04.20 am

26.1K 2K 52
                                    



Alex sudah sampai di kediaman ibunya. Dengan langkah tertatih, ia kini memberanikan diri masuk dan menemui Kedua orangtuanya yang sudah sedari tadi menunggu kedatangannya.

"Ada apa Mah?"

Alex kemudian duduk kemudian mensejajarkan tubuhnya.

Melihat mimik muka kedua orangtuanya yang seolah sedang menahan kesal dan amarahnya, membuat Alex semakin diliputi rasa penasaran.

"Dari mana aja kamu hah?"

Tanpa banyak basa basi, Papah Darwin langsung menaikkan oktaf suaranya.
"Papah tunggu kamu semalam nggak datang. Padahal itu meeting penting Alex. Gara-gara kamu tidak datang banyak client yang membatalkan kerja sama dengan kita."

Alex tersentak kaget.

Ia lupa bahwa malam tadi, harusnya ia pergi untuk meeting bersama papahnya. Namun, karena desakan Isabella, ia akhirnya memilih mengantarkan Isabella dan pergi dengannya.

"Aku jalan sama Isabella pah," jawab Alex terlihat sedikit merasa bersalah.

Mamah Dwi memutar bola matanya malas.
"Tuh kan, sudah mamah dugong."

Mamah Dwi terlihat sangat kesal karena Alex masih saja berhubungan dengan gadis manja dan glamour itu.
"Harus berapa kali sih mamah bilang. Jauhi dia Alex. JAUHI," ucap Mamah Dwi penuh penekanan saking emosinya.
"Kamu sudah menikah Nak. Lihat, baru juga ditinggal Nayla beberapa hari, hidup kamu udah semrawut kaya gini. Nggak jelas."

Mamah Dwi menggelengkan kepalanya berkali-kali.

Ia tak mengerti mantra abrah kadabrah apa yang sudah diberikan Isabella kepada Alex, sehingga ia menjadi anak pembangkangan seperti sekarang ini.

"Pakai baju yang rapih, kita berangkat ke Bandung sekarang!"

"Tapi pah-"

"NGGAK ADA BANTAHAN!"

Alex menghembuskan napasnya perlahan-lahan.

Sulit sekali mengatakan tidak, jika kedua orangtuanya sudah mengekangnya seperti ini.

Sama seperti saat dulu ia ingin dijodohkan. Apalagi Papah Darwin yang sangat keras dalam hal mendidik putranya.

Alex segera mengganti pakaiannya dan Kembali menemui Papah mamahnya yang sudah siap menunggunya di dalam mobil.

•••

Hari ini adalah hari pertama Nayla bekerja.

Alhamdulillah, berkat jejak kerja Nayla yang bagus saat sebelum ia resign dulu. Ia kembali diterima di tempat kerjanya yang lama.

Hari ini hari ke tujuh almarhumah ibunya di kebumikan.

Di rumahnya, banyak saudara-saudara yang tengah memasak makanan untuk pengajian yasinan nanti malam.

Pun, dengan kabar perceraian Nayla dengan Alex sudah semakin ramai dibicarakan di sekitar keluarganya.

Banyak yang berempati, namun tidak sedikit juga yang memaki.

Menganggap itu semua mutlak kesalahan Nayla karena terkesan menjadi wanita gampangan yang begitu mudah percaya kepada lelaki yang datang ke rumahnya hanya karena ia tampan rupawan, kaya raya dan dari keluarga terpandang.

Nayla hanya bisa mengelus halus dadanya perlahan-lahan.

Yang ia tahu saat itu, ia hanya ingin membahagiakan ibunya dan menuaikan janji ayahnya yang sudah menjodohkan ia dengan Alex, sebelum ayahnya pergi ke tempat keabadian.

Memang ini kesalahan Nayla tidak berusaha mengenal Alex terlalu jauh. Tidak berusaha mengenal bagaimana sikap dan pribadinya sebelum memutuskan untuk menerima pinangannya.

"Nay, lo ko ngelamun?" tanya Saskia. Salah satu rekan kerja dan teman dekat Nayla.
"Balik yuk, besok lagi aja. Lagian udah jam pulang ini."

Nayla tersentak kaget. Ia tersadar dari lamunan panjangnya.
"Eh, iya."

Nayla segera merapihkan ruangan kerjanya. Di tengah perjalanan, langkah kaki Nayla terhenti kala suara bas seorang yang tidak asing di telinganya memanggil namanya dari jauh.

"Nay, tunggu!"

Pak Andi segera menghampiri Nayla dan Saskia.
"Mau bareng nggak. Kan kita searah. Sayang, mobil saya juga kosong."

Nayla menatap bingung Saskia.

Ia hanya takut, ada perkataan dari tetangga yang tidak-tidak jika tahu Nayla diantar pulang Pak Andi mengingat dulu Nayla pernah menolak Pak Andi karena ibunya telah lebih lebih dulu menerima lamaran Alex.

Nayla, sejujurnya juga tak enak hati kembali bekerja di sini.

Namun, ia tidak punya pilihan lain.

Nayla bukan tipikal orang yang mudah bergaul dan berbaur dengan orang baru.

Ia cenderung merasa lebih nyaman dengan orang-orang yang lebih lama dulu ia kenal.

Atas saran Saskia, akhirnya Nayla mempertimbangkan keputusannya kembali bekerja bersama dengan Pak Andi setelah mendapatkan penolakan dari interview pertama dan keduanya.

"Udah, nggak apa-apa. Nggak usah bingung. Kan ada gue. Yuk, lumayan juga kan dari pada lama nunggu angkot. Bentar lagi juga magrib. Keburu pengajian di rumah di mulai," ucap Saskia memberikan saran terbaik untuk Nayla.

Nayla menganggukkan kepalanya.

Ia dan Saskia akhirnya pulang bersama Pak Andi. Seseorang yang dulu diam-diam pernah kagum dengan sosok perempuan yang kini berada di belakangnya.

Pak Andi tersenyum manis saat Nayla mau diantarkan pulang olehnya.

Rupanya, Pak Andi tahu, bahwa rumah tangga Nayla sedang tidak baik-baik saja.
"Bodoh sekali Nay, pria yang menyia-nyiakan kamu."

"Seandainya kamu dulu belum menerima lamaran pria itu Nay. Mungkin jalan cerita hidup kamu tidak akan seperti ini," gumam Pak Andi di dalam batinnya. Seolah menyimpan rasa empati yang begitu dalam dengan keadaan yang menimpa Nayla saat ini.

•••

Coba dulu Nayla lebih milih Pak Andi yaa

Tapi jika berbicara tentang Takdir, Ya tugas seorang hamba hanya menerima, bukankah begitu Pren?

Oke, nanti malam dilanjut lagi

Jangan lupa tinggalkan jejak ya Pren

Instagram : @setiawantuz

Setinggi Tujuh Tombak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang