TYA S2 || 23

7K 636 76
                                    

About TYA
Part 23

jangan lupa tinggalkan jejak dan spam komennya. Follow juga akun wattpad dan sosmed aku biar ga ketinggalan info.

Oh iya, untuk part yg aku promosiin, itu akan aku publish bertahap sesuai alur cerita yaa, jadi jangan diskip² apalagi kalian pembaca baru yang kesini karena promosi aku yang bikin kalian mampir dengan tingkah Giandra hehe.

Jangan lupa kalo ada typo tandai ya.

Happy reading 🧡

༼ つ ◕‿◕ ༽つ

"hi, lagi ngapain?"

Mendengar suara itu membuat Feerly kaget dan membalikkan badannya. "Eh, kak Arta udah pulang. Maaf-maaf, aku enggak denger."

Arta menerima uluran tangan Feerly yang mencium punggung tangannya. "Ngapain?"

"Oh ini, kak. Aku bongkar celengan," jawab Feerly kemudian tertawa kecil.

Arta ikut berlutut disamping Feerly dan memunguti uang dari dalam celengan tersebut.

"Bahan-bahan didapur abis kak, mangkanya aku bongkar celengan. Ya walaupun enggak banyak si."

Arta meraih tangan itu, mengambil beberapa uang yang masih tergeletak dan celengan non permanen itu kemudian  mengajak Feerly untuk duduk ditepi ranjang dengan Arta yang berlutut didepannya setelah meletakkan uang dan celengan disamping istrinya. "Kamu anggap aku siapa sebenarnya? Kenapa selalu nolak buat make uang yang aku kasih?"

"Kak, aku tau suami aku punya segalanya. Karena aku rasa aku bukan istri yang sempurna, mangkanya aku berusaha untuk itu. Ya dengan cara enggak make uang kakak."

"Aku masih punya uang kok, walaupun enggak banyak. Aku ngerasa bersalah kalo make uang kakak."

Arta menggelengkan kepalanya perlahan dengan menggenggam erat tangan istrinya. "Feer, uang aku uang kamu juga. Enggak papa, pake aja. Sekarang kamu enggak jualan, enggak ada penghasilan kan, mau dapat dari mana coba? Please, jangan sungkan sama aku."

"Aku enggak tega aja, kakak yang tiap hari kerja, pulang sore bahkan lembur, eh aku yang enggak ngapa-ngapain enak-enakan make uang itu."

Feerly menghela nafas panjangnya, tersenyum tipis dengan menatap manik indah Arta.

"Aku enggak sempurna, aku gag--"

"Sayang, please. Kamu sempurna, kamu berhasil jadi istri aku. Buat aku nyaman, damai setiap dekat sama kamu. Dan kamu juga berhasil buat keluarga kita sempurna dengan adanya El diantara kita. Bahkan sekarang bakal ada dede bayi yang akan menambah kebahagiaan kita. Please, jangan gini aku enggak suka," cela Arta dengan suara yang tenang dan terdengar sangat sopan di telinganya, membuat Feerly tersenyum tipis.

"Makasih, kak."

Pria itu tak menggubris, dia mencium perut Feerly kemudian mendekatkan telinganya pada perut tersebut. Membuat Feerly mengelus rambut Arta dan sedikit mencondongkan tubuhnya kebelakang.

Feerly menatap suaminya yang sedang berbisik pada calon anak mereka, entah apa yang Arta katakan tapi sesekali pria itu tersenyum kemudian mencium perutnya lagi.

Arta membenarkan posisinya, membuat Feerly menghentikan mengelus rambut itu dan Arta menatapnya.

Arta meraih uang yang digenggam Feerly, memasukan kedalam celengan dan membuka dompetnya, memasukkan semua uang cash yang ada di dompet kedalam celengan itu dan menutupnya kembali. "Ini simpen, punya kamu. Untuk kebutuhan sehari-hari, nanti kita belanja sama-sama kalo dede udah bangun ya."

About TYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang