•
•
•Setelah menutup telponnya dari Isabella. Alex segera mengacak rambutnya frustasi.
Ia terlihat sangat kesal karena Isabella terus memaksakan kehendaknya.
Padahal, baru dua hari ia kembali bertemu dengan Isabella setelah sekian lama tidak berjumpa.
Tetapi, Alex merasa Isabella tidak pernah berubah.
Selalu egois dan mau menang sendiri.
Benar apa yang dikatakan mamahnya. Sejauh ini, ia hanya dijadikan babunya saja.
Yang hanya dijadikan sopir dan ATM berjalannya saja.
Yang harus selalu menuruti semua kemauannya.
Yang harus patuh pada semua keinginannya.
Lain hanya dengan Nayla, yang selalu menjadikannya layaknya seorang raja.
Memperlakukannya begitu istimewa.
Nayla tidak pernah menuntut dan meminta apapun darinya.
Justru, dia sendirilah yang selalu memperlakukan Nayla layaknya seorang babu.
Dengan langkah malas, Alex segera mengambil kunci mobilnya dan menjemput Isabella yang sudah menunggunya sedari tadi.
•••
Sesampainya di lokasi, Isabella kembali memaki Alex karena sudah terlalu lama menunggunya.
Membuat riasan di wajah dan rambutnya rusak karena sapaan angin malam yang berhembus sangat kencang melewati sekitar tubuhnya.
"Aku nggak ngerti lagi ya sama kamu," ucap Isabella sembari membuang napas kasarnya.
"Sebenarnya aku tuh spesial atau nggak sih di mata kamu hah?" tanya Isabella tak habis pikir dengan perlakuan Alex terhadapnya.
"Kalau aku di mata kamu spesial. Kamu nggak mungkin biarin aku nunggu lama kaya gini. Sampe lumutan coba. Mana ini acara spesial aku sama teman-teman aku. Bisa-bisa aku malu kalau datang telat gini ah," ucap Isabella nyeroscos tanpa henti.
Merasa kesal karena Alex sepertinya sudah berubah.
Sudah tidak seperti dulu yang selalu ada untuknya.
"Ya, maaf," jawab Alex singkat.
"Namanya juga nggak sengaja."Isabella memutar bola matanya malas.
Merasa jengkel karena Alex hanya bisa mengucapkan kata maaf dan maaf tetapi selalu mengulangi hal yang sama.
"Maaf lagi, maaf terus. Ujung-ujungnya diulangi lagi, minta maaf lagi," ucap Isabella merasa frustasi dan akhirnya cape sendiri."Ya udahlah, jalan aja cepetan. Moodku udah rusak. Awas aja ya, kalau kamu kayak gitu lagi. Aku mau udahan. Percuma, punya calon suami tapi lelet kayak gini. Nggak guna!"
Tanpa sedikitpun berniat merespon kembali ucapan Isabella. Alex segera melajukan kendaraannya.
Ia terlihat semakin kesal kepada Isabella.
Padahal, baru sehari ia jalan dengan Isabella. Tapi sudah seperti ini pikirnya.
Sungguh sangat merempongkan.
Sementara Isabella tersenyum penuh kemenangan.
Ia yakin, setelah mengancam Alex habis-habisan. Kali ini, ia tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama.
Bagaimana pun, Isabella merasa bahwa Alex sudah cinta mati kepadanya dan akan melakukan apapun untuknya.
Apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Tujuh Tombak [END]
Spiritual"Aku pikir, keputusan menikah denganmu adalah pilihan yang terbaik. Namun ternyata, dugaanku salah." ••• "Ini tentang aku dan sepucuk surat cinta untuk semesta kala matahari terbit Setinggi Tujuh Tombak." "Karena pada akhirnya, hidup ini hanya tenta...