla, enggan membukakan pintu untuknya.
"Yakin, lo nggak izinin gue tidur sama lo Nay," ucap Alex masih berusaha membujuk Nayla dengan rayuan mautnya.
"Nggak takut kualat Nay?" tanya Alex terus membujuk Nayla.Nayla yang tampak gelisah dan serba salah dengan ucapan Alex, akhirnya mulai membuka pintu kamarnya. Ia menatap suaminya tak mengerti.
"Mau kamu apa sih mas?" tanya Nayla terlihat sangat kesal melihat Alex dengan wajah watadosnya sedang berusaha mengulum senyum di hadapannya.
"Kamu nggak bisa, bikin aku hidup tenang, sebentar aja.""Nggak," jawab Alex cepat.
"Gue akan tetap di sini sampai lo mau maafin gue dan ikut gue ke Jakarta."Nayla menghembuskan nafasnya perlahan-lahan. Tubuhnya terlalu lelah menghadapi sikap Alex yang sangat keras kepala.
"Terserah. Aku cape. Kalau kamu mau tidur. Tidur aja di sofa.""Tapi Nay-"
Tanpa memperdulikan ucapan Alex. Nayla segera menutup pintunya kembali. Namun, Alex kembali mengukir senyumnya kala Nayla kembali membuka pintu kamarnya.
"Gue bilang juga apa kan. Lo nggak mungkin tega. Biarin gue tidur sendirian di luar. Iya kan?" tanya Alex sembari menaikkan sebelah alisnya.
Meskipun Alex terlihat tampan saat berekspresi demikian. Namun, cara itu tak cukup menggoyahkan Nayla dengan pendiriannya.
Alex kini tersenyum bangga. Lain halnya dengan Nayla yang sedang membuang mukanya malas.
"Nggak usah gr. Aku cuma mau ngasih ini."
Nayla segera memberikan selimut dan bantal itu kepada Alex. Walau bagaimanapun, ia juga takut jika Alex sampai sakit dan Kedinginan karena egonya.
Setelah memberikan selimut dan bantal kepada Alex. Nayla segera menutup pintu kamarnya kembali dan menenggelamkan wajahnya. Merasa bersalah karena kali ini ia telah mengabaikan suaminya. Ia merasa berdosa karena telah bersikap seperti itu terhadap imam di dalam hidupnya.
Entahlah, Nayla tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
Nayla hanya ingin melihat kesungguhan Alex sebelum ia kembali membuka hati untuknya.
Nayla hanya ingin melihat, apakah Alex sudah benar-benar berubah dan jatuh hati kepadanya? Bukan sebatas iba karena tahu dirinya tengah sakit dan tak berdaya.
Sedangkan Alex kini tersenyum senang.
Ia terlihat sangat lega mendengar Nayla yang kembali bertegur sapa dan berdebat dengannya.
Setidaknya, Nayla masih peduli terhadapnya dan itu sudah cukup melegakan baginya.
Alex semakin yakin dan percaya diri bahwa ia bisa kembali mendapatkan hati Nayla secepatnya dan kembali ke Jakarta untuk meneruskan kisah hidup bersamanya.
"Gue janji Nay. Gue nggak akan berhenti sebelum lo kembali ke pelukan gue. Kembali jatuh cinta sama gue," ucap Alex lalu segera memejamkan matanya perlahan-lahan berharap setelah ia bangun Nayla sudah berada di sampingnya dan kembali tersenyum kala membangunkannya.
•••
Jangan lupa jejaknya ya Pren 👍
Babay ✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Tujuh Tombak [END]
Spiritual"Aku pikir, keputusan menikah denganmu adalah pilihan yang terbaik. Namun ternyata, dugaanku salah." ••• "Ini tentang aku dan sepucuk surat cinta untuk semesta kala matahari terbit Setinggi Tujuh Tombak." "Karena pada akhirnya, hidup ini hanya tenta...