•
•
•Terkadang, cinta tumbuh bukan pada pandangan pertama.
Tetapi, seberapa sungguh ia siap berkorban dan mengabdikan hidupnya untukmu.
- Nayla Nur Jannah -
•••
Alex terlihat begitu terkejut saat melihat hasil diagnosa dokter bahwa Nayla kini tengah menderita penyakit yang begitu ganas.
Penyakit yang sudah banyak menelan korban jiwa.
Tangannya begitu gemetar mendapati kenyataan pahit bahwa selama ini Nayla menyembunyikan sakitnya seorang diri.
Di depannya selama ini. Nayla selalu bersikap seolah dirinya baik-baik saja dan tak merasakan sakit apapun.
Alex kini semakin dihantui rasa bersalah.
Ia sangat menyesal karena selama ini telah mengabaikan Nayla.
Bahkan dengan seenak jidatnya, ia kerap kali menyakitinya tanpa belas kasihan sedikitpun setelah kesetiaan dan pengorbanan yang ditunjukkan Nayla untuknya.
Alex segera bergegas mencari keberadaan Nayla.
Ia ingin mendengar kepastian langsung darinya.
Semoga hasil diagnosa ini hanya palsu belaka. Tidak benar adanya.
Kedua mata Alex terus mencari keberadaan Nayla yang entah di mana kini berada. Ia sudah berusaha mencari ke sana ke mari. Namun Nayla tak kunjung juga menampakkan batang hidungnya.
"Lo di mana Nay," ucap Alex terlihat begitu gelisah terus mencari di mana keberadaan Nayla.
Alex menghembuskan napasnya lega, melihat seseorang yang sedang ia cari kini sudah berada di hadapannya.
"Nay, gue mau bicara."
Nayla berusaha mengabaikan Alex. Namun, ia tidak bisa menolak saat Alex berhasil menggenggam tangannya begitu erat. Kemudian mencari tempat yang jauh dari jangkauan orang-orang sekitar.
Nayla berusaha melepaskan genggaman tangan Alex. Namun, Alex semakin mengeratkan genggaman tangannya.
"Lepasin Mas, tolong."
Usaha Nayla hanya sia-sia saja.
Tenaganya tak sebanding dengan Alex. Meski sudah sebisa mungkin berusaha melepaskan diri.
Alex beralih menatap Nayla. Tatapan yang penuh arti dan kekecewaan.
Memberikan kesan seolah ia kecewa terhadap dirinya sendiri dan rasa takut akan kehilangan.
"Jelasin sama gue, apa maksud semua ini," ucap Alex penuh penekanan sembari memperlihatkan hasil laboratorium Nayla.
Nayla sangat terkejut melihat hasil tes laboratoriumnya sudah berada di tangan Alex.
"I-Itu," jawab Nayla gelagapan. Nayla tidak tahu harus bagaimana saat ini.
Sebisa mungkin Nayla mencoba merebut paksa kertas yang ada dalam genggaman Alex. Namun percuma, usahanya hanya berbuah sia-sia.
"Kenapa?"
"Lo nggak mau ngejelasin ke gue? Kenapa lo jadi keras kepala kaya gini Nay?"
"Itu bukan urusanmu Mas," jawab Nayla cepat.
Alex terus memaksa Nayla. Berusaha terus mendesaknya, agar Nayla segera menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Nayla tersenyum pilu.
Baginya percuma juga menjelaskan kepada Alex. Toh, ia tidak akan peduli dengan apa yang terjadi kepadanya.
"Kamu peduli?" tanya Nayla yang masih meragukan motif dan tujuan utama Alex kembali mendekatinya. Kembali bersikap baik dan berusaha mencari simpati terhadapnya.
Beruntung, Nayla melihat kesempatan itu datang. Saat melihat Alex lengah Nayla segera merebut kertas putih itu kemudian menyembunyikannya.
Alex cukup terkejut saat Nayla berhasil merebut kembali hasil laboratoriumnya.
Nayla segera berbalik kemudian hendak pergi meninggalkan Alex seorang diri. Namun, Alex berhasil meraih pergelangan tangannya.
"Kalau lo nggak mau cerita semuanya. Seenggaknya, lo cerita sedikit sama gue Nay. Apa hasil tes itu benar? Lo sakit?"Nayla tersenyum manis.
"Iya," jawab Nayla dengan tegas.Nayla kemudian berbalik dan menatap tajam kedua bola mata Alex.
"Iya, aku sakit. Paru-paruku sedikit bermasalah. Tapi tenang aja. Aku baik-baik saja," ucap Nayla dengan santainya."Jadi aku mohon lebih baik Mas Alex segera mengurus surat perceraian kita. Aku nggak mau keberadaan kamu di sini. Semakin jadi beban buat aku," ucap Nayla membuat Alex terdiam mematung.
"Jadi selama ini lo sakit?" tanya Alex terlihat bahwa ia sangat terkejut.
Bak ditusuk belati bertubi-tubi.
Tubuh Alex seperti ambruk mendapat kenyataan pahit bahwa istri yang selama ini ia abaikan juga sedang mempertaruhkan nyawanya.
Melawan setiap rasa sakit yang kerap kali menyerangnya.
"Nay, berapa kali gue bilang. Gue nggak mau cerai sama lo dan gue mohon. Tolong kasih gue kesempatan," ucap Alex mencoba menyakinkan Nayla bahwa saat ini ia benar-benar tulus dan ingin terus menggenggam tangannya.
"Maaf mas, aku harus segera masuk. Sebentar lagi acaranya mau dimulai."
Tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan Alex. Nayla segera pergi dengan membawa kebingungan yang mulai melanda dirinya.
Sulit sekali kembali meyakinkan dirinya akan kesungguhan pria yang kini dengan lantang menyatakan cinta dan rasa empati untuknya.
Sedangkan Alex, ia memejamkan matanya sejenak.
Menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.
Ia sadar karena kesalahannya selama ini, akan sulit baginya kembali mengambil hati Nayla.
"Gue akan tetap berusaha Nay. Demi lo dan buah hati kita," ucap Alex sembari terus memperhatikan punggung Nayla yang semakin menjauh seraya berharap semoga Nayla kembali membuka hati untuknya.
•••
Setuju nggak kalau Nayla kembali membuka hatinya buat Alex Pren?
Atau lebih memilih hidup sendiri?
Kasih tips dong, Alex harus gimana biar Nayla bisa buka hatinya?
Instagram : @setiawantuz
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Tujuh Tombak [END]
Spiritual"Aku pikir, keputusan menikah denganmu adalah pilihan yang terbaik. Namun ternyata, dugaanku salah." ••• "Ini tentang aku dan sepucuk surat cinta untuk semesta kala matahari terbit Setinggi Tujuh Tombak." "Karena pada akhirnya, hidup ini hanya tenta...