TYA S2 || 15

7.4K 768 692
                                    

About TYA
Part 15

Maaf ya kalo kurang feel-nya, aku ini kebut tadi soalnya. Jadi harus rame yaa. cukup 400komentar yaa.

Kalo ada typo jangan lupa tandai!!

Happy reading 🌻

Satu minggu berlalu. Hari ini, pukul sebelas siang, Samudra sampai di depan kantor polisi dimana Eran di tahan.

Sudah hampir dua tahun Eran mendekam di tahanan. Sampai detik ini pun, Arta tak pernah menjenguknya. Terkadang hanya mengirimkan makanan dan menanyakan kabar ibunya pada penjaga di sana.

Hanya Samudra yang sering menjenguk Eran. Tapi hari ini dia membawa Giandra menemaninya. Menemui omahnya untuk pertama kali setelah kejadian penculikan itu terjadi.

Samudra melepaskan sabuk pengamannya, "Dede mau jalan atau gendong?"

"Jalan, om."

Samudra mengangguk dan mengambil beberapa plastik belanjaan yang sempat dia beli sebelum kesini.

"Ini punya dede, sekarang kita turun ya," ujar Samudra dengan memberikan plastik kecil yang berisi coklat, permen dan beberapa es krim.

Mereka masuk ke dalam, setelah melapor dan menunggu. Eran datang membuat Samudra segera berdiri dan memeluk tubuh ibunya.

Eran membalas pelukan hangat tersebut. Walaupun dia tau sampai sekarang anak sulungnya tak ingin bertemu dengannya, tapi dia tau bahwa Arta diam-diam memperhatikan kesehatannya.

"Mamah sehat?"

Eran mengangguk dengan melepaskan pelukannya. Mata itu tertuju pada anak kecil yang berada di samping Samudra dengan memperhatikan keduanya.

"Siapa ini?" Tanya Eran dengan duduk di depan Giandra dan mengelus tangan kecil tersebut.

Samudra tersenyum dengan mengelus rambut Giandra. "Ini anak bang El, mah."

Eran tersenyum tipis memperhatikan wajah kecil Giandra. Anak itu benar-benar mirip dengan ayahnya.

"Siapa namamu, sayang?"

"Aku Giandra Samuel Putra, Bu. Anaknya apah Arta sama Amah Feerly," jawab Giandra lengkap membuat keduanya saling bertatapan kemudian tertawa kecil.

"Dia mirip bang El kan, mah?"

Eran mengangguk dengan tatapan yang tak lepas dari pria kecil didepannya. Ternyata ini anak yang beberapa waktu lalu dia culik dan membuatnya seperti ini.

"Abang kamu apa kabar?"

"Abang baik kok, cuman keadaan rumah tangganya lagi kurang baik. Kadang kasian liatnya, tapi salah dia sendiri."

"Kenapa?"

Samudra menceritakan semuanya, tentang perceraian itu dan kesalahpahaman yang terjadi.

"Padahal Feerly setia banget, mah. Tapi bang El sering banget mukul Feerly, padahal dia yang salah. Terus sekarang bang El nyesel, tapi kayanya Feerly udah cape, mangkanya dia setuju dengan perceraian itu."

Saat Eran ingin berbicara, polisi itu datang membuat Eran mengurungkan niatnya. "Waktu kunjungan sudah habis, silahkan berkunjung lain hari."

Keduanya mengangguk. Eran berdiri dan menggenggam tangan Samudra, "ajak Feerly kesini ya, mamah mau bicara. Dengan Abang kamu juga kalo bisa."

Samudra mengangguk dengan segera memeluk tubuh Eran. "Mamah baik-baik disini ya, Sam bakal sering-sering kesini."

"Iya, sayang. Kamu hati-hati."

About TYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang