TYA S2 || 05

9.3K 752 205
                                    

Thank You, Arta!
Part 05
-
-
-

"Aku minta maaf."

Feerly tersenyum menggeleng. "Kakak enggak salah kok."

"Maaf ya aku malu-maluin, maaf udah banyak nyusahin juga. Maaf udah bikin proyek itu gagal. Kakak boleh hukum aku kok, aku terima."

Arta menggeleng dan segera memeluk tubuh itu erat.

Pukul setengah tujuh pagi, Feerly baru turun dari kamar setelah memandikan anaknya.

Dia melihat adik iparnya yang tengah sarapan sendirian. "Kamu masak?"

Samudra mengangkat kepalanya, melihat seseorang yang tengah berada di depannya. Pria itu mengangguk pelan, "iya, laper soalnya."

Feerly menganggukkan kepalanya mengerti, dia menatap sekeliling, tak ada seseorang yang dia cari.

"Eum-- Sam, kak Arta pergi?"

Lagi-lagi Samudra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, kemudian memasukkan suapan nasi ke dalam mulutnya. "Katanya ada--- ah gue lupa. Soalnya juga dia tadi buru-buru."

"Berangkat dari jam berapa?"

"Jam empat pagi kayanya." Samudra merasa heran dan menatap iparnya tersebut. "Bang El enggak izin ke lo?"

Feerly menggeleng tersenyum. Dari dia bangun tidur, pria itu sudah tak ada di sampingnya.

"Nanti aku mau ke rumah Dino, kalo nanti kamu mau pergi kuncinya taruh aja ditempat biasa ya."

Pukul sebelas siang, Feerly sampai di rumah sahabatnya. Rumah besar ini sudah begitu ramai karena beberapa kerabat sudah datang untuk menghadiri acara pertunangan Dino.

Hari ini Feerly ke sini karena di suruh Firda untuk membantu anaknya memilih beberapa baju untuk acara nanti. Karena wanita paru baya itu tau, anaknya paling tidak suka diatur, apalagi untuk pakaiannya walaupun itu acara penting. Mangkanya Firda menyuruh Feerly datang, karena hanya pada gadis itu yang bisa merayu anaknya.

"Halo Tante."

Ita tersenyum, menerima uluran tangan Feerly dan mencium kening wanita itu. Ita adalah adik dari Firda, membuat wanita itu tau siapa Feerly.

"Kamu udah ditunggu sama mamah Firda tuh, soalnya Dino susah banget dikasih tau."

Feerly menggelengkan kepalanya gemas, pria itu tetep sama seperti dulu. "Yaudah, aku titip dede ya Tan."

Dengan senang hati, wanita berusia tiga puluh enam tahun itu mengangguk dan mengambil alih Giandra dari gendongan ibunya.

"Dede sama Tante dulu, mamah ke Abang ya. Jangan nakal."

"Iya, mah. Api El jangan di inggal."

Feerly tertawa kecil dan mengelus rambut anaknya. "Enggak, sayang. Nanti kalo cari mamah ke kamar Abang aja ya."

Giandra mengangguk dan Feerly berjalan menuju kamar Dino. Feerly melihat pintu kamar yang terbuka, membuatnya menyelonong masuk dan melihat beberapa baju yang berada di atas tempat tidur dan pria itu rebahkan tubuhnya disampingnya.

"Kebiasaan banget si, dari dulu itu keras kepalanya tetep aja ada."

Dino terkejut mendengar suara itu. Tapi Dino hanya menatap sekilas siapa yang datang dan kembali menatap langit-langit kamar.

Feerly berdiri menatap semua baju itu, mengambil satu batik dengan motif simpel dan berwarna coklat dengan motif berwarna hitam.

"Coba bangun, make ini cocok kayanya."

About TYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang