Thank You, Arta!
Part 09
-
-
-Oiya, untuk semua pembaca setia aku, kalo ada cerita yang mirip/ coppypast cerita aku, segera kabari ya--!!
Pukul tujuh pagi, Arta turun dari kamar dengan penampilan yang sudah rapih. Berjalan menuju istrinya yang tengah membuat sarapan di meja makan.
Pria itu memeluk tubuh Feerly dari belakang, mencium pipi itu dan menjatuhkan kepalanya pada pundak tersebut.
"Aku udah siapin baju di kamar, nanti siang kamu kekantor kita makan siang bareng ya."
Mendengar itu Feerly menghentikan kegiatannya yang tengah memberikan selai pada roti tawarnya. Membalikkan badan membuat Arta melepaskan pelukannya.
"Ta---"
Ocehan itu terhenti saat tiba-tiba Arta mencium bibirnya, melumatnya pelan dan menarik tengkuk istrinya.
Giandra yang tak mengerti, saat melihat orang tuanya seperti itu, pria kecil itu hanya menghentikan aktivitasnya yang sedang makan dan terdiam kebingungan.
Samudra yang baru keluar dari kamar, dia melihat ponakan yang tengah terdiam dengan memperhatikan sesuatu, membuat Samudra ikut melihat objek yang anak itu tuju.
Melihat hal tersebut, Samudra segera berlari menuju Giandra dan menutup mata itu, membuat Garpu yang Giandra pegang terjatuh dan mereka berdua menghentikan kegiatannya.
"Please dong, ada dede. Bisa kan ngelakuinnya enggak di sini," tutur Samudra membuat Arta segera memeluk tubuh Feerly.
Wanita itu memukul dada suaminya kesal. "Kamu si!"
Arta tertawa. "Aku lupa, sayang."
Arta melepaskan pelukannya, berjalan mendekati Giandra dan duduk di sampingnya.
"Apah, ngapain tadi?"
Semuanya saling bertatapan, bahkan Samudra mengucapkan 'Mampus' tanpa adanya suaminya.
Feerly mengangkat bahunya saat Arta menatapnya, seolah meminta untuk dibantu memberikan jawaban pertanyaan itu.
"Lagi rayu mamah biar mau bikin dede baru buat El."
"Kak!" erang Feerly dengan mendekat dan mencubit lengan itu.
Giandra terdiam menatap wajah ibunya, Feerly mendekat dan mengendong anaknya. "Jangan dengerin. Sekarang sarapan, mamah suapin."
Semuanya duduk di kursi meja makan. Situasi menjadi tanggung, tak ada percakapan diantara mereka, karena takut salah bicara.
"Amah?"
"Kenapa sayang?"
Giandra menetap papahnya dan tersenyum. "Nanti alo mau bikin dede, El ikut ya. Mau liat."
Ucapan tersebut membuat Arta tersedak dan Samudra tertawa lepas.
"Kamu si!" gerutu Feerly dengan memberikan suaminya segelas air.
"Mangkanya bang, kalo ngomong tuh di pikir dulu."
Arta mengambil tisu kemudian menatap anaknya yang tengah bingung. "El sayang, dede enggak boleh liat. Nanti dede tinggal tau aja ada dede baru di perut mamah, oke sayang?"
Giandra mengangguk pelan dengan wajah polosnya. "Udah ah, lagian El enggak bakal punya dede baru. Sekarang lanjutin makannya ya. Lupain yang tadi dede liat, oke?"
"Oke mah."
Feerly mengelus rambut Giandra dengan mata yang menatap suaminya kesal. "Awas kamu kak, aku hukum kamu dua bulan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
About TYA
Teen FictionSebelum baca cerita ini, disarankan untuk membaca 'Thank You, Arta!' terlebih dahulu♡(> Dengan awal yang penuh perjuangan, semuanya berjalan hampir sesuai keinginan. Kebahagiaan yang selalu mereka impikan sekarang terlaksana secara perlahan. Namun...