•
•
•Terlihat jelas dari raut wajah Papah Darwin bahwa ia benar-benar sangat kecewa dan marah besar kepada putranya.
"Papah nggak ngerti apa yang ada di dalam benak kamu Alex," ucap Papah Darwin sembari menggelengkan kepalanya kecewa.
"Bukannya papah sudah larang kamu buat hubungan lagi sama Si Isabella itu hah?" tanya Papah Darwin tak habis pikir dengan pola pikir anaknya.
"Kamu itu udah nikah . Bahkan istrimu juga lagi hamil. Di mana otak kamu?" tanya Papah Darwin terus mencecar Alex tanpa ampun.
"Ko bisa, kamu udah nikah tapi di belakang Nayla kamu masih menjalin hubungan sama wanita lain hah? Kamu nggak punya harga diri?" tanya Papah Darwin, terus mencecar anaknya.
"Bego, ko dipelihara!"Alex terdiam sejenak. Sebelum akhirnya ia berani membuka suaranya, mengapa ia masih melakukan hal itu.
"Dulu Aku ngelakuin itu karena aku masih mencintai Isabella Pah. Aku juga belum bisa cinta sama Nayla," ucap Alex membela diri.
"Lagi pula, Nayla juga sama sekali nggak ngerasa cemburu sama hubungan aku dan Isabella."
"BODOH," bentak Papah Darwin penuh penekanan.
"Perempuan mana yang nggak cemburu, ngeliat suaminya menjalin hubungan dengan wanita lain Alex."Papah Darwin menggelengkan kepalanya berkali-kali.
Percuma ia menyekolahkan anaknya sampai ke luar negeri. Ternyata, dalam hal seperti ini saja ia masih dibodohi dengan yang namanya budak cinta.
"Isabella juga ngancem aku. Kalau aku sampai aku nggak jadi nikah sama dia. Dia bakalan bikin perhitungan sama keluarga kita Pah. Alex takut mamah dan papah yang jadi sasarannya," ucap Alex mencoba mencari seribu alasan mengapa saat ini ia dan Isabella masih menjalin hubungan.
Papah Darwin tersenyum kecut dan memandang putranya dengan tatapan mengejek.
"Kamu pikir, papah selemah itu?""Kamu pikir papah bakalan takut," papah Darwin menggelengkan kepalanya, kemudian menatap Alex dengan penuh keyakinan.
"Papah nggak peduli!""DENGER PAPAH!"
"Sebelum semuanya terlambat dan kamu menyesal dikemudian hari. Lebih baik kamu pikirkan kembali rencana gila mu ini!"
Papah Darwin segera pergi tanpa sedikit pun meminta Alex untuk merespon ucapannya.
"Sesekali kamu pertahanan harga diri kamu sebagai laki-laki. Jangan mau diinjak-injak oleh perempuan licik seperti Isabella."Alex terdiam mematung.
Pikirannya begitu kalut hari ini.
Tujuannya ia bertemu dengan Papah dan Mamahnya ini berniat untuk meminta solusi.
Tapi, kini justru ia malah mendapat makian dari kedua orangtuanya atas kecerobohannya dalam mengambil keputusannya.
•••
Merasa tidak disambut hangat oleh Papah dan juga Mamahnya, Alex akhirnya segera pulang ke rumahnya.
Sesampai di rumah. Ia menatap photo-photo pernikahannya dulu bersama Nayla.
Meski saat itu ia berpura-pura. Keduanya memang nampak terlihat begitu mesra.
Ditatapnya Nayla begitu lama.
Ya, Nayla memang terlihat sangat cantik. Ia juga mempunyai daya tarik sendiri bagi siapapun yang memandang wajah teduhnya.
Ia kembali meraih ponselnya. Mencoba mengecek apakah ada notifikasi dari Nayla untuk menanyakan kabarnya atau tidak.
Ternyata tidak sama sekali.
