TYA S2 || 04

9.4K 782 134
                                    

About Thank You, Arta!
Part 04
-
-
-

Pukul satu siang, Feerly berada di restoran. Sebelum membeli obat dan kebutuhan dapur serta anaknya, Feerly memutuskan untuk makan siang di luar, selain karena mereka sedang berada di luar, Feerly juga belum masak karena Arta tak ada di rumah.

Dia tersenyum saat melihat seseorang yang sangat dia kenal berada di salah satu meja yang tak jauh dari tempat yang dia duduki.

Itu suaminya, Arta yang sedang bersama rekan kerjanya dan tak lupa dengan sekretarisnya. Feerly memperhatikan gadis tersebut, dia akui bahwa Elya memiliki bentuk tubuh dan wajah cantik, tak menutup kemungkinan jika apa yang dia takutkan terjadi.

Feerly melepaskan jaket anaknya dan pesanan mereka datang.

"Mba, boleh tolong jagain anak aku sebentar enggak? Aku mau ke toilet."

Pelayan yang sedang menata makanan itu mengangguk. "Boleh, Bu. Biar dedenya sama saya dulu."

Feerly tersenyum dan meletakkan tasnya, mengelus rambut Giandra kilas. "Sama mba dulu ya sayang."

Feerly pun pergi, saat selesai ke toilet, tak sengaja dia melihat Elya yang sedang berbicara dengan salah satu pelayan restoran dan memberikannya serbuk kemudian uang.

"Setelah sudah, kamu berikan minuman itu untuk pria tampan yang berada di sana."

Feerly mengikuti jari Elya yang menunjuk ke satu arah. Ternyata yang gadis itu tuju adalah Arta, suaminya.

"Baik, mba."

Elya tersenyum dan kembali berjalan kemejanya.

Feerly kembali ke tempat duduknya dan berterima kasih pada pelayanan yang sudah mau menunggu anaknya.

Setelah hampir sepuluh menit menunggu, pelayan yang tadi di suruh Elya pun datang. Meletakkan semua pesanan di atas meja dan minuman di depan orangnya masing-masing.

"Ayo dimakan dulu sebelum kita mulai meetingnya," ucap Elya yang di angguki kedua klien dan bosnya.

Saat Arta ingin meminum itu, tiba-tiba Feerly datang dan menghempas tangan Arta yang memegang jus, membuat jus tersebut tumpah mengenai jas suaminya dan beberapa berkas yang berada di meja.

"J--"

"Kamu apa-apaan sih!"

Feerly mencoba membersihkan jas itu dengan tisu, tapi Arta menolaknya. "Jadi berantakan kan, kamu ngapain gini."

"Kak, maaf sebelumnya. Tapi minuman itu udah di kasih sesuatu sama sekertaris kam---"

"Stop!" Erang Arta membuat Feerly tersentak.

"Aku tau kamu cemburu sama Elya, tapi enggak gini, Feer. Enggak mungkin dia punya niat buruk sama aku."

"Ak--"

"Lebih baik urusan kalian di selesaikan, meetingnya saya batalkan. Kami permisi." Kedua Klain itu pergi setelah mengambil berkas-berkasnya.

"Arghhhhhhh! Kacau, semuanya kacau!" Semua mata tertuju pada mereka.

"Kak, aku minta maaf. Tapi tad--"

"Mana? Ada buktinya enggak? Enggak kan?"

Arta mengusap wajahnya kasar. "Enggak usah aneh-aneh."

Elya yang dalang dibalik semua ini, gadis itu hanya tersenyum penuh kemenangan. Tugasnya akan segera selesai, kematian itu terbayar lunas dengan kehancuran.

"Tapi, kak, tadi ak--"

"Stop! Bisa enggak si enggak usah ikut campur urusan a--"

"Aku istri kamu, kak. Aku berhak buat lindungi kamu!"

About TYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang