•
•
•Saat wanita sudah sampai di titik lelah.
Percayalah, ia tidak akan pernah mengemis kasih untuk yang kedua kalinya kepadamu.- Nayla Nur Jannah -
•••
Setelah seharian penuh Nayla sibuk mempersiapkan persiapan keberangkatan Alex ke Jakarta dan untuk pengajian nanti malam.
Sore ini, akhirnya Nayla bisa mengistirahatkan badannya sejenak.
Setelah pembicaraan dengan Alex tadi siang. Keduanya memang sama-sama belum kembali bersua.
Nayla yang sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Alex, hanya terdiam dan memejamkan matanya.
Alex mencoba merenung.
Ia tidak ingin kembali salah melangkah untuk yang kedua kalinya.
Setelah Adzan berkumandang, Nayla segera melaksanakan shalat ashar.
Awal senja ini menjadi saksi bahwa Nayla kini benar-benar menghambakan diri.
Rintihan dalam qalbu nya seolah pertanda bahwa ia kini benar-benar tengah berserah.
Bagi Nayla, hari ini mungkin adalah hari terakhir bersama suaminya.
Nayla sudah menyiapkan mental di dalam dirinya jika esok atau lusa, yang ada hanyalah sebuah kertas yang harus ia tanda tangani sebagai bukti perceraian mereka.
Nayla sudah membentengi diri, jika akan banyak bullyan dan hujatan dari orang-orang sekitarnya.
Ia kini tengah menangis bersama doa yang sedari tadi ia panjatkan.
Ia memejamkan matanya perlahan-perlahan.
Bahkan terlihat jelas, bibirnya begitu gemetar saat mengagungkan asmaNya.
Tanpa Nayla sadari, Alex mendengar segala rintihan Nayla meski ia kini sedang berpura-pura memejamkan matanya.
Kali ini, hatinya begitu tersentuh melihat keikhlasan istrinya selama menjalani hidup dengannya.
Alex merasa bahwa ini memang mutlak kesalahannya. Ia yang salah karena telah memutuskan menikahi Nayla sedangkan hubungannya dengan Isabella belum selesai.
Ia menyesal, seharusnya dari awal ia tidak mempermainkan Nayla dalam menjalani pernikahannya konyol macam ini. Hanya karena menuruti permintaan ayahnya.
Setelah selesai bermunajat. Nayla segera beranjak dari tempat shalatnya.
Melihat waktu yang semakin sore sementara Alex masih terpejam. Nayla pun mengelus halus pundak suaminya dan mencoba membangunkan Alex agar segera bersiap-siap.
"Udah sore mas," ucap Nayla saat melihat suaminya mulai membuka kedua matanya.
"Kamu nggak takut terlambat."Mendengar suara lembut Nayla. Alex terbangun. Ia kemudian menganggukan kepalanya segera.
Alex segera berjalan tanpa berkata apapun kepada Nayla. Dari hati kecilnya, kini ia merasa malu.
Nayla segera menyiapkan perbekalan dan juga barang-barang suaminya tanpa ada yang tertinggal satu pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Tujuh Tombak [END]
Spirituální"Aku pikir, keputusan menikah denganmu adalah pilihan yang terbaik. Namun ternyata, dugaanku salah." ••• "Ini tentang aku dan sepucuk surat cinta untuk semesta kala matahari terbit Setinggi Tujuh Tombak." "Karena pada akhirnya, hidup ini hanya tenta...