Selamat membaca kisah Cinta dan Rahasia | bagian 7
***
Untuk menghibur hati Hanna yang sedang kacau karena pertengkarannya dengan Rani kemarin Dayat memutuskan untuk mengajak Hanna ke suatu tempat.
"Naik motor?" tanya Hanna.
"Iya. Cobain sensinya pasti kamu suka."
"Okey,"
Di sepanjang jalan keduanya tak henti bercerita. Cerita apa saja yang membuat mereka saling mendengarkan satu sama lain. Terkadang Dayat juga menyelipkan jokes yang menurut Hanna tidak lucu tetapi ia tetap tertawa untuk menghargainya.
"Kenapa macet nih." tanya Hanna.
"Biasa kan weekend." ujar Dayat.
Hanna melihat seorang anak kecil yang di pangku oleh ibunya di atas motor. Anak kecil itu tidak menggunakan alas kaki sama sekali padahal cuaca panas dan banyak debu. Hanna pun berinisiatif untuk membeli kaus kaki yang kebetulan ada pedagang kaki lima yang menjualnya.
"Buat apa?" tanya Dayat.
"Tuh kasian ade nya kepanasan kakinya."
Melihat Hanna berjalan ke arah orang tersebut membuat Dayat mengukir senyumnya. Jiwa keibuan Hanna mulai muncul. Bahkan setelah memberikan kaus kaki tersebut Hanna masih saja mengoceh.
"Harusnya orang tua lebih memperhatikan anaknya ketibang style mereka. Lihat kasian kan panas panas gini."
Dayat mencubit pipi chubby Hanna sebagai respon atas ucapannya itu.
"Na, kamu kalau udah nikah mau punya anak berapa?" tanya Dayat.
"Dua belas."
"Banyak banget."
"Eh tiga belas deh."
"Kok nambah?"
"Biar ngalahin gen halilintar."
"Waduh.."
Mereka pun tertawa.
"Anak senja." ucap Hanna.
"Kok anak senja?"
"Pantai,"
"Bisa aja" ujar Dayat kemudian membuka kan helm Hanna.
Dayat menggenggam tangan Hanna untuk berkeliling pantai. Ia juga sempat menawarkan Hanna beberapa jajanan yang mungkin Hanna inginkan.
"Kita naik perahu gak?" Tanya Hanna.
"Kamu mau?" Hanna pun mengangguk. Dan Dayat menyetujuinya.
Hanna mengoleskan sunscreen di wajah dan tangan Dayat. Perhatian kecil itu membuat Dayat semakin sayang kepadanya.
"I have two. One for me and one for you." kata Hanna memberikan kacamata hitam untuk Dayat.
"And me, i love you." Bisik Dayat.
Hanna senang mendengar itu dari Dayat. Menjadi selingkuhan ternyata tidak buruk-buruk amat.
"Kamu prepare banget sih." puji Dayat.
Seharian ini Dayat dan Hanna menghabiskan waktu di pantai berdua. Mereka banyak mencoba wahana air. Mencicipi kuliner yang belum pernah mereka makan seperti memakan cumi hidup secara langsung.
Canda tawa mereka hari ini akan menjadi kenangan indah untuk mereka ke depannya. Baik dari Hanna maupun Dayat keduanya sama-sama berharap agar mereka bisa bersama selamanya.
Di tepi pantai, bersama deru ombak, desir angin dan api unggun kecil Hanna dan Dayat menikmati waktu mereka bersama.
"Maafin aku ya," ucap Hanna terlebih dulu memecahkan keheningan.
"Maaf untuk apa?" tanya Dayat yang sedang membelai lembut setiap helai rambut Hanna.
"Maaf udah buat kamu jadi laki-laki brengsek. Gara-gara perasaan aku kamu jadi harus menduakan Rani."
Dayat memberikan kecupan singkat di puncak kepala Hanna. Meyakinkan gadis itu bahwa ini semua takdir. Tidak ada yang bisa menghindarinya. Jika ada yang harus di salahkan maka yang salah adalah dirinya. Karena jika Dayat menutup pintu hatinya dengan rapat untuk perempuan lain perselingkuhan ini gak akan terjadi.
"Cinta gak bisa di salahkan, Na. Ini bukan salah kamu. Aku juga sayang banget sama kamu. Aku takut kehilangan kamu." ungkap Dayat, ini tulus dari dalam hatinya.
"Tapi, lambat laun semua ini pasti terbongkar. Gimana kalau Rani tau?"
Dayat menghela nafasnya. Jujur itu yang sedang ia pikirkan sejauh ini. Ia sayang kepada Rani tetapi ia juga tidak mau kehilangan Hanna. Bukankah agama memperbolehkan lelaki memiliki istri lebih dari satu? Ah, sepertinya poligami menjadi jalan terbaik untuk kisah cinta Rani, Dayat dan Hanna.
"Selama hal itu belum terjadi kita harus menikmati masa-masa kita berdua."
"Aku boleh tanya?" ujar Hanna.
Ini yang Dayat suka dari Hanna. Hal kecil apapun yang mau ia tanyakan atau lakukan ia selalu melibatkan dirinya untuk hal itu. Berbeda dengan Rani yang hidupnya terlalu mandiri. Sampai terkadang Dayat merasa jika Rani tidak membutuhkan dirinya.
Padahal pasti diantara Hanna dan Rani pasti keduanya memiliki plus minus nya masing-masing.
"Mau nanya apa?"
"Rani itu orangnya gimana sih? Dari pandangan kamu aja."
"Dia mandiri. Dia terbiasa melakukan apapun sendiri. Dia baik. Sayang sama keluarganya. Gak ada celah sih untuk dia. Tapi, kadang dia egois. Gak bisa ngerti kesibukan aku. Contohnya aja kemarin."
"Kalau aku?"
Dayat beralih menatap manik mata Hanna. Mata yang begitu indah. Dengan bulu mata tipis yang lentik karena maskara. Sorot matanya begitu menenangkan.
"Kamu anak kecil yang bertalenta. Kamu dapat memposisikan diri dengan baik. Aku agak speechless sih kamu ternyata profesional banget."
"Not that!"
"Apa lagi?"
"Terlepas dari pekerjaan menurut kamu aku gimana,"
"Okey, kamu itu unik. Kamu penakut tapi kamu juga pemberani."
"Ih gimana ceritanya sih takut tapi pemberani kamu mah ish yang bener."
"Itu udah bener. Kamu takut hantu right?"
"Ya,"
"Tapi kamu berani jadi selingkuhan."
Hanna pun tertawa mendengar hal itu. Kalau di pikir pikir iya juga ya. Memang hantu dengan pacar asli lebih serem yang mana?
"Kamu spesial sayang. Aku ngerasa nyaman dan bahagia banget di dekat kamu. Apalagi kamu pengertian, bikin aku gak ada alasan untuk melepaskan kamu."
"Aku boleh peluk?" tanya Hanna.
Dayat pun langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Malam ini mereka menjadi pasangan paling bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET LOVE! [ END ]
FanfictionPerasaan cinta memang tidak bisa di salahkan. Terkadang cinta itu datang sendiri tanpa di rencanakan, tanpa di inginkan. Sampai cinta itu tidak bisa melihat baik dan buruknya. Namun, apakah jatuh cinta itu salah? ku rasa tidak. Cinta tak pernah sala...