TYA S2 || 20

7.4K 693 240
                                    

Thank You, Arta! S2
Part 20

kalo ada typo tandai ya^^

jangan lupa tinggalkan jejak dan spam komennya. Follow juga akun wattpad dan sosmed aku biar ga ketinggalan info.

Oke, di part ini cukup 200+++komentar, kalo lebih aku update cepat ya?

Happy reading 🧡

༼ つ ◕‿◕ ༽つ

Di ruangan sidang, saat hakim akan mengetukkan palu sebagai keputusan terakhir, Arta segera berdiri.

"Maaf yang mulia, kami sepakat untuk melakukan meditasi perdamaian. Semuanya hanya kesalahpahaman dan masih bisa untuk diselesaikan namun tidak dengan perceraian."

Mendengar suara tersebut, Feerly mengangkat kepalanya melihat ke arah Arta yang masih berdiri.

Arta membuang nafasnya, "maka dari itu, kami meminta pengunduran waktu sidang untuk melaksanakan mediasi perdamaian."

Hakim dan jaksa saling bertatapan kemudian mengangguk, "Apakah dari pihak tergugat menyetujui?"

Feerly menghela nafasnya panjang, menatap ke arah Arta yang seolah meminta jawaban iya.

"Iya, yang mulia."

Arta tersenyum tipis. "Baik, anda silahkan duduk kembali."

"Sidang kali ini selesai dengan keputusan perdamaian."

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan palu itu membuat mereka membuang nafas beratnya. Entah apa yang membuat Feerly setuju dengan permintaan tersebut.

Setelah hakim beranjak pergi, Arta bangkit dan berjalan mendekati Feerly.

"Kenapa?"

Feerly mengangkat kepalanya dan menggeleng perlahan, "aku enggak ngerti kenapa kakak nolak perceraian ini, tapi kalo boleh jujur, aku takut kak, aku takut kakak masih sering pukul dan nyakitin hati aku."

Feerly menghela nafasnya kasar kemudian menundukkan kepalanya. Arta tersenyum tipis, berlutut di depan Feerly dan meraih tangan tersebut.

"Seperti yang aku bilang waktu itu, aku mau kita mulai semuanya dari awal. Kita tata semuanya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Aku janji enggak akan nyakitin hati ataupun fisik kamu."

Arta mencium punggung tangan itu dan tersenyum lebar, "terlepas itu anak aku atau bukan itu enggak penting, yang jelas kamu istri aku dan cuma aku yang boleh nyentuh kamu. Aku sayang banget, aku udah pernah rasain gimana sakitnya kehilangan kamu waktu itu, dan aku enggak mau ngerasain hal yang sama apalagi sekarang udah ada El dan dede bayi."

Arta berdiri, mengulurkan tangannya membuat Feerly menatapnya. "Hem?"

Wanita itu berdiri dan memeluk tubuh Arta erat. Entah apa yang akan terjadi setelahnya, yang Feerly tau dia hanya berharap semuanya bisa berjalan manis selamanya sampai maut yang memisahkan mereka.

"Maaf, pak. Ini berkas yang anda minta," ucap pengacara Arta membuat mereka melepaskan pelukannya.

"Terimakasih."

"Baik, saya permisi dulu. Dan dengan segera saya akan menyelesaikan mengambil berkas yang masih terdaftar." Arta mengangguk lalu pengacara itu berlalu pergi dan Arta melihat map yang dia pegang.

"Ini, aku buat ini," tutur Arta dengan mengusap air mata itu.

"Ini apa?"

"Ini surat perjanjian yang udah aku tanda tangani sebagai janji aku ke kamu. Kalo bahwasanya aku berani pukul atau lukai kamu, aku bersedia masuk penjara dengan perjanjian yang udah dituliskan dan dengan hukum undang-undang yang berlaku. Disana juga ada sebagian aset yang aku siapin untuk kamu kalo seandainya kamu minta kita selesai. Tapi dengan catatan aku akan menyetujui permintaan itu kalo emang aku benar-benar udah nyakitin hati kamu."

About TYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang