•
•
•Alex terus melajukan kendaraannya. Tidak peduli kecepatannya kini sudah di atas rata-rata.
Tidak peduli, banyak pengendara yang menyalakan klaksonnya karena Alex terkesan ugal-ugalan di jalanan. Tanpa memperdulikan keselamatan pengendara lainnya.
"Gobloook," teriak Alex sembari memukul keras setir mobilnya.
"Gue yang goblok Nay. Gue yang goblok."Alex semakin hilang kendali. Apalagi setelah ia gagal merebut kembali hati Nayla. Alex sadar diri, mungkin dirinya memang tidak pantas bersama Nayla.
Siapa dia? Hanya cowok brengsek yang sudah lancang masuk ke dalam kehidupannya dan berharap bisa menjadi belahan jiwanya.
"Coba kalau gue nggak pernah iba sama lo Nay. Coba kalau gue masa bodo sama lo. Mungkin gue nggak bakalan jatuh cinta sama lo Nay," ucap Alex memaki dirinya sendiri.
Tanpa sadar, Alex baru menyadari bahwa keberadaan Nayla di sampingnya, begitu berarti dalam hidupnya saat Nayla sudah menyerah dan terluka karena sikapnya selama ini.
"Kenapa lo terus nyari simpati sama gue, kalau lo nggak pernah berusaha nerima gue Nay."
Alex terus memaki dirinya sendiri. Memaki kebodohannya karena tunduk pada sikap polos Nayla yang justru menjadi sebab kini ia terluka.
Sepanjang perjalanan kisah asmaranya. Baru kali ini seorang Alex harus memohon berkali-kali dan mengemis kasih kepada seorang wanita. Dan itu hanya berlaku untuk Nayla. Sebelumnya Alex tidak butuh waktu yang lama untuk meluluhkan hati seseorang perempuan.
Mungkin ini karma dan balasan dari Tuhan atas perbuatannya selama ini.
Sekarang ia tahu bagaimana rasanya diabaikan.
Bagaimana rasanya mati-matian berjuang namun pada akhirnya dibuang seperti pakaian yang sudah usang.
Baru kali ini, Alex mendapatkan penolakan yang rasanya begitu menyesakkan. Membuat ia pusing tujuh keliling.
Alex semakin melajukan kendaraannya.
Saat ini ia sedang berada di perbatasan kota Bandung - Padalarang.
Ia sudah bertekad, akan kembali ke Jakarta meski tanpa didampingi Nayla di sampingnya.
•••
Nayla sudah sampai di rumahnya. Sepanjang perjalanan Nayla terus saja merenung.
Kepergian Alex karena kemarahan kepadanya terus saja menjadi pusat pikirannya hingga saat ini.
Tak lama, pintu rumahnya kembali diketuk. Nayla tersentak kaget.
Apakah itu Alex?
Nayla segera membuka pintu rumahnya. "Pak Andi," ucap Nayla menyadari bahwa Pak Andi lah yang kini berdiri di hadapannya.
"Mohon maaf, ada perlu apa ya Pak?" tanya Nayla tak enak hati menerima tamu menjelang malam. Apa lagi, di rumahnya tidak ada siapa-siapa.
"Saya cuma mau mastiin kamu pulang dengan selamat Nay," jawab Pak Andi terlihat begitu perhatian kepada Nayla.
Namun Nayla tahu diri. Ia tidak ingin ada fitnah yang semakin menjadi-jadi.
"Oh, iya pak. Terima kasih."
Nayla mulai bergerak gelisah. Mengamati Nayla yang seperti tidak nyaman karena keberadaannya. Pak Andi pun pamit.
Pak Andi mengingatkan agar jangan sungkan-sungkan jika Nayla membutuhkan bantuannya.
Setelah menutup pintunya rapat-rapat. Nayla segera pergi ke dapur. Cukup kaget melihat makanan sudah tersaji dengan sangat rapi.
"Apakah Mas Alex yang sudah menyiapkan ini semua?" tanya Nayla kepada dirinya sendiri. Mengingat tidak ada siapapun di rumahnya kecuali ia dan Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Tujuh Tombak [END]
Spiritual"Aku pikir, keputusan menikah denganmu adalah pilihan yang terbaik. Namun ternyata, dugaanku salah." ••• "Ini tentang aku dan sepucuk surat cinta untuk semesta kala matahari terbit Setinggi Tujuh Tombak." "Karena pada akhirnya, hidup ini hanya tenta...