About TYA
Part 27jangan lupa tinggalkan jejak dan spam komennya. Follow juga akun wattpad dan sosmed aku biar ga ketinggalan info.
Di part ini cukup 204komentar!!!!
Jangan lupa kalo ada typo tandai ya.
Happy reading 🧡
༼ つ ◕‿◕ ༽つ
"Aku mau nanya sama kamu," lanjut Arta membuat Feerly menatapnya.
"Iya kak?"
"Lo marah kalo gue bilang lo miskin?"
Feerly menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Enggak, enggak. Buk--"
"Lo cerita sama Farhan? Kenapa enggak cerita ke gue?"
Feerly menghela nafasnya, menundukkan kepalanya. "Maaf kak. Kak Arta boleh hukum aku kok, boleh pukul aku juga. Enggak usah perduliin sama perjanjian yang kakak tulis dulu. Karena ini salah aku, aku malah cerita ke orang lain."
Feerly menyodorkan tangannya dengan memejamkan matanya. "Jadi ayo, aku salah. Mumpung dede udah tidur," lirih Feerly.
Padahal dalam hatinya dia sangat takut jika suaminya marah dan memukulnya. Tapi mungkin ini lebih baik, agar tubuhnya tak kaget saat mendapatkan pukulan, karena dia yang memintanya.
Arta menggelengkan kepalanya, memeluk tubuh itu erat membuat Feerly membuka matanya.
"Aku, aku yang salah. Aku yang gagal jadi suami kamu. Aku yang minta maaf, Feer."
Feerly menggeleng melepaskan pelukannya, dia tersenyum meraih tangan itu dan mengajaknya berjalan menuju meja makan.
"Kakak makan ya, pasti laper."
Feerly membuka tudung saji itu, terdapat satu box makanan. Arta tau, itu makanan dari Farhan tadi siang yang pria itu berikan pada Feerly.
"Bukannya ini dari Farhan ya?"
Feerly tersenyum mengangguk. "Iya, kak. Tapi belum aku makan kok. Tapi tadi aku cicipi, tapi sedikit kok beneran."
Feerly mengatakan itu dengan penuh keyakinan membuat Arta menatapnya. "Kenapa enggak kamu makan?"
"Soalnya pasti pulang kerja kak Arta laper, jadi aku pikir ini buat kakak aja. Sini aku siapin di piring."
Feerly mengambil makanan itu dan Arta duduk. "Kamu udah makan?"
"Udah."
"Makan mi?"
"Iya."
Jawaban itu membuat Arta tak habis pikir. Mengapa Feerly rela memberikannya pada orang lain padahal dirinya sendiri lebih butuh.
Padahal Feerly melakukan itu karena Arta suaminya, sebab dia pikir Arta adalah seseorang yang paling penting dan berharga untuknya sekarang. Tapi entah pria itu menganggap Feerly apa.
"Kak, aku izin mau jualan lagi ya. Biar enggak ngerepotin mulu."
"Enggak usah, Sayang. Nanti cape terus kandungan kamu kenapa-kenapa."
"Jangan ya," rayu Arta yang hanya mendapatkan senyuman dari istrinya.
Pria itu menarik tangan Feerly agar duduk di sampingnya, mengambil piring tersebut dan menyodorkan sesuap nasi pada istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About TYA
Teen FictionSebelum baca cerita ini, disarankan untuk membaca 'Thank You, Arta!' terlebih dahulu♡(> Dengan awal yang penuh perjuangan, semuanya berjalan hampir sesuai keinginan. Kebahagiaan yang selalu mereka impikan sekarang terlaksana secara perlahan. Namun...