Bahkan Nayla sama sekali tidak menanyakan bagaimana kabarnya saat ini? Atau menanyakan kabar apakah dia sudah sampai atau belum?
Biasanya Nayla selalu menanyakan kabarnya. Apalagi jika sehari saja Alex tak bertemu dengannya.
Alex membaringkan tubuhnya di atas kasur, hingga ia tak sadarkan diri dan terlelap. Mungkin hari ini, hari yang sangat melelahkan baginya.
•••
Di sudut rumah sederhana itu, usai melaksanakan pengajian, Nayla duduk dan memandang sekitar halaman rumah.
Malam ini bintang-bintang itu terlihat begitu cerah.
Ia mencoba meraih ponselnya, berharap ada pesan dari Alex, suaminya.
Namun ternyata tidak.
Sedangkan untuk memulai lebih dulu. Nayla sudah merasa malu. Ia sudah bertekad untuk berhenti peduli dan berhenti mencari tahu.
Saat ini, ia hanya ingin fokus membenahi hidupnya, itu saja.
Ia kemudian mengelus halus perutnya. Berharap suatu hari nanti, anaknya selalu bahagia dan membahagiakan. Meski tanpa kehadiran sosok ayah di sampingnya.
•••
Sementara di Bandara internasional Soekarno-Hatta, Isabella mulai bergerak gelisah ke sana ke mari membawa alamat ting-ting.
Ia menunggu Alex menjemputnya.
Namun, hingga detik ini, Alex tak kunjung juga terlihat batang hidungnya.
"Alex kemana sih," gerutu Isabella terlihat sangat kesal.
"Kumat kan begonya," ucap Isabella terlihat begitu kesal karena terlalu lama menunggu.Beberapa kali ia telpon, namun Alex tak juga menganggap telponnya.
Isabella
Sayang kamu dimana?
Kamu jadi jemput aku nggak sih?
Aku sudah nunggu kamu setengah jam lo ini.Alex terbangun kala handphonenya berdering. Ia segera membuka pesan di layar handphonenya.
Alih-alih dia berharap Nayla yang mengirimkannya pesan untuknya. Justru Isabella lah yang kini mengirimkan pesan dan memberikan kabar bahwa ia sudah menunggunya di bandara sejak setengah jam jam yang lalu.
Alex segera bangun dan meraih kunci mobilnya untuk menjemput Isabella.
•••
Alex sudah sampai di Bandara. Arah matanya tertuju kepada Isabella yang tengah menatap dirinya begitu kesal.
"Sorry, gue ketiduran," ucap Alex dengan wajah watadosnya.Isabella menatap jengkel Alex.
"Enteng banget kamu ya ngomong ketiduran," ucap Isabella masih menahan rasa kesalnya."9 bulan aku nggak pulang ke Indonesia. Sambutan kamu cuma kayak gini. Nggak ada spesial-spesialnya?" tanya Isabella tak habis pikir.
"Atau jangan-jangan kamu selingkuh dibelakang aku, iya?" tanya Isabella membuat Alex terdiam mematung.
Alex tidak tahu harus menjawab apa saat ini.
Bicara bahwa sebenarnya ia sudah menikah dengan Nayla pun sepertinya bukan waktu yang tepat.
"Jawab," ucap Isabella memasang wajah curiga.
"Oh jangan-jangan dugaan aku selama ini benar. Kamu nusuk aku dari belakang, iya?" tanya Isabella mengulang kembali pertanyaan yang sama karena Alex tak kunjung juga menjawab pertanyaannya.
•••
Instagram : @setiawantuz
KAMU SEDANG MEMBACA
Setinggi Tujuh Tombak [END]
Spiritual"Aku pikir, keputusan menikah denganmu adalah pilihan yang terbaik. Namun ternyata, dugaanku salah." ••• "Ini tentang aku dan sepucuk surat cinta untuk semesta kala matahari terbit Setinggi Tujuh Tombak." "Karena pada akhirnya, hidup ini hanya tenta...